Your Empress
Momoi Satsuki merasa bahwa dirinya telah dipermainkan oleh takdirnya sendiri. Karena, kini ia mendapati dirinya bukanlah menjadi menajer SMA Touo seperti dugaannya, melainkan manajer SMA Rakuzan. Dimana dirinya memiliki kemampuan mata yang mengunci dirinya sebagai pasangan Akashi Seijuurou. Kini langkah apa yang akan Satsuki berikan untuk "Kaisar"nya?
XOXOXOXOXOXO
.
.
.
Presented by Mirakou Momo
.
.
.
XOXOXOXOXOXO
Satsuki berlari sekuat tenaga yang ia bisa tanpa memedulikan angin dingin yang menusuk tubuhnya, yang ia inginkan sekarang adalah lari dari kenyataan yang ada. Tanpa disadarinya air matanya telah meleleh, dan mulai menuruni kedua pipinya itu. Dunia serasa tak adil baginya. Yang ia inginkan hanyalah kenyataan bahwa yang telah ia lalui selama ini adalah kebohongan belaka. Batinnya kini sedang berkecamuk dan membuatnya bimbang.
Di lain tempat seorang pemuda berambut merah kini sedang mengatur jadwal latihan klub basket SMP Teikou di kelasnya. Mungkin karena terlalu lama akhirnya Shintarou dan Daiki datang menjemput ke kelasnya yang berada di lantai dua.
"Hoi, kau lama sekali. Kupikir kau tak masuk hari ini." kata Daiki sambil memainkan bola basket dengan kedua tangannya itu sementara Shintarou hanya membenarkan letak kacamata miliknya. Seijuurou menoleh kemudian ia tersenyum tipis.
"Gomen, aku malah membuat kalian menunggu." kata Seijuurou sambil merapikan alat-alat tulisnya yang ada di meja. "Oh, iya, aku melupakan sesuatu." Daiki yang sedari tadi memainka bola basket kini menghentikan kegiatannya.
"Aku tak melihat Satsuki di gym. Apa dia pulang duluan?" Tanya Daiki yang entah pada siapa pertanyaan itu dilontarkan. Shintarou hanya mengendikkan kedua bahunya tanda tak tahu sedangkan Seijuurou hanya diam. "Entahlah, aku tak tahu, aku tadi hanya melihatnya berjalan buru-buru keluar setelah pelajaran selesai. Sedangkan aku tetap tinggal di kelas untuk mengerjakan tugas. Mungkin dia sakit. Apa kau sudah coba menghubunginya?" Daiki hanya menggelengkan kepalanya pelan.
"Apa mungkin dia sedang stress?" Tanya Shintarou tiba-tiba yang membuat kedua temannya tertgun. "Hah? Yang benar saja Midorima. Mana mungkin Satsuki bisa stress. Memangnya dia sesibuk apa coba?" jawab Daiki sabil mengerutkan dahi. Walau mereka berdua selalu bersama tetapi Daiki terlalu bodoh untuk mengetahui apa yang sedang dipikirkan atupun dipendam oleh teman sepermainannya itu.
Seijuurou menghela nafas pelan. "Masalahnya Daiki, kau itu terlalu bodoh untuk mengetahui apa yang tengah dirasakan oleh Momoi sekarang." kata Seijuurou yang diikuti oleh anggukan Shintarou, tanda ia setuju. Sedangkan Daiki malah cemberut.
"Sudahlah, sekarang kita menuju gymnasium. Soal Momoi bisa kita tanyakan besok saja padanya langsung." ujar Seijuurou sambil berjalan mendekati pintu kelas. "Itu benar sekali, tak ada gunanya kita mendengarkna dia." timpal Shintarou sedangkan Daiki mencoba melayangkan protes berkali-kali namun mendapat sanggahan telak dari Shintarou yang membuatnya diam seribu kata.
XOXOXOXOXOXO
Seijuurou hanya memandang ponselnya dengan tatapan yang sulit diartikan karena baru kali ini Satsuki bertingkah aneh seperti ini. Ia sudah mengirin e-mail sebanyak dua kali dan mencoba meneleponnya sebanyak sekali. Ini sangat aneh, karena Satsuki selalu dengan cepat menjawab semua e-mail maupun telepon darinya. Walau isinya tak pernah jauh dari pembicaraan tentang klub basket.
Seijuurou hanya menghela nafas pelan, baru kali ini ia merasakan perasaan aneh yang ada di dalam hatinya. Ia mencoba menerka-nerka apa yang terjadi pada gadis bersurai soft pink itu. Tanpa pikir panjang ia segera berganti baju dan segera keluar dari gym setelah meminta izin pada pelatih dan ketuanya itu.
Setelah keluar dari area sekolah ia berlari pelan sembari mencoba menelepon Satsuki. Perasaan Seijuurou kini terasa campur aduk antara marah dan… khawatir. Ia marah padanya, marah karena gadis itu tiba-tiba menghilang tanpa memberi kabar apapun dan ia juga merasa khawatir, takut hal buruk menimpa Satsuki.
Sudah lima belas menit Seijuurou mencari Satsuki, namun ia tak menemukannya dimanapun. Kini ia memilih berjalan pelan daripada berlari. Seijuurou coba cek handphone miliknya barangkali ada jawaban dari Satsuki namun hasilnya sampai sekarang nihil. Namun selang semenit kemudian ponselnya bergetar tanda sebuah e-mail masuk. Seijuurou segera mengeceknya dan kini hatinya sedikit merasa lega walau isi e-mail itu sendiri sungguh ambigu.
"Akashi-kun, aku lelah dan takut. Aku merasa stress yang melampaui kata-kata. Aku ingin bertemu. Sekarang di taman dekat Maji Burger."
Seijuurou segera melangkahkan kakinya menuju taman yang sering mereka datangi bersama, tentu saja dengan anggota Kiseki no Sedai yang lain.
XOXOXOXOXOXO
Satsuki menangis dalam diam, ia kini duduk di salah satu ayunan yang ada di taman. Kedua tangannya mengepal erat namun masih saja gemetaran. Gemetar ini bukanlah karena hawa dingin yang ada di musim gugur melainkan gemetar karena rasa takut yang melandanya.
"Momoi." sebuah suara yang amat dikenalnya membuat Satsuki mendongakkan kepalnya. Kedua iris magentanya tak percaya akan pemandangan yang kini ia lihat.
"Akashi-kun…" panggil Satsuki dengan suara yang lirih nyaris tak terdengar. Seijuurou mulai mendekat ke arah Satsuki. Ia masih belum menemukan kata yang tepat yang ingin ia lontarkan. Melihat gadis di depannya menangis membuatnya diam tak berkutik.
Sedetik kemudian Seijuurou memeluk Satsuki dengan erat. Tangis Satsuki pecah, ia benar-benar tak berdaya sekarang. "Tenang Momoi, aku ada di sini. Tenanglah…" Seijuurou mencoba menenangkan Satsuki dan terus mengelus punggung Satsuki yang bergetar hebat.
"Akashi-kun… aku-aku… takut sekali…" Satsuki kemudian membenamkan kepalanya di dada bidang Seijuurou sedangkan kedua tangannya mencengkeram erat blazer yang digunakannya. "Tenang Momoi, aku ada di sini. Jangan takut, aku takkan pergi." kata Seijuurou mencoba menenangkan Satsuki. Tangisan Satsuki agak reda setelah mendengar kalimat Seijuurou barusan.
Setelah beberapa menit ke depan tangisan Satsuki benar-benar reda. Namun Seijuurou, ia tak melepaskan pelukannya. Satsuki agak heran namun ia tak protes sama sekali.
"Ada apa? Apa yang terjadi?" Tanya Seijuurou setelah ia meletakkan dagunya di atas kepala Satsuki. "Aku… a-aku…" suara Satsuki bergetar, kemudian ia berhenti sejenak.
"Ada seorang perempuan… ia sangat mirip denganku tapi, matanya… matanya berwarna merah." Satsuki menghela nafas sebentar kemudian mempererat pelukannya.
"Dia bilang… Akashi-kun akan berubah… kemudian kau akan meninggalkan kami." Seijuurou sedikit bingung dengan kalimat Satsuki, namun lebih baik ia tak bertanya sekarang. "Setelah kau berubah, "dia" akan mengambil alih tubuhku. Dia bilang aku yang "sekarang" lebih cocok jadi budak daripada pendamping… aku tak tahu maksudnya, tapi…" Satsuki menghela nafas kemudian ia menelan ludah untuk membasahi kerongkongannya yang kering.
"Sudahlah… hanya itu yang aku ingat… aku takut, kalau yang "dia" katakan itu benar." Satsuki menahan nafasnya. Lagi-lagi air matanya kembali jatuh.
"Aku di sini Momoi, tenag saja, aku takkan pergi… aku selalu di sisimu." ujar Seijuurou dengan nada yang lembut, membuat air mata Satsuki kembali jatuh. "Arigatou… Akashi-kun" Satsuki tersenyum lega.
"Umm… a-apa kau marah aku pergi tiba-tiba tanpa…" kalimat Satsuki terpotong saat kedua tangan Seijuurou memgang wajahnya dengan lembut. Membuat wajah Satsuki merasa panas. Perlahan tapi pasti iris magenta milik Satsuki mulai melihat iris crimson milik Seijuurou.
"Tentu aku marah, kau tahu, kau membuatku khawatir. Kupikir terjadi sesuatu padamu." Satsuki merasa bersalah, harusnya ia berpikir lebih jernih lagi agar tak membuat orang-orang yang disayanginya menjadi khawatir. "Ma-maaf aku…" Satsuki menundukkan wajahnya, tak berani menatap mata Seijuurou. Namun, kedua tangan Seijuurou tak menginginkan Satsuki memalingkan wajahnya. Hal ini membuat kedua iris mereka bersibobrok lagi.
"U-uuh… maafkan aku?" Tanya Satsuki sambil nyengir sedangkan Seijuurou tersenyum tipis. Seijuurou menarik wajah Satsuki mendekat, hingga akhirnya dahi dan hidung mereka bersentuhan. Satsuki yang kaget tak berani bernafas maupun mengeluarkan suara.
Bisa Satsuki rasakan nafas Seijuurou menerpa kulitnya. Hal ini membuat Satsuki merasa geli dan aneh. Sensasi ini benar-benar menggelitik perut Satsuki.
"A-Akashi-kun…?" Satsuki mencoba memanggil nama pemuda yang ada di hadapannya sekarang namun Seijuurou sama sekali tak bergeming.
"Seijuurou" Satsuki bingung sampai ia hanya bisa membuka mulutnya tanpa suara. "O-oh… kau kenapa Aka…"
"Seijuurou" Seijuurou memotong kalimat Satsuki kemudian ia meletakkan tangannya di pinggang Satsuki dan menenggelamkan wajahnya di bahu Satsuki.
"Ah… baiklah, bagaimana kalau… Sei-kun?" kata Satsuki sembari memeluk balik Seijuurou. Satsuki tahu kalau ini aneh tapi ia merasa kalau Seijuurou kini tengah tersenyum. "Uhm, kau tahu kan namamu terlalu panjang kalau dipanggil." Tambahnya.
"Terserah kau saja… Satsuki."
Bisa Satsuki rasakan kini wajahnya benar-benar berwarna seperti rambut Seijuurou. Satsuki terlalu senang dan… berdebar-debar tak merasakan kalau Seijuurou tersenyum lagi karena merasakan detak jantung Satsuki yang bekerja dua kali lebih cepat.
"Se-Sei-kun… um, kau bolos latihan demi mencariku?" Tanya Satsuki. Seijuurou hanya diam kemudian mengangguk sebentar. Entah berapa lama waktu yang mereka habiskan dengan keadaan seperti itu, yang jelas keduanya sama sekali tak keberatan.
XOXOXOXOXOXO
"Lho? Mana Akashi?" Tanya Daiki saat mengetahui kaptennya menghilang. "Dia ijin pulang cepat, katanya urusan keluarga." jawab Shintarou.
"Eeh… sou ka. Ah, bagaimana kalau habis latihan kita makan-makan di Maji Burger ssu?" usul Ryouta sambil memainkan bola oranye tersebut.
"Hmm…? Kalau gitu Kisechin yang traktir…" timpal Atsushi sambil makan maiubonya. "Sou, sou, kau kan yang mengajak. Jadi kau yang bayar Kise." Daiki mengangguk-angguk tanda setuju dengan ide Atsushi.
"Eeeh… hidoi ssu." rengek Ryouta sedangkan anggota Kiseki no Sedai yang lain tak peduli.
"Apa kau akan ikut Midorima-kun?" Tanya Tetsuya, sang pemain bayangan keenam anggota Kiseki no Sedai.
"Aku tak ikut, Oha Asa bilang kalau kesialanku hari ini adalah makanan cepat saji/" tolak Shintarou sambil menunjukkan lucky item-nya hari ini, yaitu boneka Hello Kitty. Anggota Kiseki no Sedai yang lain hanya tertawa. Minus Atsushi, Shintarou,Tetsuya.
"Oh ya, Kise, nanti aku juga mau Cherry Sundae unutuk dibawa pulang juga." ujar Daiki tiba-tiba yang membuat iris hazel Ryouta mengecil. "Hah? Memangnya buat apa ssu?" Tanya Ryouta karena mengingat Daiki biasanya tak pernah memesan Cherry Sundae.
"Oh… itu buat Satsuki. Hari ini dia aneh." jawab Daiki. Ryouta hanya senyum-senyum sendiri sedangkan Shintarou dia… sudah hilang entah kemana bersama Tetsuya.
"Hahaha… aku tahu kalau Aominecchi sebenarnya suka sama Momocchi. Benar kan? Benar kan?" Daiki kemudian menjitak keras dahi Ryouta yang membuat empunya meringis kemudian merengek kesakitan. Sedangkan Atsushi memilih diam sambil memakan maiubo miliknya.
"Akachin…" gumam Atsushi pelan namun suaranya masih bisa didengar oleh kedua pemuda yang notabenenya adalah temannya.
"Ada apa Murasakibara?" Tanya Daiki. Atsushi memilih menghabiskan maiubonya dulu kemudian ia baru bicara. "Akachin… apa mungkin ia pergi menemui Sachin?" Daiki hanya mengendikkan bahu tanda ia tak tahu sedangkan Ryouta malah Tanya balik.
"Sudahlah, yang penting kita makan dulu Murasakibara. Bukannya kita ditraktir sama Kise." ujar Daiki yang disusul oleh anggukan Atsushi yang kemudian disusul kembali olen rengekan Ryouta.
XOXOXOXOXOXO
"Huwee… uangku ludes gara-gara kalian berdua ssu." rengek Ryouta saat mereka bertiga dalam perjalanan pulang dari Maji Burger.
"Diamlah Kise, kau itu hanya menganggu saja." kata Daiki sambil menguap lebar. "Beruntung kau tak kusuruh membelikanku majalah Mai-chan" tambahnya.
"Aominechin mesum… kan sudah ada Sachin" kata Atsushi sambil memakan maiubonya yang barusan ia beli. "Hoi, aku maunya Mai-chan kau tahu kan kalau…"
"Sudah, sudah, Aominecchi bukannya kau lewat sana?" tunjuk Ryouta ke jalan yang berseberangan dengan tempat mereka bertiga. "Ah, kau benar. Sudah dulu ya, aku duluan, jaa." Daiki kemudian berjalan menuju rumahnya, namun ia terhenti saat melihat Satsuki dan… Seijuurou.
Dahinya berkerut saat melihat mereka berdua terlihat… dekat? Lagipula kalau tak salah dengar sepertinya tadi Daiki mendengar kalau Satsuki memanggil Seijuurou dengan sebutan "Sei-kun" dan seperti kebalikannya Seijuurou memanggilnya "Satsuki". Hal ini sangat aneh karena Satsuki biasanya memanggilnya "Akashi-kun".
Daiki hanya mengendikkan bahu tanda tak peduli. Lagian buat apa mikirin teman sepermainannya yang super cerewet itu. Ia kembali melangkah saat Seijuurou sudah pergi dari rumah Satsuki.
Beruntung Satsuki belum masuk, Daiki segera memanggil namanya membuat gadis bersurai soft pink itu menghentikan gerakannya.
"Dai-chan ada apa?" Tanya Satsuki polos, ia seperti lupa kalau hari ini ia absen dari klub basket.
"Oi, Satsuki kan sudah aku bilang jangan panggil aku seperti itu." alih-alih bertanya pada gadis itu apa yang terjadi ia malah mementingkan panggilannya.
"Kenapa? Kan lucu?"
"Baka! Bagian mananya yang lucu. Kau malah membuatku terlihar seperti anak kecil tahu." elak Daiki tak terima. Satsuki kemudian menggembungkan kedua pipinya.
"Oh, ya, aku baru ingat, ini untukmu." Daiki kemudian memberikan Cherry Sundae tersebut kepada Satsuki. Gadis itu sangat senang. Itulah yang ada dipikiran Daiki setelah Satsuki menerima Cherry Sundae.
"Waah… arigatou Dai-chan." ujar Sastuki senang.
"Tumben tadi kau bersama Akashi." Satsuki merasakan kalau kedua pipinya memanas. "Ooh.. itu tadi kami kebetulan bertemu terus…"
"Aneh, bukannya Akashi ijin pulang cepat karena ada urusan keluarga ya?" potong Daiki cepat-cepat sedangkan wajah Satsuki lambat laun menjadi panas dan akhirnya memerah.
"Hee… sou ka, mungkin kami bertemunya setelah dia selesai dari urusan keluarganya." jawab Satsuki malu-malu sambil mengalihkan pandangannya dari Daiki.
Daiki kemudia menepuk pelan kepala Satsuki yang membuatnya Satsuki diam-diam mengulas sebuah senyuman.
"A-Ada apa Dai-chan? Kau tidak sedang dirasuki oleh setan atau makhluk halus lainnya kan?" Daiki menghela nafas, sebenarnya ia ingin sekali membalasnya namun tidak jadi. Ia takut nanti malah melukai hati temannya yang selain super cerewet juga super sensitive.
"Kau ini… kalau ada apa-apa jangan dipendam sendiri. Kau kan bisa curhat kepadaku atau teman-teman di Kiseki no Sedai." Ucap Daiki dengan nada lembut, seolah-olah Satsuki akan menghilang dengan mudah dari hadapannya sekarang juga.
"Arigatou… sekarang sudah tak apa-apa kok, Dai-chan." Satsuki kini tersenyum melihat tingkah laku temannya yang satu ini…
"Ya sudahkah, jaa. Aku masuk duluan ya, Satsuki." …walau sikapnya tak ada manis-manisnya sama sekali…
"Hmm… jaa ne." …tapi tetap saja ini sudah yang terbaik menurut Satsuki, karena kalau Daiki berbuat sangat baik barangkali Daiki sedang kerasukan, terbentur sesuatu, atau hal-hal lainnya yang membuat kesadarannya hilang. Satsuki tersenyum kecil melihat perubahan drastic yang terjadi pada dua temannya itu.
Pertama, Akashi Seijuurou. Sifatnya memang dingin tapi dia baik hati, dan hari ini sifatnya sangatlah pengertian, baik, dan… hangat?
Kedua, Aomine Daiki. Sifatnya malas dan hanya akan tertarik pada basket saja, ah, jangan lupa ia juga seenaknya sendiri. Kini, ia bertingkah… gentleman dan jarang-jarang tanpa sebab ia membelikannya Strawberry Sundae.
Satsuki tersenyum lagi dan kemudian melangkah masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan senang dan pipi merona…?
XOXOXOXOXOXO
TBC...
XOXOXOXOXOXO
Halo! Saya newbie di FFN ini dan fandom ini. Jadi kalau ada kesalahan, saya mohon maaf. Selain itu, berhati_-hatilah membaca fanfic ini karena alurnya maju mundur *cantik *plakk
Pokoknya saya akan berusaha semaksimal mungkin. Yoroshiku nee...~
