Disclaimer: I don't own Bleach or the characters.


xxx

Ichigo membuka pintu bertuliskan 'Wind Instrument Club', tempat di mana Rukia berada sekarang. Ia tahu kebiasaan Rukia di hari Rabu adalah menghabiskan waktunya lebih lama di ruangan ini meskipun kegiatan klub sudah berakhir. Ketika pintu sudah terbuka ia mendapati Rukia sedang menghadap jendela, tepatnya ia sedang memandangi sesuatu di luar sana.

"Apa yang membuatmu datang kemari, Ichigo?" tanpa berbalik Rukia sudah tahu orang yang baru saja datang adalah kekasihnya, yang mungkin sebentar lagi akan berubah statusnya.

"Apa kau lupa, kita selalu pulang bersama, 'kan?" Ichigo menjawab dengan nada biasa.

Rukia berbalik, terlihat jelas oleh Ichigo tatapan Rukia berbeda dari biasanya. Ia tak bisa menjelaskan tatapan itu dengan baik. Tetapi itu tak membuat Ichigo untuk mengabaikan niatnya datang ke tempat ini.

"Apakah yang dikatakan Lisa itu benar?" akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari mulut Ichigo, meminta penjelasan dari sang kekasih.

Rukia diam sejenak, lalu meletakkan flute yang sedari tadi ia pegang ke meja di sebelah kanannya. Ia menghembuskan napasnya pelan, sandiwara yang ia buat akan segera berakhir. Dari lubuk hatinya belum rela, ia belum puas dengan permainan ini, belum puas mengalahkan Ichigo dan belum mendapat kepercayaan lagi dari ayahnya. Tapi ada satu hal lagi yang mengganjal di hatinya, entah itu perasaan apa.

"Itu... benar," Rukia maju selangkah dan memandang Ichigo tajam, "memang apa yang kau harapkan dariku? Aku hanya seorang gadis yang ingin menjatuhkanmu, membuatmu jauh di belakangku. Aku ingin menjadi nomor satu baik di keluargaku, di sekolah, atau di mana pun aku berada. Kau tahu, itu adalah hal yang membuatku merasa sangat puas! Dan itu menyenangkan, karena jika berada di posisi itu aku bisa meremehkan seseorang dengan mudah. Jangan mengira kalau aku adalah gadis yang baik, aku berbeda. Aku adalah Kuchiki, dan Kuchiki tidak bisa dikalahkan oleh siapa pun."

Rukia menghela napas sejenak guna menetralisir perasaannya lalu berjalan mendekat ke arah Ichigo lagi, kini jarak mereka berdiri kurang dari satu meter. Ia merogoh saku roknya lalu dengan cepat melempar sesuatu yang Ichigo ketahui adalah gelang pasangan yang ia berikan kepada Rukia ketika mengunjungi festival budaya sekolah lain.

"Ambil! Aku tidak butuh barang murahan seperti itu, aku memakainya dengan sangat sangat sangat sangat terpa-"

Rukia terkejut bukan main, rasa perih menjalar di pipi sebelah kirinya. Dalam sekejap ia merasa takut, entah apa yang ia takutkan, tetapi ia merasa dengan jelas detak jantungnya lebih kencang dari biasanya. Ia tidak berani menatap Ichigo yang tengah mengeluarkan aura menakutkan, Ichigo sangat marah.

"Terkadang, kesalahan dari nomor satu adalah dia tidak bisa keluar dari zona nyamannya. Dan kau termasuk di dalamnya," Ichigo menatap Rukia tajam lalu meninggalkan gadis itu dan tak lupa ia membanting pintu klub dengan sangat kencang.

Hampa adalah perasaan yang menyergap Rukia sekarang. Ia mencoba menahan air mata yang akan keluar, tapi itu tak berhasil. Sakit, bukan karena tamparan Ichigo, ia pantas mendapatkan hadiah itu. Akan tetapi karena ucapannya sendiri yang ia yakini sangat melukai perasaan Ichigo. Penyesalan mulai menggerogoti hatinya.

'Ini menyakitkan.'

xxx


Selesai, ya!

Tak jelas, bukan?

Selanjutnya kuserahkan pada imajinasi pembaca sekalian.