"Sudahi Saja"
Naruto © Masashi Kishimoto
AU Fanfiction by sugirusetsuna
.
.
.
.
Uchiha Sasuke mengambil salah satu dari sekian tumpukan apel yang tegeletak di atas piring di sudut meja sembari mengupasnya perlahan.
"Shikamaru mengirim undangan pernikahannya kemarin,"
"Sou."
Pria berkemeja biru tua itu bergumam pelan. Kedua bola mata kelamnya masih sibuk berkutat pada apel dan pisau yang kini menjadi atensi yang lebih menarik ketimbang wanita berambut merah muda sebahu yang sedang berbicara kepadanya itu.
Haruno Sakura mengerucutkan bibirnya masam. Melihat tanggapan seadaanya dari sang kekasih membuat ia merasa jengkel setengah mati.
Karena, ia selalu...
"Temari-chan keliatan senang sekali!"
Selalu dan selalu tampak tak mau tahu.
"Begitu?"
Sasuke berucap sembari menyodorkan sepotong apel ke arah Sakura yang langsung di sambut dengan manis oleh wanita itu.
Sakura mengunyahnya perlahan.
"Arigatou."
Bungsu Uchiha itu tersenyum hangat seraya mengusap surai wanitanya perlahan. "Cepat sembuh."
Setelah mengucapkan dua patah kata menenangkan tersebut, Sasuke melirik arlojinya sekilas. Kening Sakura mengerut seketika. Tak suka. Apel yang berada di dalam mulutnya telah tertelan seutuhnya, dan kini ia kembali memperlihatkan wajah masamnya di hadapan sang kekasih.
"Mau pergi?" serunya dengan nada yang kelewat tinggi satu oktaf dari semenit yang lalu.
Pria berumur 24 tahun itu menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Aku ada meeting, Sakura." Kemudian, ia mengambil jas hitam yang sedari tadi tergantung di belakang kursinya.
"Ya, terus?" Wanita itu masih tak terima.
"Sakura..."
"Penting meeting ketimbang aku yang lagi sakit?"
Sasuke mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Sakura mulai lagi. Mulai bertingkah layaknya anak sekolah dasar yang begitu keras kepala dan terlampau sulit untuk ditangani.
Seorang Uchiha bisa apa jika sudah seperti ini?
"Nanti malam aku akan datang lagi, aku janji, ya?"
Sakura menampik jemari Sasuke yang ingin mengusap rambutnya kembali. Ia terlalu jengah, ia tak mau mendengar pembelaan apapun lagi dari prianya. Selama ini ia selalu bersabar, meskipun mungkin bagi Sasuke kesabaran dirinya merupakan suatu hal kecil yang sudah sepatutnya untuk dimaklumi, terlebih lagi kedua insan itu terlampau dewasa untuk saling memberikan pengertian antar satu sama lain namun, pria itu takkan pernah memikirkan seberapa sering Sakura menahan diri selama ini. Selalu menjadi sosok kesekian jika sudah berhadapan dengan perkerjaan dan klien-klian sang pria. Sakura jengah. Sungguh jengah.
Sasuke tak mengerti apapun.
"Jika Sasuke melangkahkan kaki dari ruangan ini, kita putus!"
Sasuke mengambil tas kulitnya yang berada di atas meja yang berada di sisi Sakura. Pria itu mematri wanitanya sesaat—yang hanya ditanggapi acuh oleh lawan jenisnya tersebut. Kemudian, ia kembali menghela napas berat.
"Aku pergi."
Kaki jenjang pria berparas rupawan itu mulai menjejaki langkahnya menuju ambang pintu. Tepat di saat itu, Sakura merasa pupilnya memanas dan cairan hangat berdesakkan untuk bergulir menerpa pipi pucatnya.
Sasuke memang tak pernah mengerti apapun.
Satu langkah pria itu menjauh.
"Aku serius!"
Dua langkah pria itu menjauh.
"Kita putus!"
Dan tepat di ambang pintu, Sasuke menghentikan langkahnya.
"Ya, sudahi saja semua permainan kita selama ini,"
Tes.
Tes.
Tes.
Tes.
"...sudah saatnya kita menempuh jenjang yang lebih serius, bukan?"
Uchiha Sasuke membalikkan badannya hanya untuk mendapati wajah tercengang Sakura dan air mata yang kini tengah membanjiri wajah manisnya.
Pria itu melukiskan segaris senyuman.
"Jangan menangis, Uchiha Sakura."
.
.
.
.
*The End*
