CAST:

Wonwoo

Mingyu

Seungcheol

Jeonghan

Soonyoung

Jihoon

Hansol

Seungkwan

Junhui

Minghao

Jisoo

Seokmin

Chan

Pairing: Meanie, CheolHan, SoonHoon, VerKwan, JunHui. Slight! JiWon, MingHan, JiHan, MingHao, etc.

Genre: Action/Crime, Drama, Humor, Romance, Friendship.

Rated: M

Summary:

Wonwoo kehilangan segalanya, keluarganya, martabatnya hingga nyaris harga dirinya. Hidupnya yang penuh dengan tumpahan darah dan berbalik 360° berbanding terbalik dengan keadaan semula.

-SEVENTEEN-

Warning!

Typo bertebaran. Mengandung unsur bahasa yang agak kasar, blak-blakkan, dan tanpa perasaan (?). Boys X Boys. YAOI

Enjoy reading!

Don't forget, after reading Review, Fav, and Follow.

...

"Jangan merasa dirimu itu benar hyung! Lihatlah dirimu! Kau sama saja denganku!" seru Wonwoo dengan kedua matanya yang memerah dan menahan emosi yang telah meluap diseluruh tubuhnya. Seungcheol menatap Wonwoo antara datar dan iba namun ia juga tak bisa berbohong jika ia ingin memukul orang lain yang sudah ia anggap sebagai adikknya sendiri itu.

"Nde! Kau memang benar Jeon Wonwoo aku memang hanyalah manusia hina yang bahkan tak punya masa depan. Tapi, lihatlah dirimu! Kau masih memiliki kesempatan! Kenapa kau harus menjual tubuhmu?" Seungcheol mengepalkan kedua tangannya, seraya menyakinkan dirinya sendiri untuk tidak melayangkan bogem mentahnya pada pemuda yang sudah amat sangat ia sayangi itu.

"Cih!" Wonwoo berdecih mengejek. "Aku bukanlah orang suci! Aku bukanlah manusia yang baik! Aku bukanlah manusia yang berpendidikan dan hidup di kalangan atas! Jiwa dan ragaku sudah lama mati bersama seluruh keluargaku! Bersama saat mereka semua merenggutnya! Tubuhku masih berjalan dan hidup normal tapi di dalam diriku, semuanya sudah mati! Dan, kau hyung!" Wonwoo menatap Seungcheol tajam. "Aku menjual tubuhku, karena memang banyak yang menginginkannya—"

BUAGH!

Wonwoo tersungkur diatas lantai rumah kecilnya yang ia tinggali bersama Seungcheol. Ia membiarkan darah segar yang mengalir perlahan keluar dari sudut bibirnya.

"Kau murahan! Ya. Kau memang murahan! Selamanya kau tetaplah murahan! Jual saja tubuhmu! Sampai kau benar-benar merasasakan mati yang sesungguhnya!" umpat Seungcheol meluapkan seluruh emosinya. Ia melangkah meninggalkan Wonwoo yang masih diam di tempatnya.

Wonwoo termenung. Sesekali ia memejamkan kedua matanya. Setelah hampir satu tahun, ini adalah pertama kalinya Seungcheol memukulnya. Ini pertama kalinya, Seungcheol mengumpatnya dan ini pertama kalinya Seungcheol meninggalkannya dalam keadaan terluka.

Wonwoo terisak saat bayangan kedua orang tuanya dan adiknya kembali muncul berputar di otaknya. Senyum bahagia mereka yang teriang di gendang telinganya, hingga bagaimana mengenaskannya saat kedua orang tuanya terbunuh di depan matanya. Darah mereka yang mengalir di lantai rumah mewahnya akibat ulah manusia-manusia brengsek yang berbondong-bondong datang dan meringkus semua keluarganya dalam waktu hanya kurang dari 2 jam.

Wonwoo seorang anak pertama yang seharusnya melindungi adiknya, yang seharusnya melindungi kedua orang tuanya, yang seharusnya ikut meringkus manusia brengsek dan terkutuk itu. tapi, apa yang ia lakukan di malam satu tahun yang lalu? Hanya diam dan kemudian berlari bersama adiknya. Tangan basah adiknya yang menggenggamnya dengan begitu erat, berlari menjauh dari orang brengsek yang mengejarnya bahkan hingga mereka mulai melucuti pistol-pistol kearah kakak-beradik itu.

Wonwoo kembali terisak semakin keras saat adiknya yang justru melindunginya dari tembakan pistol yang mereka sasarkan. Bahkan, sampai sekarang bisa Wonwoo rasakan tubuhnya yang bergetar hanya karena membayangkan darah yang mengalir dari dalam tubuh adiknya, tepatnya di bagian jantungnya.

Wonwoo menatap kedua tangan kosongnya, mengingat bagaimana darah itu ikut menodai kedua tangannya. Bagaimana kedua tangan itu menompang tubuh adiknya.

"Gwenchana hyung! Pergilah!—uhuk!"

"Aniyo! Bertahanlah! Kita pasti bisa bertahan! Kau akan selamat, percayalah padaku!"

"Ani!—hyung-ie... mungkin selama ini aku tidak—uhuk—pernah menjadi—uhuk—adik yang baik bagimu! Hajiman, aku—uhuk—jebal! Uhuk—aku benar-benar sangat menyayangimu—uhuk!"

"Bertahanlah! Kau—"

"Hyung—uhuk—per—gi—lahh..."

"Ani!—"

"Hyung!"

Wonwoo memejamkan kedua matanya. Membiarkan ingatan itu terus datang. Membiarkan ingatan itu terus terbendung di dalam pikirannya.

"Hyung?" Wonwoo tersentak saat tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundaknya. "Gwenchana?" Wonwoo menggeleng lemah. "Ah, kau memang tak lihai berbohong hyung! Kau mau cara ampuh agar orang lain tidak mengetahui kau sedang berbohong atau tidak?"

"Eoh?" Wonwoo menatap kedua manik mata pemuda berpipi cubby di depannya.

"Berhenti berbicara omong kosong, Boo Seungkwan!" ujar Seungcheol tiba-tiba seraya melipat kedua tangannya dan menyandarkan tubuhnya di daun pintu masuk rumah mereka.

"Eoh, hyung? Kau darimana saja?" tanya Seungkwan mengalihkan pembicaraan.

"Wae? Ada sesuatu yang harus aku urus! Aku harus pergi sekarang! Kau sudah makan? Sebentar lagi, Jihoon pulang, kau tak perlu khawatir!"

"Apa kau akan pulang pagi lagi hyung?" tanya Seungkwan. Seungcheol melirik Wonwoo sekilas.

"Aku akan pergi selama empat hari. Jaga diri kalian baik-baik! Aku pergi!" pamit Seunghceol dan pergi begitu saja.

"Apa kalian berdua bertengkar?" tanya Seungkwan.

"Menurutmu? Sudahlah, pergilah tidur! Biar aku yang menunggu Jihoon! Besok kau ada sekolah bukan?" Wonwoo mengganti topik pembicaraan. Seungkwan hanya mengangguk.

"Kau akan menunggunya seorang diri hyung? Tak perlu ku temani?" Wonwoo menggeleng.

"Tidurlah! Ini, sudah larut! Aku tak mau melihat kedua matamu bengkak lagi esok hari dan berakhir tidur di kelasmu!"

"Arra—arra! Kenapa kau sok tahu sekali sih!" gerutu Seungkwan beranjak dan pergi menuju kamarnya dan Seungcheol.

Wonwoo menyeka sisa darah yang masih ada di sudut bibirnya. Ia beranjak berdiri dan beralih duduk di depan teras rumah kecil itu hanya untuk sekedar menghirup udara di malam hari seraya menunggu teman sebayanya pulang. Memang sudah kebiasaan Jihoon pulang larut malam dengan pekerjaannya yang beranekaragam, mulai dari penulis lagu hingga penulis cerpen, pelayan cafe hingga pengantar catering, bahkan pagi-pagi buta Jihoon sudah pergi sebelum Seungcheol yang hanya bekerja sebagai tukang parkir.

Berbeda pula dengan Seungkwan yang masih pelajar SMA yang beruntung masih bisa melanjutkan jenjang pendidikannya di bandingkan kedua hyungnya. Ya, tentu saja ini semua berkat Seungcheol dan Jihoon.

Awalnya, Wonwoo sempat bertanya-tanya saat pertama kalinya ia dipertemukan dengan orang asing yang berkumpul sebagai keluarga barunya saat ini. Wonwoo mengira ketiga pemuda itu adalah saudara kandung, tapi tidak justru mereka tidak memiliki hubungan darah. Sama sepertinya, hanya sebatas orang lain yang berkumpul dalam satu rumah dan tiba-tiba menjadi keluarga baru yang saling membantu satu sama lain.

Entah memang keberuntungan seorang Jeon Wonwoo atau justru kesialan baginya bertemu dengan orang-orang seperti mereka. Tapi, inilah hidup barunya yang membuat Wonwoo mau tidak mau menerimanya dengan lapang dada.

"Tidak! Sampai kapanpun! Aku tidak bisa menerimanya! Ini bukan hidupku! Hidupku sudah hancur dan tidak ada lagi harapan! Lalu, kenapa aku tetap duduk diam di tempat asing ini? Apa yang bisa aku harapkan dari mereka? Tidak! Ini hidupku, aku yang menentukannya, sekalipun—aku harus menjual harga diriku sendiri!"

TBC

Up Next...

"Jadi berapa hargamu, manis?"

...

"Aku sudah katakan padamu, jangan menggangguku Hoshi!"

...

"Bisa kau lihat, jika sejak awal aku tertarik padamu?"

...

"Kau ingin mati? Maka nikmati saja detik-detik kematianmu!"

...

"Hyung, apa kau baik-baik saja?"

...

"Kau memang brengsek Jeon Wonwoo!"

...

"Apa dia seorang mata-mata?"

"Mwoya?"

"Ada sesuatu yang menyumbat pembuluh darahnya! Dan, ia harus di operasi saat ini juga, jika tidak—pasien tidak bisa terselamatkan!"

...

Anyeong!

Hm, ini aku bawa fict baru. Adakah yang minta ini di next? Pada tertarik-kah? Mau aku lanjut atau aku stop ya? Ini aku lanjutin tergantung kalian, nde! Kamsahamnida udah nyempetin mampir. Dan, kalau misalnya banyak yang minta ini di next. Next chap, aku usahain setiap chap agak aku panjangin dan aku update kira-kira setiap minggu/dua minggu sekali. Karena ngitung2 aku yang lagi kelas 12.

Hm, buat sekedar informasi. Jeongmall mianhae kalau ada yang nungguin fict Si Mingyu Yang Minta Lebih, kalau belum aku update dan malah keluarin cerita baru. Hehe, maklum gara-gara liatin mixtape Seventeen dan lihat rambut baru Mingyu yang aduhai membahana, jadi ada yang beberapa aku ubah. Jeongmall mianhae.

Dan, buat fict Be Trapped, haduh aku malah lupa ini cerita alurnya gimana. Ada yang masih nunggu BT update? Kalau gak, mungkin aku hapus aja kali ya.

Jeongmall kamsahamnida.

Bye Bye.

Kokoya Banana...