Disclaimer:
Para Chara di cerita ini tidak lain milik Akira Amano (Katekyou Hitman Reborn)
Dan cerita dalam fanfic ini dari manga berjudul Zone-00 milik Kyujyo Kiyo
.
Warning:
OOC, Alternative World, Sedikit Gore, Kata-kata Makian, dan lainnya.
.
A/N:
Dalam cerita ini, Dino, Hibari, Lal, dan Chrome berusia 15 tahun. Sedangkan Yamamoto dan Colonnello berusia kira-kira 22-23 tahun. Chara lainnya berusia sama seperti aslinya. :)
.
Chapter 1
.
.
.
Kakek…
Saat bermain 'petak umpet',
mereka berkata bahwa orang yang bersembunyi adalah 'Sang Setan'.
Apa itu benar, Kakek?
.
.
.
—Zone-00—
Seorang wanita berpakaian serba hitam memegang rantai di tangannya. Menahan makhluk besar dengan gigi-gigi dan cakar yang tajam dengan rantainya. Makhluk itu meraung, mencoba meloloskan diri dari rantai yang melilit tubuh besarnya.
Seorang pria dengan gaya rambut seperti Elvis berdiri di seberang wanita itu. Pria itu memegang sebilah pedang di tangannya. Dengan gerakan cepat ia menebas makhluk besar itu—siluman.
Tak lama, sebuah tembakan menghancurkan siluman itu. Tembakan yang berasal dari seorang pemuda bersurai hitam legam dengan darah mengotori wajahnya. Sepasang keping hitamnya menatap makhluk di depannya itu mati. Tangan pemuda itu meraih kalung salib yang tergantung di lehernya dan mengecup pelan salib tersebut.
"Seperti yang diharapkan dari kota iblis, Namimori," ucap pemuda itu.
Si Wanita menarik rantai yang dipegangnya dan melilitkannya di sekitar tangannya sementara Si Pria menyarungkan kembali pedangnya.
"Para siluman bergerak dimana-mana," kata si wanita.
Pemuda berambut hitam itu berkata pada dua orang lainnya, "Hm. Ayo bereskan yang ada di sini." Keping coklat pemuda itu menatap langit. Menatap sosok seorang gadis yang terbang—ya, terbang—dengan sebuah sapu di langit malam.
Gadis itu menatap Sang pemuda dari posisinya. Seekor kucing hitam dengan mata berbeda warna—Biru dan kuning— dan berekor dua duduk tenang di bahu gadis itu.
"Tuan Setan, yang suka bermain petak umpet…" ucap gadis itu pelan.
—Zone-00—
Sepasang iris coklat terbuka lebar. Menatap terkejut ke arah sepasang keping hitam milik seorang pemuda yang menatapnya tajam. Dentang bel terus berbunyi seakan menjadi musik latar pemandangan yang dilihat si pemilik mata coklat.
"Ah. Dia sudah bangun," kata si pemilik keping hitam itu.
Banyak suara yang terdengar. Pria ataupun wanita, semuanya bergabung menjadi satu. Sayup-sayup terdengar kata-kata seperti "Dia sudah ketemu", "Kita sudah menemukannya", dan lainnya.
"Ti…." Si pemilik mata coklat—seorang pemuda berambut blonde dengan plester menempel di pipinya—berucap pelan. "TIDAK MUGKIN!" teriak pemuda itu. Sontak pemuda itu bangun, menyebabkan kepalanya dan kepala si pemilik keping hitam saling bertabrakan.
"Halo! Namaku Dino Cavallone!" kata pemuda bersurai pirang itu pada pemuda satunya. Tangannya membentuk posisi hormat.
Seorang pria paruh baya—wali kelas 2-A yang bernama Shamal—berdiri di depan meja guru dengan rambut berantakan. "Ahem… Terima kasih untuk kalian semua yang bermain petak umpet sebelum pelajaran pertama dimulai. Kita harus mencari Dino yang ketiduran dalam lubang ventilasi dan… menghabiskan waktu enam jam lamanya!" ucap Shamal-sensei dengan wajah marah. Sang guru menghela napas panjang. "Akan kuperkenalkan dua murid pindahan dari Kyoto, Hibari Kyouya dan Lal mirch," katanya lagi.
Sontak seluruh kelas menjadi ribut dengan kedatangan dua murid baru tersebut. Para siswi langsung mengeluarkan ponsel masing-masing dan memotret Hibari yang masih berdiri di depan kelas, begitu pula para siswa yang memotret Lal.
"Hey, Dino! Kau belum minta maaf pada Hibari, 'kan?" Shamal menunjuk ke arah Dino yang sedang memegang ponselnya seperti murid lain dengan satu kaki berada di atas meja. "Kau memukul wajah Hibari dan belum minta maaf, 'kan?" kata shamal lagi.
"Maafkan aku," ucap Dino singkat.
Hibari mengangguk pelan tanpa mengucapkan sepatah kata. Hanya gumaman "Hn" pelan yang terdengar pelan. Para siswi langsung histeris melihat respon Hibari.
"Dia keren sekali!" kata seorang siswi.
"Cool!" kata siswi lainnya. Begitu seterusnya. Semua mengagumi sosok Hibari yang tenang—menurut mereka.
"Ngomong-ngomong… Karena banyak waktu yang terbuang, kita sudahi saja pelajaran hari ini." Shamal meraih buku di mejanya. "Sampai jumpa nanti!" Tepat setelah mengatakannya, ia dengan cepat meninggalkan ruang kelas. Murid-murid pun berhamburan keluar.
Dino, Hibari, serta Lal membuka loker mereka masing-masing yang kebetulan berada tidak jauh satu sama lain. Saat pintu loker terbuka, surat-surat cinta dan berbagai macam hadiah berjatuhan keluar dari dalam loker. Ketiga orang itu memandang dengan wajah datar saat melihatnya.
"Hei, Kyouya…" panggil Dino yang dibalas 'hn' singkat oleh Hibari. "Apa kalian berdua… berkencan?" tanyanya. Hibari dan Lal memandang ke arah Dino. "Kalian sekolah di sekolah yang sama di Kyoto, 'kan? Apa kalian sudah pernah berciuman dan melakukan se—"
Belum sempat Dino menyelesaikan pertanyaannya, Hibari sudah membungkam mulut pemuda bersurai emas itu dan memberinya sebuah deathglare. "Apa-apaan pertanyaanmu itu?" Hibari balik bertanya pada Dino.
"Dia… Hibari tidak mungkin melakukannya," kata Lal. "Karena jika ia melakukannya, aku akan menghajarnya," ucapnya lagi. Lal pun berjalan menghampiri kucing hitam yang seakan-akan menjemputnya. Diraihnya kucing itu dan menggendongnya. "Kau juga harus berhati-hati, Cavallone…" Lal berlalu pergi meninggalkan dua orang pemuda itu.
—Zone-00—
"Misterius! Kyouya, kau sangat keren!" kata Dino sepanjang perjalanan pulang. Hibari yang berjalan di sebelahnya merasa risih mendengar ucapan Dino. "Aku jadi menyukaimu, Kyouya!" Dino berkata penuh semangat.
Hibari mengabaikan ocehan Dino. Tapi ia tidak protes sedikit pun.
"Orang biasa tidak akan bersembunyi di lubang ventilasi, 'kan?" Hibari menghentikan langkahnya dan menatap heran ke arah Dino. "Tapi kau bisa menemukanku! Selama ini aku selalu menganggap diriku ahli dalam permainan petak umpet. Takdir benar-benar misterius!" jelas Dino lagi.
Hibari tersenyum tipis. "Kau… benar-benar menarik."
"Oh! Bicara tentang misterius, di sini ada sebuah toko aksesoris bernama 'Millefiore'. Pemiliknya bernama Byakuran dan dia benar-benar Misterius!" kata pemuda bersurai emas itu pada Hibari.
"Ah… Aku hampir lupa," gumam Hibari.
"Eh?" Dino menengokkan kepalanya ke arah pemuda berambut hitam itu. Tapi Hibari sudah menghilang. Ia tidak ada di samping Dino. "Kyouya?"
Tak jauh dari tempat Dino berdiri, muncul dua orang asing—seorang pria dan seorang wanita. Hibari melompat ke salah satu tiang listrik dan berdiri mantap di ujungnya, tidak jauh dari dua orang itu.
"Tuan muda, sekarang sudah gelap." kata si wanita, Suzuki Adelheid.
"Orang yang bersama anda… Apa dia teman anda?" tanya si pria, Kusakabe Tetsuya.
"Siapa?" Hibari bertanya balik. "Aku tidak kenal dengannya." Pemuda bermanik hitam itu mengalungkan sebuah kalung salib di lehernya dan menarik keluar sebuah pistol dari balik gakuran-nya. "Adel, Tetsu, ayo pergi. Saatnya berburu." Kedua manik hitam Hibari berkilat tajam.
—Zone-00—
Di depan sebuah toko berlantai dua—lantai dasar mempunyai papan nama bertuliskan 'Millefiore' sedangkan di lantai dua terdapat papan nama bertuliskan 'G's Bar'—duduk seekor kucing hitam bersama seekor anjing jenis doberman berbulu hitam.
"Hey, Yamamoto. Kenapa kau bertingkah seperti seekor anjing?" tanya sebuah suara—suara si kucing hitam berekor dua.
Suara lainnya menanggapai pertanyaan si kucing—kali ini suara si anjing hitam yang mengenakan penutup mata di mata kanannya, "Karena aku memang anjing."
"Kita punya banyak waktu di sini. Yang kita lakukan setelah menjemput tuan kita, kita hanya tidur," ucap si kucing yang membetulkan posisi tidurnya.
"Aku bermain dan berjalan-jalan juga," kata si anjing dengan suara tenang yang datar. "Bagaimana pendapatmu tentang kota ini—Namimori?"
"Tidak jauh berbeda dengan Kyoto. Tapi… setelah bersekolah di sini, rok yang dipakai Lal… terlalu pendek hingga memperlihatkan kakinya," Si kucing menaruh salah satu kaki depannya di bawah dagunya. Membuatnya terlihat seperti sedang berpikir. "Aku sudah pernah melihatnya. Tapi aku tidak ingin memperlihatkan kaki indah Lal pada pria lain."
Tanpa disangka, Si anjing menggigit leher si kucing. Si anjing menjilat moncongnya yang terkena darah Si kucing. "Kau terlalu khawatir, Nello," kata si anjing tenang seakan-akan ia tidak pernah menggigit leher si kucing.
"Jangan mengigitku, Bodoh!" teriak si kucing dan mereka berdua pun beradu mulut dan saling cakar atau menggigit satu sama lain. Mereka tidak menyadari seseorang yang mendekati mereka.
"Bahasa anjing? Bukan. Bahasa kucing? Itu juga bukan," kata sebuah suara, Dino berdiri menatap takjub ke arah si kucing dan si anjing. "Ini jelas-jelas bahasa manusia!" Si kucing dan si anjing menatap kaget sosok Dino yang menerjang ke arah mereka berdua.
Dino mencengkeram erat kedua telinga si anjing—Yamamoto—sementara kedua kaki pemuda itu mengapit tubuh Yamamoto. Si kucing, Colonnello berusaha menghentikan Dino. Cakarnya menancap di bahu kanan pemuda bersurai emas itu. Kedua mata berbeda warna milik Colonnello terbelalak saat melihat leher pemuda blonde itu. Begitu pula dengan Yamamoto.
"Kalung batu amber? Dan luka di leher?" kata Colonnello tidak percaya.
Dua sosok gadis keluar dari dalam toko. Ketiga pasang mata milik Dino, Yamamoto, dan Colonnello menatap mereka berdua.
"Apa yang kau lakukan, Colonnello? Berisik sekali," kata gadis pertama.
"Lal!" panggil Colonnello.
"C-Chrome!" kata Yamamoto saat melihat gadis yang lain.
Gadis kedua tersenyum lembut. "Kelihatannya kalian bersenang-senang," ucapnya dengan suara yang sangat halus. "Tapi… Kau terlihat seperti uke, Takeshi," katanya lagi dengan wajah tersenyum.
—Zone-00—
Di dalam toko…
"Eh? Jadi Manager sudah tahu kalau Nello dan Takeshi bisa berbicara menggunakan bahasa manusia?"tanya Dino pada seorang pria berambut putih yang memegang sebungkus besar marshmallow.
"Ya. Aku 'kan sudah lama berada di sini, Dino-kun~ Akhirnya kau mengetahuinya juga," ucap pria itu—Byakuran—yang merupakan pemilik sekaligus manager toko aksesoris 'Millefiore'. Salah satu tangan Byakuran mengelus rambut merah muda seorang bocah laki-laki yang tertidur di pangkuannya. "Kau terkejut?" tanyanya.
"Tentu saja. Tapi aku jadi tahu kalau masih banyak hal misterius lainnya di sini," kata Dino mantap pada Byakuran.
Byakuran meraih sebuah marshmallow dan memakannya. "Setelah ini akan ada banyak hal yang terjadi. Hal yang kau sebut 'misterius'… Karena itu kalian datang ke Namimori, 'kan?" Keping ametis milik Byakuran menatap ke arah Lal dan Chrome. "Chrome Dokuro—Penyihir dari Timur dan Lal Mirch—Penyihir dari Barat," ucapnya lagi.
"Itu benar, Byakuran. Dan… dia juga ada di sini, Tuan muda Hibari," Kedua mata milik Lal menatap tajam Byakuran.
"Tapi… aneh sekali ya, Takeshi. Kukira kita sudah membuat kesepakatan dengan mereka…" Chrome mengelus kepala Yamamoto. Ucapan gadis itu disetujui oleh Yamamoto dengan sebuah anggukan.
"Hibari? Maksud kalian Hibari Kyouya?" tanya Dino bingung.
"Oh, benar juga. Dino-kun belum tahu apapun soal ini~" kata Byakuran santai. "Sebenarnya—"
Kata-kata Byakuran terpotong. Tiba-tiba, cipratan darah membasahi wajah pria bersurai putih itu. Tubuh Dino tergeletak di hadapan Byakuran. Tubuh pemuda blonde itu bermandikan darah. Darah segar terus mengalir dari lehernya. Kepalanya tergeletak tak jauh dari tubuhnya dan keheningan memenuhi ruangan.
—Zone-00—
A/N:
Ahaha! Project fic multi-chap saya. XD
Cerita ini saya ambil dari manga berjudul sama 'Zone-00'.
Manga ini super awesome! Tapi sayang di situs manga scan cuma ada 4 chapter dan saya harus bongkar Lj buat nyari lanjutannya. Hasilnya? dapet beberapa volume tapi raw. Haha...
Pokoknya kalian wajib baca manga ini! OvOb
Read and Review? :)
