A/N: Rae kembali bikin fic~ Fic ketiga di fandom Bleach nih, hehe. Oh, ya, ini masih prolognya, jadi, maaf kalau pendek *bows* Mohon reviewnya kalau mau dilanjutkan~ u,u
"If we were the rain, could I connect with someone heart, as the rain can unite, the eternally seperated the earth and the sky?"
Down in the Rain [Prologue]
Disclaimer: Tite Kubo
Warning: AU, Typo(s), OOC
Ichigo's P.O.V.
Hujan turun dengan derasnya di kota Karakura. Aku, Kurosaki Ichigo, terkena akibat dari derasnya hujan tersebut. Bajuku basah. Untung saja seluruh buku dan tugasku kumasukkan kedalam tas, jadi—mungkin saja—tidak terlalu basah. Aku tidak mau menyerahkan tugas yang basah ke Aizen-sensei. Sudah cukup aku tersiksa dengan nilai yang jelek.
Aku terus berlari ke arah rumahku. Ah, sampai rumah aku langsung mandi air hangat.
BRUK! Tiba-tiba, aku menabrak seseorang. Ia yang memiliki tubuh jauh lebih pendek daripada tubuhku. Dia memiliki iris violet yang sangat indah.
Kami-sama,
Apakah ini yang disebut cinta pada pandangan pertama?
Ketika jantungmu berdegup dengan kencangnya—lebih kencang dari biasanya—apakah itu cinta?
Ketika kau merasakan sesuatu bergejolak di tubuhmu, apakah itu cinta?
Ketika kau merasa ingin melindunginya, apakah itu cinta?
Ya, aku tidak tahu apa itu cinta.
Gadis itu meringis dan berusaha bangun dari jatuhnya. Lututnyanya berdarah.
"Kau tidak apa-apa?" Kataku sambil mengulurkan tangan. Gadis itu menerima uluran tanganku.
"Aku tidak apa-apa." Katanya. "Terima kasih sudah menolongku." Tambah gadis itu.
"Sama-sama." Kataku. "Aku Kurosaki Ichigo. Kau?"
"Kuchiki Rukia. Panggil aku Rukia. Salam kenal..." Kata Rukia.
"Ichigo. Salam kenal juga." Kataku. Gadis itu tersenyum. Ah, entah aku saja, atau senyumnya sangat indah.
"Perlu ku antar pulang?" Tanyaku tiba-tiba. Kenapa aku harus menanyakan hal tersebut tiba-tiba?
"Tidak, terima kasih. Aku bisa pulang sendiri." Kata Rukia.
"Kalau begitu, aku duluan, Rukia." Kataku sambil meninggalkannya. Dia mengangguk dan tersenyum.
Aku segera pulang ke rumahku. Sampai di rumah, aku langsung disambut dengan tendangan dari ayahku. Itu sudah biasa di keluarga Kurosaki. Ayah yang gila, menendang anaknya yang baru datang, mukanya ditonjok oleh anaknya, lalu memuja poster seorang wanita sambil berkata "Istriku, anak kita sudah besar!" sambil menangis lebay. Sungguh berlebihan.
Aku segera ke kamar mandi dan berendam air hangat. Setelah itu, aku langsung merebahkan diri di kasurku. Aku terus berpikir tentang gadis itu. Wajahnya, senyumnya. Ah, seandainya aku menanyakan nomor hp-nya, atau apapun yang memungkinkanku untuk mengontaknya.
Aku bangun dari tempat tidurku dan menemukan sesuatu yang membuatku penasaran. Kenapa ada majalah pria dewasa disini? For god sake, aku tidak pernah membaca hal bodoh seperti ini. Pasti Shuuhei—temanku yang paling bokep—meninggalkan majalah nista ini. Untung saja tidak terlihat oleh Yuzu. Besok, akan ku pukul kepala Shuuhei dengan majalah bodoh ini. Iseng-iseng, kubuka majalah tersebut. Banyak gambar yang menarik perhatian laki-laki. Gadis-gadis yang cantik. Tapi tetap saja terbayang wajah gadis itu. Rukia, gadis yang kutemui tadi jauh berbeda daripada model-model di majalah ini. Dia lebih…baik. Gadis itu jauh lebih cantik daripada wanita berpakaian minim ini. Hhh, daripada memikirkan gadis itu terus, lebih baik aku tidur. Kupejamkan mataku, tapi tetap saja tidak bisa. Ah, sudahlah, lupakan saja kejadian yang tadi, Ichigo. Aku segera mengecek bukuku, apakah masih kering atau sudah basah kuyup akibat guyuran hujan.
Rukia's P.O.V.
Aku kembali berjalan pulang setelah menabrak pria tersebut. Siapa sebenarnya dia? Mengapa aku ingin mengenalnya lebih jauh? Aku sampai di depan rumahku.
Di dalam rumah, kakakku—Byakuya—sedang menyeruput teh hangatnya sambil membaca surat kabar terbaru.
"Aku pulang!" Kataku. Kulepas sepatuku dan menaruhnya di rak terdekat.
"Sudah selesai jalan-jalannya, Rukia?" Tanya Nii-sama.
"Bagaimana aku bisa melanjutkannya jika hujan deras ini?" Dengusku kesal. Nii-sama hanya tertawa kecil.
"Mulai besok, kau akan masuk sekolah baru. Seragamnya sudah ada di kamarmu." Kata Nii-sama.
Aku segera berlari ke kamar mandi untuk mandi, lalu setelahnya, aku berbaring di kamarku. Ku lihat seragam baruku. Entah hanya aku saja atau memang benar, seragam ini mirip dengan…pria yang kutabrak tadi. Ah, tubuhku lelah. Aku tak mau berpikir macam-macam. Namun, pikiranku melayang ke arah pria yang kutabrak tersebut, Kurosaki Ichigo. Nama anehnya yang berarti strawberry, rambut jingganya yang mencolok, mata coklatnya, senyum di bibirnya, badannya yang tinggi tegap. Ah, kenapa aku terus memikirkannya. Aku segera ke kamar mandi dan membasuh mukaku. Tetap saja aku masih memikirkannya. Kenapa jadi begini sih?
Aku membuka gorden yang menutup jendelaku. Hujan masih saja turun dengan derasnya di luar. Hujan, hal yang sering dikaitkan oleh cerita gadis yang bertemu dengan pria lalu jatuh cinta, lalu blah blah blah. Aku benci cerita itu. Aku merasa kedinginan. Ku pakai cardigan ku, lalu aku berbaring hingga terlelap, berharap aku bisa melupakan kejadian yang membuatku terngiang-ngiang tentangnya hingga sekarang.
Malamnya, pukul 7 malam
"Rukia! Makan malam!" Nii-sama memanggilku. Ya, kami hanya tinggal berdua. Nii-sama mungkin bisa menyewa seorang pembantu karena dia adalah pemilik perusahaan terkenal—Kuchiki corp.—yang membuat mainan. Nii-sama pindah karena mau mencari suasana yang lebih tenang.
"Ya, sebentar Nii-sama!" Aku segera turun dari kamarku.
Di meja makan, Nii-sama tengah menghidangkan makanan. Yah, walaupun dia adalah seorang pemilik perusahaan, dia tetap bisa melakukan pekerjaan rumah tangga. Akhirnya, kami makan berdua sambil mengobrol. Namun, pikiranku tetap melayang ke pria tadi. Ah, sudahlah Rukia, lupakan pria itu! Bahkan Kaien, teman lamaku, sudah berjanji akan melamarmu. Aku pun makan dengan pikiran yang melayang-layang, dan setelah makan, aku pun langsung tidur.
A/N: Yak, mohon reviewnya~ Ini bakal jadi multichap karena Rae semangat nulis lagi xD *plak* Kritik dan flame yang concrit juga diterima. Arigatou~ :D
