Maincast : Chanyeol X Baekhyun

Othercast: Kejutan di dalamnya :)

Disclaimer: Author meminjam nama para cast :)


Blood On A White Rose

(Chapter 1)....

"Pergilah bersamaku dan lupakan semua"

"N-nuguya (s-siapa?)"

.

"Bebanmu terlalu berat...Biar aku melepasnya"

"Andwae! Nuguya?!"

"Kau tak bisa lari kemanapun...kau milikku"

"ANDWAEE!...Hhh...hhhh"

Namja mungil itu terbangun dan meremas kerahnya kuat-kuat. Berulangkali Ia melirik was-was ke sekitar... entahlah rasanya penggalan dalam mimpi itu benar-benar mencekiknya, membuatnya sesekali terbatuk dan terengah-engah. Siapa sosok dan pemilik suara asing itu?

"M-mimpi...Hhhh itu hanya mimpi" engahnya sambil menepuk-nepuk dada, berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Namja kecil bernama Baekhyun itu beralih menyingkap selimutnya berniat mengambil seteguk air mineral, namun belum sempat kedua kaki rampingnya melangkah.

Seseorang tiba-tiba mendobrak keras pintu kamarnya, dan membuatnya berjengit terkejut.

"BERISIK!" Teriak seorang pria tambun itu, sembari berjalan menghentak mendekati Baekhyun. Sontak namja mungil itu begitu panik melangkah mundur, takut kalau-kalau sosok yang kerap di panggilnya Shindong Ahjussi itu memukulnya tanpa iba.

"M-mianhae...mianhaeyo" Gagap Baekhyun, seraya merambati dinding di belakangnya berusaha mencari pegangan.

"KEMARI KAU BOCAH TENGIK!" Seru Shindong sambil menarik kasar kerah Baekhyun hingga membuat namja mungil itu berjinjit, nyaris tak berpijak di lantai.

"KAU TAU INI JAM BERAPA HAH?! APA KAU MEMANG SENGAJA MENGGANGGU TIDURKU?!" Teriak pria itu sambil mengguncang tubuh ringkih yang dicengkramnya, meski Ia tau Baekhyun makin menciut takut, namun itu sama sekali tak membuatnya luruh untuk melepaskan bocah mungil itu.

Malah, Ia makin naik pitam melihat Baekhyun menggigil di hadapannya, persetan dengan rasa iba...

Karena Baekhyun, hidupnya kini kacau. Banyak hal ia korbankan, hanya demi seorang anak yang kini berada dalam hak asuhnya itu.

Ia makin mengangkat tinggi-tinggi tubuh kurus itu. Masih merasa dirinya paling benar, dan berhak melakukan apapun pada putra dari mendiang kakaknya terebut.

"A-ahjjusii...mianhae" isak Baekhyun lirih, sesekali Ia berusah meremas tangan besar Shindong untuk melepas cengkeraman itu. namun percuma, cengkeraman itu kian kuat setiap saat Ia meronta.

Namja mungil itu benar-benar tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi kini. Yang Ia tau...Shindong Ahjjusi adalah sosok penyayang, Ia selalu bergantung dan merengek apapun padanya. Namun semenjak kematian kedua orang tuanya, semua berubah.

Sifat yang kini Shindong tunjukkan begitu kontras dengan pribadinya kala itu.

"MIANHAE...MIANHAE! Hanya itu saja yang bisa kau katakan?!"

"A-apa salahku Ahj—jusiii" Ucap Baekhyun tertatih, sesekali Ia terbatuk dan begitu kepayahan untuk bernafas.

Tak ayal Shindong tertawa keras mendengarnya. "Kau masih bertanya apa salahmu hah? Hanya karena dirimu! Aku kehilangan segalanya! PEKERJAAN DAN HARTAKU HILANG HANYA KARNA DIRIMU BRENGSEK!TAPI APA SEKARANG HAAHH?!" Teriak Shindong kalap, dan seolah telah hilang akal...Ia melempar kasar tubuh Baekhyun ke lantai. Hingga terdengar debaman yang kucup keras.

"Arghtt~ ahh...Appoo...apppo" Jerit Baekhyun sambil memegangi pergelangan kakinya, bahkan kini matanya kebas karna air mata. Meski demikian, itu sama sekali tak menarik rasa iba dan sesal dari pria yang masih berdiri angkuh di depannya.

"Aissshh...harusnya aku membiarkan mafia-mafia itu membelimu untuk menjadi budak mereka, haiiiisssh Bodohnya diriku!" Gerutu Shindong seraya mengacak kasar surai ikalnya, merasa apa yang telah Ia lakukan untuk menyelamatkan Baekhyun adalah suatu kesalahan yang amat fatal.

Ia kembali memandang picik, bocah mungil yang masih meringkuk kesakitan di bawahnya itu. Lalu beranjak pergi setelah sebelumnya menendang kasar meja belajar milik Baekhyun.

"Ngh..uhh..huh...sssh" Baekhyun berusaha untuk bangkit, namun berakhir dengan meringis dan mendesis kesakitan.

Mungkin...Ia benar-benar mendapat luka retak, terlalu sakit walau hanya sekedar digerakkan. Tak ada yang dapat Baekhyun lakukan, selain merintih dan meratapi pergelangan kaki yang kini membiru lebam itu. Hingga membuatnya jatuh terlelap begitu saja di atas lantai yang dingin.

Beberapa Saat Kemudian

TAP

"Aku terlambat huh.."

Seorang berpostur tubuh tinggi tiba-tiba menyelinap masuk, dan berjalan perlahan mendekati Baekhyun yang masih meringkuk di atas lantai itu.

Kedua mata amber miliknya makin berpendar tajam di bawah temaram lampu kamar, begitu kontras dengan kulit pucatnya saat ini.

"Aku hanya meninggalkanmu sesaat, dan kau sudah mendapatkan luka seperti ini" Gumamnya seraya mengangkat kaki Baekhyun.

"Maafkan aku" Ucapnya kemudian.

Ia bergegas mengangkat bridal tubuh mungil itu, lalu membaringkannya di atas ranjang. Pandangannya seolah meredup, begitu menyadari luka di kaki Baekhyun bukanlah luka lebam biasa.

Namja tampan itu beralih menyentuh pergelangan kaki Baekhyun, dan hanya dengan sekali sapuan tangannya. Luka lebam itu pudar dalam sekejap.

"Sepertinya...apa yang kulakukan, belum cukup melindungi anak ini"

Lama...sosok tinggi itu memandangi paras manis Baekhyun, dan berdecak saat melihat sisa air mata yang belum sepenuhnya mengering di pipi putih itu.

Perlahan ia menunduk,dan menarik tengkuk Baekhyun hingga membuat namja mungil yang masih terlena dalam lelapnya itu menengadah ke arahnya.

Seringai tipis tersemat di sudut bibir merah itu, kala merasakan hembusan nafas hangat Baekhyun.

Tanpa ragu, sosok yang memiliki taring tajam itu, mengecup bibir Baekhyun dan sedikit menyesap bibir bawahnya. Ah! seperti biasa...ciuman ringan ini pun masih terasa begitu manis. Tak ada yang berubah...

Meski setiap malam Ia datang berkunjung dan mencuri kecupan dari namja mungil itu. tetap saja...bibir Baekhyun tetaplah memikatnya.

Ya! Pria itu memang telah lama mengawasi Baekhyun...bahkan semenjak Baekhyun di lahirkan di dunia ini, sosok itu telah hadir dan menjadi bayang-bayang Baekhyun.

Apapun yang dilakukan Baekhyun, dan apapun yang terjadi pada namja mungil itu, tentu Ia tau lebih dari siapapun.

Akan tetapi, sosok itu datang bukan semata untuk menjaga Baekhyun, melainkan...sebuah tujuan yang menjadi alasan baginya tetap mangawasi bocah berumur 19 tahun itu.

Hanya menunggu waktu...untuk mengambil apa yang diyakininya sebagai takdirnya.

"Aku akan melindungimu...kapanpun dan dimanapun" Bisiknya begitu melepas kecupan lembut itu.

Ia kembali memandangi paras pasi di bawahnya dan spontan memperlihatkan taringnya begitu melihat leher Baekhyun.

'Tidak! Ini belum waktunya!' Serunya dalam hati, dan membuatnya cepat-cepat mengalihkan pandangan.

"Tunggu dan sadari keberadaanku...Baekhyun"

Bisiknya lagi, kali ini dengan menyeringai tajam...lalu lenyap dalam sekejap.

.

.

.


Esoknya

"Ngghh..."

Sosok mungil itu mulai menggeliat dan merentangkan kedua tangannya ke atas, begitu bias mentari pagi mulai menerpa wajah putihnya.

Sepertinya pagi datang begitu cepat, masih lekat dalam benaknya bagaimana Pamannya melempar tubuhnya semalam,

Ya...semalam benar-benar menyakitkan ...sampai-sampai kakinya—

Tunggu!

Baekhyun mendadak bangkit terduduk begitu menyadari sesuatu yang salah.

Berulang kali Ia menoleh ke kanan dan ke kiri dengan kasar, sejak kapan Ia tidur di ranjangnya? Bukankah semalam dirinya tak bisa bergerak kemanapun karna kakinya yang sakit?

Dan lagi...

Kakinya bisa bergerak leluasa? Pikir Baekhyun seraya mengayun-ayun kakinya ke sembarang arah.

Apa ini?

"Maldo andwae" Gumam namja mungil itu, kali ini dengan melompat-lompat di ranjangnya. Ini benar-benar mustahil, kakinya sembuh hanya dalam waktu hitungan jam.

Baekhyun ingat jelas, kakinya benar-benar retak semalam bahkan mungkin patah.

"Hah...mungkinkah yang semalam itu,bagian dari mimpi burukku?" Ucap Baekhyun seraya menggaruk belakang kepalanya.

Jika benar, Ia terluka semalam. Pasti bekas luka itu masih berbekas di kakinya bukan?

Ya...Baekhyun yakin, itu pasti hanya bagian dari mimpi buruknya.

.

.

.

'RRRIIINGGG...RRIIING...RRIIING'

Baekhyun terlonjak begitu jam weakernya berdering cukup keras.

"Ommo...aku terlambat!" pekiknya seraya membuang asal selimut yang menghalanginya, namja mungil itu bergegas menuju kamar mandi sambil melompat-lompat girang. Ya..Ia tak bisa menyembunyikan rasa lega sekaligus antusiasnya, karna apa yang diingatnya hanyalah sebuah mimpi.

.

.

.

Beberapa menit kemudian

"Ahjjusii...aku—

"YACK! ENYAH SAJA KAU, TAK PERLU MENGUSIK TIDURKU!" Sahut Shindong kasar dari lantai atas.

Baekhyun mengerjapkan kedua mata bulatnya begitu mendengar hardikkan keras itu, ah! seandainya sikap pamannya itu juga bagian dari mimpinya.

Namja mungil itu bergegas lari, sebelum Ia benar-benar terlambat tiba di kampusnya.

.

.

.

.

Campus

"Kau sudah mengerjakannya bukan?"

Baekhyun hanya menunduk, tak menjawab apapun meski yeojja di hadapannya makin berang melihatnya.

"Yack! Aku tau kau sudah mengerjakannya, berikan tugas itu padaku!" Kekeuh yeojja itu, memaksa Baekhyun segera menyerahkan apa yang diinginkanya.

Tapi Baekhyun tetap bersikeras menolaknya, oh sungguh...Ia telah bersusah payah mengerjakannya seorang diri. Bagaimana mungkin Yeojja cantik itu dengan mudahnya ingin merampasnya seperti itu.

"Tidak..." Jawab Baekhyun singkat seraya , memperbaiki letak kaca matanya. Apa yang salah dengan Yeojja itu, memang benar Ia sangat cantik...tapi tidak untuk pribadinya. Ataukah karna penampilan dirinya saat ini yang membuat siapa saja merendahkannya demikian. Tak hanya pamannnya...teman kampusnya pun merasa, dirinya pembawa sial. Dan seolah memang pantas untuk dijauhi.

"Mwo?" Yuri terkekeh sini s mendengarnya, lalu beralih memenjarakan tubuh Baekhyun hingga tersudut di dinding. "Yya...apa kau cari mati denganku? Aku bisa saja memanggil Yoochun kemari untuk menghajarmu" Desis Yuri, mencoba mengancam...ah ya, Ia populer di kampus ini. Bahkan rasanya semua namja akan bertekuk lutut karna dirinya. Dan apapun yang diinginkannya tentu harus terpenuhi, tak terkecuali memberi gertakan untuk si kecil Baekhyun. Seperti apa yang di lakukannya saat ini.

Namun Baekhyun hanya melihatnya dingin...tak peduli dengan ucapan sosok ramping di hadapannya.

"Lakukan saja..."Balas Baekhyun, seraya mendorong pelan bahu Yuri. Agar segera menyingkir darinya.

Tapi apa yang dilakukannya membuat Yuri naik pitam, dan mencengkeram pergelangan tangan Baekhyun kuat-kuat.

"Mau kemana kau hah?!" Pekik Yuri, tangan kirinya bergerak cepat mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.

"Lepaskan aku!" Seru Baekhyun jengkel.

"Tidak sebelum kau menyerahkan tugas itu!"

Baekhyun berdecak kesal, perempuan di hadapannya benar-benar gila atau maniac tugas kampus?

"Yya...tak bisakah kau meminta pada temanmu yang lain? Bukankah kau populer? Mengapa kau harus bersusah payah—

"Yochun ahh~ Tolong aku...hiks, Nerd Baekhyun ...hiks...Dia...D—dia memaksa membuka bajuku"

"YACK! YURI!" Teriak Baekhyun seketika, begitu menyadari kemana arah pembicaraan itu. Dan sialnya, hanya mereka berdua dalam ruang kelas tersebut.

"Nee...gidarilkae (ku tunggu)" Ucap Yuri memelas, begitu usai memutus sambungan telepon itu. Ia menyeringai sinis, dan menghempas kasar tangan Baekhyun.

"Wae?..Kau sudah tau akibatnya bukan, jika membuatku kesal. Tunggu saja...kurang dari satu menit, kupastikan Yoochun akan mematahkan hidungmu" Desis Yuri, seraya mendorong lengan Baekhyun, dan melenggang santai menuju pintu keluar.

Sementara Baekhyun masih stagnan, tak menduga Yuri akan melemparkan hasutan seperti itu. siapapun tau...Yoochun tak akan tinggal diam jika seseorang mengusik Yuri.

Bahkan hingga Yuri mengunci ruang kelas itu, Baekhyun masih diam...memikirkan bagaimana cara untuk lari dan menyelamatkan diri, sebelum dirinya benar-benar habis di dipukuli Yoochun.

'Cklek'

"Andwaee!" Pekik Baekhyun seraya berlari menghampiri pintu, dan benar saja wanita itu telah menguncinya dari luar. Ah! Ia akan terlambat mengikuti kelas selanjutnya jika seperti ini, belum lagi...bagaimana jika Yoochun tiba-tiba masuk dan menghajarnya di ruangan ini.

"YURI! BUKA PINTUNYA! YURI!" Brakk...Brakk

Teriak Baekhhyun sambil mendobrak pintu itu, walau nyatanya nihil.

.

.

.

Baekhyun mengedarkan pandangan kesekitar dengan kalut, tak ada jalan keluar lagi selain pintu itu. Membuatnya meremas surai coklatnya frustasi, terlebih saat dirinya mendengar derap langkah beberapa orang yang semakin mendekat. Sial! Sepertinya itu Yoochun dan teman-temannya.

"Eottohkae...eottohkae" panik Baekhyun sambil menggigiti kukunya, namun kedua manik karamelnya seketika membulat antusias begitu melihat jendela di sudut ruangan.

Cepat-cepat namja mungil itu berlari ke arahnya, mengambil kursi dan—

PRANKKKKK

Kaca besar itu remuk begitu saja, menyisakah serpihan tajam di sekitar tempatnya berdiri.

Baekhyun yang masih terengah-engah, mencoba melihat keluar. Dan nyaris menjerit, begitu menyadari tempatnya berpijak saat ini sangatlah tinggi. Mustahil Ia melarikan diri dengan melompat keluar.

Cklek

Seseorang membuka pintu, membuat namja kecil itu meneguk ludah payah. Tak memiliki nyali untuk membayangkan apa yang akan terjadi padanya kali ini.

.

.

BRAKK

Sekelompok namja bertubuh tinggi besar, merangsak masuk begitu saja. Sontak Baekhyun yang merasa tersudut, spontan memegang tepian jendela...hingga membuatnya tak sadar, serpihan kaca telah melukai tangannya.

"Tck..tck..tck berantakan sekali" Kekeh Yoochun, seraya berjalan pelan mendekati namja yang masih menatap panik kedepan.

"Aku tak melakukan apapun pada kekasihmu!" Seru Baekhyun, berusaha membela diri sebelum pria kekar itu menghajarnya detik itu juga.

"Hmm?" Gumam Yoochun, masih terus melangkah mendekat, hingga benar-benar memerangkap Baekhyun.

"S-sungguh! aku sama sekali tak melakukan apapun pada Yur—

"Aku tau" Sergah Yoochun cepat, membuat namja mungil itu terhenyak mendengarnya.

"Perempuan licik itu ingin menjebakmu" Desis Yoochun santai.

Baekhyun mengernyitkan dahi heran, jika namja itu tau. Tapi mengapa dirinya masih datang kemari dan memerangkapnya seperti ini?

"K-kalau begitu lepaskan aku"

"Siapa yang mengizinkanmu pergi hmm?" Tahan Yoochun, sambil kembali menarik tubuh Baekhyun hingga kembali terperangkap di kedua lengan kekarnya.

Baekhyun terbelalak nanar, ia menduga sesuatu yang lebih buruk akan terjadi padanya setelah ini.

"Apa kalian yakin, di luar aman?" Ujar Yoochun pada pengikutnya, tanpa melepas tatapan tajamnya dari namja mungil yang makin menciut itu.

"Ya, Joon dan Mir berjaga di luar. Aku sudah mengunci pintu ruangan ini"

"Bagus" Jawab Yoochun setelahnya.

"M-mau apa kalian?!" Teriak Baekhyun, sambil berusaha memukul Yoochun untuk menyingkir. Tapi tubuhnya yang lebih kecil, membuat semua usahanya terbuang sia-sia.

"Aku datang, memang bukan untuk menghajarmu seperti yang Yuri inginkan, aku hanya ingin memanfaatkan situasi saja. Kau tau? sudah lama...aku mengincarmu, hahaha dan dugaanku benar, kau sangat manis jika dilihat sedekat ini"

"Brengsek! Lepaskan aku!" Ronta Baekhyun masih dengan berusaha menendang tubuh Yoochun, tapi kembali gagal begitu Yoochun menyusupkan sebelah lututnya di antara kedua paha Yoochun dan menggeseknya pelan.

"Nnh~ a-andwae nnhh" Erang Baekhyun frustasi, semakin Ia meronta semakin Yoochun menekan kuat genitalnya dengan lututnya.

Yoochun menyeringai puas melihatnya, Ia beralih mendekatkan wajahnya berniat mencium bibir mungil itu. Namun dengan cepat, Baekhyun memalingkan wajahnya ke lain arah.

"Bawa benda itu kemari" Ucap Yoochun kesal seraya memberi kode, dan sesuai keinginannya seorang namja yang sama kekar dengannya mendekat,lalu menyerahkan beberapa butir obat yang diinginkannya.

"Telan ini.." Tekan Yoochun sambil memaksa meyisipkan satu butir obat ke dalam mulut Baekhyun.

"Shirreo! Kalian ingin meracuniku?! Lepaskan aku!"

"Tch! Telan atau aku berbuat lebih dari ini"

"TIDAK!"

"Geurrae...jika kau memang menginginkannya" Bisik Yoochun, sembari memberi isyarat pada temannya yang lain untuk mendekat,

Dan benar saja...empat namja yang sebelumnya hanya berdiri di depan pintu kini, menghampirinya lalu menahan kedua tangan dan kakinya di lantai.

"JEBAL! JANGAN LAKUKAN INI! LEPASKAN AKU! TOLONG!"

"Aishhh berisik sekali! Yya! cepat buat anak ini menelan perangsang itu, aku sudah tak sabar menggilirnya" Seru namja yang lain, sambil mencengkeram tangan Baekhyun hingga membuat darah makin merembas dari luka serpihan kaca di tangan Baekhyun.

Namja mungil itu menggigil ketakutan diperlakukan demikian, andai Ia memliki tubuh sebesar itu. Mungkin dirinya tak akan selemah dan sepayah ini.

"TIDAK! KU MOHON! LEPAS! LEPAA—AGHH" Jeritan Baekhyun tertahan, begitu Yoochun menekan kuat dagunya hingga membuat namja manis itu menengadah dengan bibir tebrbuka. Tak ada yang bisa Ia lakukan jika 5 orang namja kekar mengekang tubuh kurusnya seperti ini, terlebih saat Yoochun memasukkan butir obat berasa basa ke dalam mulutnya. Ia hanya mampu meronta percuma dan mengerang pasrah.

"Bagus...telan dan nikmati sensasi dalam tubumu" Yoochun makin memandang bringas, begitu melihat namja lemah di bawahnya semakin menengadah...memperlihatkan garis leher. Membuatnya tak sabar untuk mengecup dan menggigit setiap jengkal kulit putih nan halus itu.

"Nngh~" Lenguh Baekhyun, pandangannya pun kian memudar. Entahlah...ia merasa semua yang dilihatnya semakin berbayang, terlebih panas tubuhnya pun makin meninggi.

"Sshh...a-apa yang kalian..Nghh"

"Hahahaha...Lihat! Obat itu mulai bereaksi!"

"Show time! Hahahahaha"

.

.

BRAKKKKK

Pintu terbanting keras, membuat lima orang namja itu terperanjat dan memandang bengis ke arah pintu. Tatapan mereka makin menyipit tak suka, begitu tau...seorang namja yang berani menginterupsi kesenangan mereka.

"YACK! SIAPA KAU?! INGIN CARI MATI HUH?!" Teriak Yoochun sembari bersiap-siap menerjang sosok asing itu. sementara empat namja lainnya terlihat tak peduli, dan masih begitu bergairah memandangi tubuh Baekhyu yang menggeliat dan kebas karna keringat dingin.

"Tch! Kalian yang cari mati denganku" Desis sosok itu, sambil menyingsingkan lengan kemejanya.

"BRENGSEK! KU HABISI KA—HOEGHHH!"

BRUGH

Yoochun tiba-tiba muntah lalu tumbang dan terkulai begitu saja, saat namja tinggi itu menghantam perutnya hanya dengan sekali pukulan ringan.

"Michiggo annya?! YACK! Jangan bercanda Pabbo...Kau payah hanya dengan pukulan seperti itu?! Aissshh!" Decak Jjong meremehkan ketuanya, Ia bangkit bersiap menghabisi namja asing di depannya.

Satu tendangan kuat dan...

Crack

"ARGHT!...GHAHHHh!" Ia tiba-tiba menjerit kesakitan, begitu namja yang yang nyaris di tendangnya itu begitu mudah menangkap kakinya, lalu meremasnya dengan tenang.

Masih dengan merintih kesakitan Jjong berusaha beringsut-ingsut kebelakang, ketakutan.
Manusia macam apa yang sedang di hadapinya saat ini, dengan wajah yang datar itu. Dia bisa membunuh siapapun dengan mudahnya.

"Menyingkir dari anak itu, jika kalian tak ingin mati di tempat ini"

"L-LARI! BAWA AKU LARI DARI SINI!" Teriak Jjong, memaksa tiga teman lainnya untuk tersadar.

Dan benar saja, seolah dipecut oleh rasa takut itu. Semua namja itu merangsak lari, meninggalkan Yoochun yang masih terkapar di lantai.

.

.

.

Pria itu hanya berdecak, dan menghempas sedikit debu di kemeja hitam miliknya. Ia beralih menatap sendu ke depan, dan menghela nafas sesal begitu melihat Baekhyun menggigil lemah di sana.

Tanpa pikir panjang, Ia melesat mendekati Baekhyun dan merengkuh tubuh mungil itu.

"S-seonsaengnimh...hhh..hh A-ahjjushii...Hyungh? To—tolong aku hhh" Racau Baekhyun kacau, seraya menggapai-gapai ke atas. Ia tak mampu melihat dengan jelas ke atas, kedua mata indahnya tampak retak karna air mata.

"..."

Pria itu hanya diam, dan berusaha menenangkan Baekhyun dengan menggenggam tangannya. Namun seolah tak tahan namja mungil itu kembali meronta, dan mencakar leher dan dadanya dengan kasar.

"Panash!...Nghh~ To—longhh...panash! akhh"

"Hentikan, kau melukai tubuhmu sendiri" Pria itu mendekap kuat tubuh ramping itu, hingga dipastikan Baekhyun tak bisa lagi mencakar ataupun melukai leher dan dadanya sendiri.

"Anghh~..le—pashh!..Nghh..Hiks" Isak Baekhyun, berusaha meronta dan meminta sosok asing itu lekas membebaskan dirinya dari panas yang berbeda itu. Oh sungguh! Ia benar-benar tak seperti dirinya. Mendesah dan menggeliat di hadapan pria asing, ini benar-benar memalukan untuknya. Tapi bagaimana lagi...tubuhnya tak sejalan dengan pikirannya.

"Sssh...aku akan menolongmu" Bisik sosok itu, seraya mengangkat bridal tubuh Baekhyun.

"N-nugu ya?Nghh"

Namja tampan itu tersenyum mendengarnya, setidaknya kali ini Baekhyun benar-benar melihatnya walau dalam kondisi genting seperti ini.

Ia beralih mengecup pelan kening Baekhyun,dan berbisik lirih. "Chanyeol.."

Ia bergegas melompat dari jendela, lalu keduanya lenyap begitu saja.

.

.


.

.

TAP

Kedua manik amber itu, perlahan terbuka. Begitu menyadari dirinya telah berpijak di alam miliknya, tentunya dengan seorang namja cantik yang masih menggigil hebat dalam rengkuhannya. Ia memandang ke sekitar dengan was-was, dan mulai melangkah begitu yakin...Baekhyun aman bersamanya.

"YOHOOO!"

Namun Chanyeol mendadak berjengit, begitu seorang pemuda tiba-tiba saja muncul tepat di hadapan wajahnya.

"Jangan mengusikku" Desis Chanyeol dingin.

"Aisshh...kau benar-benar membosankan Hyung!" gerutu pemuda itu, namun pandangannya seketika membulat begitu melihat sosok mungil dalam rengkuhan Chanyeol.

'Yeppeoh'. Ya! Satu kata itu yang terlintas dalam pikirannya, Ia merunduk ingin melihat lebih jelas, namun seketika itu pula kedua taringnya mencuat begitu menghirup aroma tubuh Baekhyun.

"Tck! Menyingkir kau!" Hardik Chanyeol cepat, sebelum namja bernama Kai itu lepas kendali dan menyerang Baekhyunnya.

"A-apa ini?!" Kai mengerjap cepat, taring tajam itu pun berangsur lenyap dari sela bibirnya.

"YACK! HYUNG! KAU MEMBAWA MANUSIA KE—Mpfthh!"

Chanyeol membekap Kai cepat dengan magisnya, hingga membuat Vampire muda itu membelalak dan meronta sebagai protes tak terimanya.

"Diam! Dan bantu aku...jika kau masih di pihakku!" Tekan Chanyeol, dengan tatapan menghunus tajam.

Kai sontak mengangguk cepat, dan bersamaan dengan itu pula...magis Chanyeol terlepas dari bibirnya.

"Anh~..To—longh aku" Baekhyun semakin merintih serak, membuat Chanyeol makin iba sekaligus terangsang melihatnya.

Sontak Kai membulatkan mata lebat, begitu mendengar desahan itu. Bahkan kini mulai memegangi sesuatu di tengah selangkangannya.

"H-hyung!"

Panggil Kai, yang mengekor di belakang Chanyeol.

"Hn..?"

"Apa—apa yang telah dilakukan manusia milikmu?"

Chanyeol hanya berdecak...dan kembali melanjutkan langkahnya.

"Y-YACKK!Kau lihat...? Dia membuat ini membesar! Ohh—shiiiiiitttt!" Teriaknya kacau seraya menunjuk-nunjuk genitalnya.

.

.

Tak ingin membahayakan Baekhyun, namja tampan itu bergegas melenyapkan diri hingga dipastikan Kai tak akan mengekor padanya lagi.

.

.

.

.

"Hiks...Nghhhhhh!" Isak Baekhyun makin frustasi, kala hasratnya sama sekali tak terpenuhi. Itu benar-benar menyiksanya, membuat seluruh tubuhnya menggila dan berkedut panas.

Chanyeol hanya menghela nafas dalam-dalam berusaha mengendalikan dirinya saat membaringkan tubuh ringkih itu di ranjang miliknya.

"Aku membawamu ke alamku...ku harap kau—

"Ahss...Ppalih...hik, khh~ ahh" Namja cantik itu kembali, mencakar leher, dada dan perutnya meninggalkan guratan merah kontras di kulit putihnya. Bahkan kini, jemari lentik itu beralih meremas-remas kasar genital miliknya. Mencoba memeras habis rasa panas yang kini menjalar di bagian selatan dari tubuhnya itu.

"Hentikan!"

Baekhyun menggeleng, merasa sosok di atasnya itu hanya mengulur waktu dan menyiksa tubuhnya lebih lama lagi.

Sesaat namja tampan itu menggeram pelan, sebelum akhirnya Ia membuka matanya yang mulai berpendar terang. Bersamaan dengan itu pula...sulur merah pekat mulai merambat, dan melilit kedua tangan Baekhyun ke atas.

"Nghhh! Le—phasss!" Erang Baekhyun meronta

"Kau hanya melukai dirimu sendiri" Bisik Chanyeol seraya membuka satu persatu kancing kemeja Baekhyun, hingga perlahan memperlihatkan sebelah nipple yang telah mencuat kemerahan.

Ia mendesis pelan, begitu mengirup aroma memikat dari tubuh ramping itu. Tapi Chanyeol berusaha tetap pada kesadarannya, untuk tidak menancapkan taring tajamnya di leher yang terlihat rapuh itu.

"Nnh! Pannash~Umpfthh"

Namja mungil itu berjengit, begitu Chanyeol mencium lembut bibirnya...dan perlahan menyusupkan lidah ke dalam mulutnya. Sesekali Ia memejamkan mata lalu mengerjap...tiap kali pria tampan itu menyesap dan memainkan saliva miliknya.

"Anghh~ahmm...nggh"

Ciuman itu mulai membuai Baekhyun, hingga membuatnya lupa akan efek dari obat perangsang itu. bahkan Ia tak sadar, Chanyeol telah menanggalkan seluruh pakaiannya dengan mudahnya

.

.

.

"A-aaaghhhhhh!"

Namun...dadanya tiba-tiba membusung tinggi, begitu sesuatu yang panas mulai merasuk tubuhnya. Dan membuat sesuatu makin berkedut liar di dalam sana, Baekhyun kembali menjerit... mengejang hebat seraya menggapai-gapai tubuh Chanyeol.

.

.

.

.

.

Te..be..che

.

.

Annyeong

Salam kenal, author baru untuk Pair ChanBaek.

Mohon Reviewnya Chingudeul, apabila Fic ini berkenan untuk dilanjutkan...

Salam hangat

~Gloomy Rosemary~