Naruto disclaimer by Masashi Kishimoto
Rate:
T
Genre:
Romance, Friendship
AU, OOC, typo, etc.
~ Present ~
A Perfect Holiday
Summary:
Cuaca dingin serta badai yang menerjang Konoha membuat penerbangan pesawat tidak bisa lepas landas. Lalu bagaimana dengan Sakura dan keempat temannya yang ingin berlibur ke New York?
.
.
.
Chapter 1
.
.
.
"Haah! Bagaimana ini?" Terdengar gerutuan seorang gadis berambut seperti bunga Sakura, pink.
"Kalau begini, kita akan batal liburan ke New York!" Ucap salah satu gadis lainnya."
"Ino benar! Kita tidak bisa liburan jika cuaca buruk seperti ini." Jawab Tenten.
"Lalu kita harus bagaimana lagi? Kita terpaksa harus membatalkan acara liburan kita ke New York!" Ucap Temari.
Keempat gadis lainnya hanya bisa terdiam. Mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Mereka sempat pergi menuju bandara, dan penerbangan berjalan lancar. Tetapi mereka harus mendarat karena cuaca diperkirakan akan memburuk. Dan sekarang, mereka berlima sedang berada didalam mobil yang sedang dikendarai oleh Temari.
"Hufftt, hari sudah malam. Lalu kita akan kemana?" Tanya Ino.
"Mungkin kita akan mencari penginapan disekitar sini. Hari sudah malam, kita tidak mungkin akan kembali ke Konoha." Jawab Temari.
"Tapi apakah ada penginapan disekitar sini? Aku tidak yakin!" Seru Ino sambil melihat kearah jendela. Diluar sana terlihat salju yang sedang turun membuat jalan dan juga pohon-pohon tertutupi oleh salju. Ditambah suasana gelap membuat Ino sangat tidak yakin akan ada penginapan disekitar sini.
"Kita sekarang sedang berada dimana?" Tanya Sakura.
"I-iya, bagaimana kalau k-kita tersesat?" Tanya seorang gadis lagi, Hinata.
"Emm, aku juga tidak tahu." Jawab Temari. Membuat semuanya menghela nafas gusar.
"Ternyata kita memang tersesat." Ucap Tenten.
"Kalian tenang saja, bukankah kalian semua mempunyai handphone?" Tanya Temari.
"Memangnya untuk apa?" Tanya Ino. Temari menghela nafas bosan.
"Kau mempunyai GPS kan?" Jawab Temari.
"Iya juga! Kenapa aku tidak berpikir kesitu?!" Jawab Ino. Ia lalu langsung mengambil handphone nya yang berada disaku celananya.
"Bagaimana?" Tanya Temari. Semua mata melihat menuju Ino. Mereka berharap-harap kalau mereka pasti akan mempunyai tujuan jika Ino tahu dimana mereka sekarang.
"Bagaimana hasilnya, Ino?" Tanya Sakura tidak sabaran.
"Kita tidak tersesat kan?" Tanya Tenten.
"J-jadi k-kita sedang berada dimana?" Tanya Hinata. Ketiga pertanyaan langsung dikeluarkan oleh ketiga gadis tersebut. Membuat Ino tidak bisa menjawab masing-masing ketiga pertanyaan ketiga sahabatnya itu.
"Aduuhh! Aku juga tidak tahu! Disini tidak ada jaringan." Jawab Ino. Mendengar jawaban dari Ino, hilang sudah harapan mereka. Entah akan kemana tujuan mereka sekarang.
"Tuhh kan! Kita memang sudah tersesat disini!" Ucap Tenten.
"Benar! Kita memang sudah tersesat!" Ucap seorang gadis yang mempunyai mata emerald. Emerald yang biasanya cerah kini terlihat meredup.
Temari pun kini menghentikan mobilnya yang sedari dari melaju tanpa tujuan.
"Temari! Kenapa mobilnya berhenti?" Tanya Ino ketika merasakan mobil yang ditumpanginya berhenti. Ia menebak, pasti ada kenapa-kenapa dengan mobilnya.
"Huft, kita tidak mungkin melaju tanpa tujuan kan?" Jawab Temari kepada Ino.
"Lalu? Mobilnya tidak apa-apa kan?" Tanyanya lagi.
"Tidak." Jawab Temari. Membuat Ino mendesah lega. Tetapi hanya beberapa saat, dirinya sadar kalau diluar sana sangat gelap sekali. Gadis itu melihat kearah kaca jendela, dan ia tidak bisa melihat apapun. Diluar sana sangat gelap, hanya ada lampu penerangan yang berasal dari mobil yang kini sedang ditumpanginya.
"Diluar sangat gelap sekali." Ucapnya.
"Benar, aku takut sekali." Jawab Tenten sambil memandang kearah jendela yang berada disebelahnya.
"Kita harus cepat-cepat pergi dari sini, Temari!" Seru Sakura kepada Temari yang berada disampingnya.
"Tapi kita akan kemana?" Tanya Temari pada Sakura.
"A-aku juga tidak tahu! Yang penting kita harus segera pergi dari tempat ini." Jawab Sakura.
Temari menghela nafas, sebelum akhirnya menghidupkan kembali mobilnya, dan langsung pergi menjauhi tempat tadi.
"Aku heran kenapa tidak ada mobil lainnya yang lewat sekitar sini." Ucap seorang gadis yang sedang fokus menyetir.
"Mungkin jalan sekitar sini banyak hantunya!" Ino menjawab asal pertanyaan yang dilontarkan oleh Temari.
"Ahh, Ino! Jangan membahas itu! Kau tahu kan aku sangat takut sekali dengan namanya hantu." Ucap Tenten sambil menatap Ino. Terlihat sekali dimatanya bahwa dirinya sekarang memang sangat ketakutan sekali. Sementara Hinata kini terdiam mendengar kedua sahabatnya itu. Walaupun dirinya diam-diam merasa ketakutan berada disekitar sini. Ditambah keadaan sepi, hening, dan juga gelap menambah keangkeran jalan yang bahkan ia tidak ketahui dimana.
Beberapa saat setelah Ino meminta maaf kepada Tenten, keadaan didalam mobil sangat hening. Tidak ada satupun yang berbicara. Semuanya diam dengan pikiran masing-masing.
"Hey!" Semua gadis yang sedari tadi terdiam kini menoleh kearah asal suara tersebut.
"Ada apa, Temari?" Tanya Sakura.
"Lihat didepan sana!" Mendengar jawaban Temari, keempat gadis lainnya cepat-cepat menoleh kearah depan. Dan apa yang mereka lihat? Mereka kini melihat sebuah papan yang menunjukkan bahwa..
"Pe-nginapan.. Ma-war?" Sakura membaca sebuah papan yang menunjukkan sebuah nama penginapan.
"Penginapan!" Seru Ino.
"Benar! Itu penginapan!" Ucap Tenten. Emeraldnya kini bersinar melihat sebuah penginapan didepan sana.
"Cepat kemasi barang-barang bawaan kalian! Kita akan menginap disana!" Mendengar perintah Temari, semuanya dengan antusias keluar dari mobil sembari mengeluarkan barang-barang bawaan mereka masing-masing.
Setelah semuanya keluar dari dalam mobil, kelimanya segera menghampiri penginapan yang sangat terlihat sepi sekali.
"Kenapa penginapannya sangat sepi?" Tanya Ino sambil melihat sekeliling tempat itu.
"Pasti penginapannya sudah tutup. Ini kan sudah malam sekali." Ucap Tenten sambil menghela nafas.
"T-tapi lampunya t-idak dimatikan. B-berarti.." Ucapan Hinata terpotong oleh Temari.
"Berarti memang belum tutup. Tekan saja bell yang ada disamping pintu itu." Ucap Temari sambil menunjuk kearah bell yang terdapat disampin kiri pintu penginapan itu.
"Biar aku yang tekan!" Ucap Ino sambil menekan bell tersebut. Bell berbunyi, beberapa saat kemudian, seseorang membukakan pintu. Dan terlihatlah seorang wanita cantik berdiri didepan pintu penginapan tersebut.
"Ahh! Apa kalian akan menginap dipenginapan milikku?" Tanya sang wanita tersebut.
"Err, iya. Kami mau menginap disini." Jawab Ino. Sang wanita pemilik penginapan itu tersenyum.
"Tapi apa masih ada kamar kosong untuk kita?" Tanya Temari kepada sang wanita itu.
"Kalian tenang saja masih banyak kamar yang kosong disini." Jawab sang wanita itu, Temari dan juga yang lainnya tersenyum senang mendengarnya.
"Kalau begitu silahkan masuk!" Perintah wanita tersebut. Semuanya langsung masuk kedalam penginapan tersebut, menuruti perintah sang wanita pemilik penginapan itu.
"Ini kunci untuk kamar kalian." Ucap wanita itu sambil menyerahkan kunci kepada Temari.
"Terima kasih, err.."
"Namaku Anko." Ucap wanita itu yang ternyata bernama Anko itu.
"Baiklah,emm bibi Anko. Apa boleh kami menyebutnya seperti itu?" Tanya Temari.
"Tidak masalah." Jawab Anko sambil tersenyum.
"Ahh, lalu kalian akan menginap berapa lama?" Tanya Anko.
"Kami hanya akan menginap semalam." Jawab Sakura.
"Baiklah kalau begitu, selamat beristirahat!" Ucap Anko sambil tersenyum.
"Yasudah, kalau begitu.. Bibi, kami permisi dulu." Ucap Sakura kepada Anko.
"Silahkan." Jawab Anko.
Lalu mereka semua pergi mencari kamar kosong yang berada dilantai atas
"Kita mendapat kamar nomor berapa Temari?" Tanya Ino kepada Temari. Temari pun langsung melihat kunci kamar yang terdapat nomor kamar tersebut.
"Emm, kamar nomor 45." Jawab Temari.
"45? Emm, ahh! Itu dia kamar nomor 45!" Seru Sakura.
"Iya! Ayo kita cepat-cepat masuk kedalam kamar itu! Aku sudah sangat mengantuk!" Ucap Tenten sambil mendahului teman-teman yang lainnya.
"Kau ini memang tidak sabaran ya, Tenten!" Ucap Ino. Semuanya hanya tersenyum tipis. Lalu segera saja mereka masuk kedalam kamar penginapan tersebut.
.
.
.
Sakura, dan juga yang lainnya kini sedang berada didalam kamar penginapan. Disana hanya terdapat 4 buah kasur, sementara mereka berlima. Akhirnyalah Temari tidur berdua dengan Sakura.
"Lalu?" Ucap gadis berambut pirang sambil terduduk diatas kasurnya.
"Kita akan tetap ke New York! Besok pasti cuaca akan seperti semula kembali." Ucap Tenten.
"Tergantung cuacanya. Kalau tetap sama, berarti kita memang harus membatalkan acara liburan kita." Ucap Sakura sambil memegang handphone nya.
"Haaah! Sudahlah, lebih baik kita tidur saja. Ini sudah malam." Ucap Temari sambil menidurkan dirinya disebelah samping Sakura.
"I-iya.. Aku j-juga sudah mengantuk.." Ucap Hinata. Ia kemudian menidurkan dirinya sama seperti Temari. Lalu disusul oleh yang lainnya.
Kini kelima gadis itu sudah terlelap pulas. Menuju alam mimpinya masing-masing.
.
.
.
.
.
Waktu berlalu dengan cepat. Kini pagi sudah mulai datang. Sakura, ialah gadis yang pertama membuka kedua matanya. Gadis itu terbangun, ia melihat kesekeliling kamarnya. Dan melihat semua temannya masih tertidur lelap. Sakura melirik kearah jam dinding, pukul lima lebih. Itu berarti hari sudah mulai pagi.
Gadis cantik itupun segera turun dari atas kasurnya dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, untuk membersihkan dirinya.
.
30 menit berlalu, kini Sakura sudah siap dengan jaket pink tebalnya. Ia segera membangunkan Temari dan juga yang lainnya.
"Haaft! Ada apa sih, Sakura?" Tanya Ino kepada Sakura sambil mengucek - ngucek kedua matanya.
"Cepat bangun! Ini sudah pagi!" Ucap Sakura sambil sedikit berteriak. Mendengar ucapan Sakura, keempat gadis itu langsung segera melirik kearah jam dinding, dan benar saja ini sudah pagi. Mereka harus segera pergi menuju bandara.
"Ahh! Sudah pagi! Aku harus segera mandi!" Seru Temari lalu segera masuk ke kamar mandi.
"Eh! Tunggu dulu Temari! Aku dulu!" Ino kalah cepat dari Temari, sehingga ia harus menunggu hingga sahabatnya itu selesai mandi.
Sedangkan Sakura hanya menggelengkan kepalanya melihat hal tersebut. Mendesah pelan, akhirnya Sakura melangkahkan kakinya menuju kaca jendela yang ada dikamar penginapan itu.
Gadis itu melihat kearah luar jendela. Salju masih saja turun. Itu tandanya pesawat belum bisa lepas landas. Ia mendesah kecewa. Rencana liburan yang sudah ia persiapkan dari dulu memang harus benar - benar dibatalkan.
"Sepertinya kita memang harus membatalkan rencana liburan kita." Ucap Sakura, suara gadis tersebut tendengar sedih. Ino yang sedari tadi berdiri didepan pintu kamar mandi, sekarang menoleh kearah Sakura.
"Apa maksudmu, Sakura?" Tanya Ino. Ia sedikit bingung mendengar pernyataan Sakura, biasanya Sakura sangat semangat sekali jika sudah pergi liburan. Begitu juga Tenten dan juga Hinata yang bingung dengan ucapan gadis merah muda itu.
Sakura menghela nafas sebelum menjawab.
"Kalian lihat sendiri keluar.." Jawab Sakura. Langsung saja gadis pirang tersebut menghampiri Sakura. Ino sekarang tahu, jadi ini yang membuat acara liburannnya bersama sahabatnya harus dibatalkan. Salju yang terus turun dan juga musim dingin yang melanda. Kemungkinan pesawat akan lepas landas dalam waktu seminggu lagi.
"Huftt! Benar juga, pesawat tidak mungkin akan lepas landas jika salju terus turun." Ucap Ino terdengar sedih.
"Lalu bagaimana acara liburan kita?" Tanya Tenten. Gadis itu segera menghampiri Ino dan juga Sakura.
"Aku juga tidak tahu." Jawab Sakura sambil melihat kearah jendela.
"Kita terjebak disini." Ino segera meninggalkan Sakura dan juga Tenten yang ada disamping. Ia terduduk lesu diatas kasurnya.
Hinata yang melihat semua sahabatnya itu sedih, mencoba membuat mereka tenang.
"S-sudahlah I-ino-chan.. Mungkin a-cara liburan k-kita dilakukan s-seminggu kedepan…" Ucap Hinata, gadis itu mendekat kearah Ino lalu mengelus punggung sahabatnya itu.
"Hufft! Ya sudahlah! Tidak apa-apa kan Sakura, jika acara liburan kita ditunda dulu?" Ino bertanya kepada Sakura yang masih saja melihat kearah luar jendela.
Gadis merah muda itu menoleh, tersenyum ia menjawab..
"Tidak apa-apa, aku mengerti." Jawab Sakura sambil tersenyum kearah Ino.
"Emm, itu ide yang bagus, Hinata! Lagipula.. Kita masih bisa berlibur dipenginapan ini.. Kita bermain disekitar penginapan ini lalu kita bermain salju diluar! Menyenangkan bukan?" Ucap Tenten sambil tersenyum kearah sahabatnya itu.
Sakura, Ino, dan juga Hinata tersenyum. Mungkin berlibur dipenginapan ini tidak terlalu buruk juga. Yang terpenting, mereka selalu bersama-sama.
.
.
.
.
.
Sakura, Ino, Hinata, Temari dan juga Tenten. Kini sedang bersiap-siap untuk keluar dari kamar penginapan ini, berniat untuk bermain salju diluar. Mereka semua memakai jaket tebal mereka masing - masing. Setelah selesai, mereka semua segera pergi keluar meninggalkan kamar penginapan mereka.
"Hmm, kita kemana ya?" Pikir Ino. Ia melihat kesekeliling penginapan tersebut.
"Kita langsung saja keluar?" Ucap Tenten.
"Tapi.. Apa mungkin kita tidak akan sarapan terlebih dahulu?" Usul Sakura.
"Benar juga, aku sudah sangat lapar sekali." Jawab Temari.
"T-tapi.. Kita akan s-sarapan dimana?" Mendengar ucapan Hinata. Semuannya terdiam. Mereka juga tidak tahu harus membeli makanan dimana. Diluar tidak mungkin ada yang berjualan ditengah turun salju.
Sedang sibuk berpikir, tiba-tiba saja mereka mendengar suara yang tak lagi asing baginya. Kelima sahabat itu menoleh kearah sumber suara, dan mereka melihat Anko yang sedang menghampiri mereka berlima.
"Ah! Bibi Anko!" Sapa Sakura pada Anko.
"Bagaimana istirahat kalian?" Tanya Anko sambil tersenyum.
"Sangat nyaman." Ucap Temari sambil membalas senyuman Anko.
"Lalu kalian mau kemana sekarang?" Tanya Anko lagi.
"Sebenarnya bibi, kami sedang mencari makanan untuk sarapan kita." Ucap Ino menjawab pertanyaan Anko.
"Ahh! Jadi kalian mencari makanan untuk sarapan?" Semuanya mengganguk membenarkan ucapan Anko.
"Jangan khawatir, dipenginapanku ada restoran kecil. Kalian mau kesana?" Ucap Anko menawarkan restoran kecil yang ada dipenginapannya.
"Waah? Yang benar bibi?" Anko tersenyum. Wanita itu lalu mengajak kelima gadis itu untuk mengikuti dirinya.
Dan sampailah mereka disebuah restoran kecil.
Restoran itu bertema musim dingin. Disana juga terdapat penghangat ruangan, jadi tidak akan kedinginan.
"Inilah restorannya.." Ucap Anko.
"Jadi? Kalian ingin pesan makanan apa?" Tanya Anko sambil mengambil buku menu dan diserahkannya kepada Sakura. Gadis merah muda itupun mengambilnya.
"Aku pesan nasi goreng saja, bi." Ucap Sakura. Anko lalu mengganguk.
"Lalu yang lainnya?" Tanya Anko kepada yang lainnya.
"Aku juga sama." Ucap Ino.
"Mungkin kami semua sama." Ucap Temari.
"Baiklah kalau begitu.. Lalu kalian akan memesan minuman apa?" Tanya Anko lagi.
"Emm, mungkin minuman yang hangat?" Ucap Sakura.
"Hm. Baiklah kalau begitu. Kalian tunggu sebentar." Anko segera pergi meninggalkan kelima gadis tersebut.
Lalu mereka pun segera mencari tempat duduk. Mereka memilih tempat duduk yang berada dipaling pojok didekat jendela. Sehingga mereka dapat melihat salju yang turun dari luar kaca jendela.
Kelima gadis itu duduk ditempatnya masing-masing, menunggu pesanan mereka datang sambil menikmati turunnya salju dari luar kaca jendela yang berada disamping mereka. Sedang asyik-asyiknya menonton salju, tiba-tiba saja mereka dikejutkan dengan suara orang sedikit berteriak dari arah depan restoran kecil tersebut.
"Waah! Lihat Teme! Tenyata ada sebuah restoran kecil disini!" Ucap pemuda berambut pirang sambil sedikit berteriak.
"Hn? Ternyata ada restoran disini?" Ucap pemuda lainnya yang berambut coklat panjang.
"Benar! Ayo kita memesan makanan! Aku sudah sangat lapar sekali!" Jawab pemuda berambut pirang tadi sambil melangkahkan kakinya menuju restoran kecil tersebut.
Kelima gadis yang sedari tadi terdiam kini menoleh kearah sekelompok pemuda yang sedang memesan makanan tak jauh dari tempat duduk mereka. Jika dilihat, jumlah pemuda yang sedang memesan makanannya itu berjumlah lima orang. Sama seperti mereka yang berjumlah lima orang.
Selesai memesan makanan, kelima pemuda itu berniat mencari tempat duduk yang kosong. Direstoran kecil itu hanya terdapat beberapa meja, jika dihitung, mungkin tidak sampai sepuluh meja.
"Hm? Kita duduk dimana?" Pemuda berambut pirang itu mengedarkan pandangannya kesekeliling restoran kecil itu. Dirinya melihat ada beberapa gadis yang kini sedang menatap kearah dirinya.
"Bagaimana kalau kita duduk didekat para gadis itu?" Ucapnya kepada teman-temannya itu sambil menunjuk kearah para gadis yang terdapat tak jauh dari tempatnya berdiri. Seluruh temannya langsung mengikuti kearah para gadis yang ditunjuk oleh temannya itu.
"Apa? Para gadis itu?" Tanya salah satu teman lainnya kepada pemuda berambut pirang tadi.
"Sudahlah, cepat!" Jawab pemuda itu sambil berjalan meninggalkan temannya. Ia menghampiri meja yang ditempati oleh Sakura dan juga yang lainnya.
"Hai.. Apa boleh kami bergabung disini?" Tanya pemuda itu. Sakura dan Ino saling bertatap muka, lalu menjawabnya.
"Ehmm.. Boleh, silahkan saja." Jawab Sakura sambil tersenyum tipis. Pemuda itu berterima kasih pada Sakura, lalu ia segera memanggil para temannya yang sedari tadi terdiam berdiri.
"Teme, kemari! Kita bergabung disini!" Ucapnya, lalu kemudian pemuda lainnya menghampiri meja Sakura.
"Perkenalkan, namaku Naruto.." Ucap pemuda berambut pirang tadi yang ternyata bernama Naruto.
"Ini teman-temanku.. Dia namanya Sai, Neji, Shikamaru, dan itu Sasuke-teme!" Ucap Naruto sambil memperkenalkan seluruh teman-temannya.
"Dobe!"
Sakura memperhatikan satu persatu pemuda yang diperkenalkan oleh Naruto, ia tersenyum.
"Namaku Sakura, disebelahku namanya Ino, Hinata, Temari, dan Tenten." Ucap Sakura memperkenalkan dirinya dan juga para sahabatnya itu.
Naruto tersenyum, ia melihat satu persatu wajah para gadis itu. Matanya terpaku pada salah satu gadis tersebut.
Gadis berambut indigo, Hinata.
"Heii, siapa namamu, cantik?" Ucap Naruto sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Hinata. Sontak, hal itu membuat wajah Hinata bersemu merah.
"Naruto!" Panggil seorang pemuda sambil menarik tangan Naruto agar menjauh dari Hinata.
"Issh! Kau ini apa-apaan, Neji?" Kesal Naruto kepada temannya yang bernama Neji.
"Jangan dekati Hinata! Kau mengerti?" Ucap Neji, membuat Naruto terkejut.
"Ehh! Kau mengenal dia, Neji?" Kaget Naruto.
"Dia sepupuku." Jawab Neji, membuat Naruto kembali terkejut.
"Apa?! Kenapa kau tidak pernah bilang kalau kau mempunyai sepupu semanis dia?" Ucap Naruto pada Neji. Tapi yang ditanya tidak menjawabnya.
Neji mengabaikan pertanyaan yang dilontarkan oleh Naruto itu. Ia menoleh kearah Hinata.
"Hinata, kenapa kau disini? Bukannya kau sedang berlibur ke New York?" Tanya pemuda itu.
"N-neji-nii.. Iya, aku m-memang ingin berlibur k-ke New York.. Tapi c-cuaca sedang tidak s-stabil.. Jadi penerbangan p-pesawat dibatalkan.." Jawab Hinata pada sepupunya itu.
"Hm? Jadi begitu?" Hinata mengangguk kearah Neji. Sebenarnya gadis indigo itu sedikit terkejut melihat ada sepupunya sedang berada disini.
Tak jauh dengan Hinata, Sakura dan juga sahabatnya itu terkejut mendengar bahwa salah satu pemuda itu terdapat sepupu Hinata.
"Hh.. Jadi siapa namamu?" Naruto kembali bertanya kearah Hinata.
"B-bukannya Sakura-chan.. Sudah m-memperkenalkan namaku..?" Jawab Hinata pada pemuda berambut pirang itu.
"Iya.. Tapi aku lupa..!" Naruto menyengir sambil menggaruk belakang kepalanya.
"Namanya Hinata! Sudahlah! Sebaiknya kau diam!" Bukannya Hinata yang menjawab, Temari lah yang menjawab pertanyaan pemuda itu dengan sedikit kesal. Mungkin karena pemuda itu terlalu cerewet.
Naruto yang mendengarnya langsung terdiam sambil sedikit cemberut. Ia lalu duduk didepan Hinata.
"Siapa yang ditanya, siapa yang menjawab!" Kesalnya.
.
.
.
.
.
Setelah kejadian tadi, semuanya terdiam. Naruto yang sedari tadi cerewet, kini juga ikut terdiam. Para gadis maupun para pemuda itu tak ada yang bersuara.
Sakura, gadis itu melirik kearah pemuda yang terduduk didepannya. Pemuda berambut raven, bermata onyx. Gadis itu masih saja menatapnya. Merasa ada yang memperhatikannya, pemuda yang sedari tadi ditatap oleh Sakura kini mengangkat wajahnya kearah depan, yang berarti menatap kearah Sakura. Tapi yang ia lihat hanyalah seorang gadis bermata emerald yang sedang menatap kearah luar jendela. Setelah itu, pemuda bernama Sasuke itu kembali menatap layar handphone nya.
Sementara Sakura, ia langsung memalingkan wajahnya kearah jendela ketika ia melihat pemuda yang ditatapnya itu sadar kalau ia terus memperhatikannya itu hampir melirik kearahnya.
"Sebenarnya kalian sedang apa disini?" Tanya Ino memecah keheningan.
"Kami dari Konoha. Sebenarnya kami hendak berlibur ke Paris. Tapi penerbangan dibatalkan dan jadilah kami berada disini." Jawab pemuda berambut Nanas, Shikamaru.
"Kejadiannya sama dengan kami. Tapi kami ingin berlibur ke New York." Ucap Temari sambil menatap pemuda berambut nanas tadi.
"Lalu? Apakah kalian dari Konoha juga?" Tanya pemuda lainnya yang berkulit pucat, Sai.
"B-benar.. Kami dari K-konoha.." Jawab Hinata. Mendengar itu, tiba-tiba saja Naruto tersenyum riang.
"Waah! Hinata-chan.. Ternyata kita itu memang benar-benar jodoh.." Ucapnya. Wajah Hinata kembali memerah mendengarnya.
"Berani sekali kau, Naruto! Menggoda sepupuku!" Neji kembali memarahi Naruto.
"Heii! Memangnya kenap-" Ucapan Naruto terpotong.
"Permisi, ini pesanannya.." Ucap pelayan itu sambil menyimpan makanan pesanannya keatas meja.
"Ah! Terima kasih.." Ucap Sakura sambil tersenyum kearah pelayan itu.
Ketika pelayan tersebut hendak meninggalkan mereka, Naruto memanggilnya.
"Lalu mana pesananku? Lama sekali! Aku ingin segera memakan ramenku!" Ucapnya kearah pelayan itu.
"Ah, iya! Akan saya bawakan.." Setelah itu, pelayan tersebut pergi meninggalkan mereka.
Sakura segera mencoba nasi goreng pesanannya itu.
"Hmm.. Rasanya enak seperti buatan Kaa-san.." batinnya sambil sedikit tersenyum. Ketika hendak menyuapkan makanannya kearah mulutnya, tak sengaja matanya melirik kearah Sasuke yang juga sedang menatap dirinya. Mereka saling bertatapan, tapi Sakura langsung memalingkan wajahnya dan mencoba sibuk dengan makanannya. Terlihat rona kemerahan disekitaran pipi chubby nya. Sementara Sasuke, dirinya sedikit malu karena telah tertangkap basah karena terus saja menatap wajah cantik Sakura. Ia bisa melihat pipi chubby milik Sakura itu memerah. Entah kenapa ia sangat suka sekali melihat wajah malu-malu gadis dengan helaian seperti bunga Sakura itu. Membuat hatinya sedikit menghangat melihatnya..
.
.
.
.
.
To Be Continue…
Ini fic ketiga saya. Semoga readers mendapatkan feel saat membacanya.
Keep Or Delete?
Kritik, saran dan pendapat silahkan sampaikan lewat review.
Thanks for reading ^_^
