Title : Pistola e rose chapter 1

Cast : Park Chanyeol , Byun Baekhyun, Ahn Hani and others


PERHATIAN!

Ff ini mengandung unsur dewasa, berisi adegan seks, hubungan sesama jenis yang menyebabkan beberapa orang mungkin mual, Bahasa yang berantakan, dan typo yang walau sudah berusaha dihilangkan tapi tetap muncul. Tidak untuk area bermain anak-anak, anak polos, antigay/ homophobic, AntiChanbaek dan segala yang tidak ada sangkut pautnya dengan dunia yaoi.

NO CO-PAST

NO-REPOST

NO-PLAGIAT

Okay?

There always be a place for the good person. So, don't steal people's effort , be honest dear..

Mulailah dengan sebuah kata, susunlah menjadi kalimat dan kembangkan dalam sebuah paragraph.

Cerita yang hebat bukan tentang siapa, tapi tentang apa dan bagaimana.


Cast :

Park Chanyeol

Byun Baekhyun

Ahn Hani

others


..

.

Park Shita

Present

..

.

Chanyeol sudah terbiasa dibangunkan oleh suara alarm dari ponselnya. Alih-alih sentuhan lembut dan kecupan mesra dari sang istri di pipinya, ia hanya akan terbangun seorang diri karena sebuah tanggung jawab, atau lebih pada sebuah keterpaksaan.

Kehidupannya sekarang tak lagi sama ketika saat ia masih duduk dibangku sekolah , dulu ia bisa saja berkata 'Sepuluh menit lagi, Bu' dan kembali bergelung pada selimutnya lalu berakhir dengan membersihkan toilet atau menyapu halaman sekolah karena terlambat . Hanya sebatas itu, meski jengkel namun keesokannya ia akan mengulangi hal yang sama.

Namun semenjak resmi menjadi seorang pegawai kantoran, sanksi membersihkan toilet terdengar jauh lebih baik daripada pemotongan gaji 10 persen. Waktu begitu berharga ketika sudah mengenal uang, seperti kata pepatah.

Dan juga seperti yang selalu bos menyeramkannya katakan 'waktu adalah uang, jika kau tidak bisa menghargai waktu jangan harap kau bisa kaya sepertiku' , meski menyakitkan namun Chanyeol harus bisa menerima ucapan itu setiap harinya.

Pria berusia 28 tahun itu bangkit dengan sedikit malas, berjalan kearah toilet di kamarnya lalu menatap wajah malasnya sejenak, mengecek apakah rambut-rambut halus diwajahnya perlu disingkirkan atau tidak, jika iya itu artinya perlu waktu tambahan untuk menyingkirkan rambut-rambut tersebut dan juga berarti mengurangi waktu bersantainya. Ia mendesah lega ketika wajahnya masih terlihat mulus.

Ia mencuci wajah dan berjalan keluar kamar, mendapati seorang wanita berdiri membelakanginya dengan sebuah celemek hijau muda melekat ditubuh kecil itu.

"Pagi!"

"Oh, Oppa! Kau sudah bangun? Mau aku buatkan sesuatu?" si wanita bertanya saat menyadari sosok lain di ruang makan. Chanyeol mengangguk sejenak lalu menarik salah satu kursi kayu dan mendudukinya.

"Kopi hitam seperti biasa." Ucap Chanyeol sambil membuka sebuah koran pagi yang memang selalu tersedia di atas meja.

"Baik bos!"

"Pagi!" Chanyeol mendelik ketika sebuah bisikan dan kecupan mendarat di pipinya, ia menurunkan korannya dan melihat waspada kearah wanita yang ternyata masih sibuk memungginya. Chanyeol menoleh kearah samping dan mendapati sosok mungil si pelaku utama penciumnya sedang berdiri dengan sebuah senyuman lembut, terlihat begitu rapi dan tentu sangat wangi.

"Hani-ah. Bisa buatkan aku secangkir kopi juga dengan tambahan susu yang banyak." Wanita itu menoleh dan tersenyum lebar dengan sebuah anggukan.

"Siap, kapten." Sosok lelaki mungil itu menoleh dan menaikkan kedua alisnya dengan bibir terbuka-bertanya 'ada apa' pada sosok baru bangun disampingnya yang menatapnya penuh selidik.

"Baekhyun oppa, kenapa sudah rapi pagi-pagi sekali?" Tanya Hani yang sedang mengaduk kopi untuk dua orang pria di depannya.

"Aku ada pertemuan dengan klien pagi ini." Sahutnya sambil membaca beberapa pesan di gadget putih miliknya, sementara Chanyeol masih setia melirik sosok itu.

"Oh, apa itu artinya oppa akan menangani pernikahan lagi?"

"Tentu, karena itulah pekerjaanku." Ucapnya sambil masih berfokus pada gadgetnya. Meski ia tahu bahwa sosok lain menatap kearahnya dengan satu alis terangkat, namun ia tak mau terlalu ambil pusing.

"Pasti klien yang menyebalkan, meminta bertemu sepagi ini." Gerutu Chanyeol sambil membalik korannya. Baekhyun menoleh dan terkekeh pelan, menyisir helaian rambut coklatnya kebelakang.

"Klien paling menyebalkan yang pernah aku temui itu adalah kau, Mr. Park." Chanyeol menoleh tak terima dan Baekhyun memasang wajah mengejek.

"Hahaha… Oppa benar, saat pernikahan kami, Chanyeol oppa meminta banyak hal padamu, aku yakin oppa pasti stress dengan kelakuannya." Baekhyun yang masih menatap Chanyeol, segera menoleh kearah Hani lalu tersenyum.

"Tentu, Chanyeol itu memang banyak maunya." Ucap Baekhyun sambil menerima cangkirnya dari Hani. Wanita itu juga meletakkan dua piring roti sebagai sarapan sebelum melepas celemeknya.

"Aku berangkat lebih dulu, Mr. Eric memiliki rapat pagi ini dan aku harus menyiapkan segala keperluannya." Ucap Hani sambil meletakkan celemeknya di kepala kursi.

"Kenapa pagi sekali?" Tanya Chanyeol tidak terima, Hani hanya tersenyum dan mengecup pipi Chanyeol lembut.

"Kau tahu sendiri Mr. Eric selalu datang sebelum waktunya. Jadi aku tak ingin didahului. Aku berangkat!"

"Mau berangkat bersama?" tawar Baekhyun yang telah meletakkan potongan rotinya yang baru digigit sedikit, membuat Chanyeol mengernyitkan keningnya. Ia tidak terima dengan Baekhyun yang selalu membuang-buang makanannya, itu namanya tidak bersyukur atas pemberian Tuhan.

"Ah, itu ide bagus. Aku bisa menghemat waktu jika naik mobil oppa. Ayo oppa!" ucap Hani yang telah mengambil tas merahnya diatas meja, Baekhyun mengangguk dan memasukan gadget-nya ke dalam tas namun ketika hendak melewati Chanyeol, tangannya ditahan.

"Kau melupakan sesuatu sepertinya!" ucap Chanyeol dengan nada suara yang rendah. Baekhyun mendengus dengan sebuah senyuman kecil.

"Oppa! Ayo!" Hani berteriak dari pintu depan dimana ia masih memakai sepatu hak tingginya.

"Hani-ah, kau duluan saja ke mobil dan bawa kunciku! Aku sepertinya melupakan sesuatu."

"Baiklah oppa, jangan lama-lama!"

BRAK

"Ya!" sahut Baekhyun sambil menatap Chanyeol yang masih menahan tangannya. Baekhyun meletakkan tasnya, lalu mendorong kursi Chanyeol sedikit menjauhi meja. Dengan perlahan ia menaikki tubuh yang lebih tinggi dan duduk diatasnya dengan kedua tangan melingkari leher jenjang itu.

"Morning kiss?" ucap Baekhyun dengan nada menggoda dan melirik tangan Chanyeol yang telah merambati pinggangnya, lalu turun dan meremas bokong berisinya.

"Sebenarnya aku ingin lebih daripada itu, tapi sepertinya Tuan sok sibuk ini lebih suka menghabiskan waktu bersama kliennya." Baekhyun menatap mata Chanyeol dan menyeringai.

"Jangan salahkan klienku, salahkan dirimu yang tidak bisa mengontrol hasrat. Tidakkah kau malu pada cincin dijari manismu?" ucap Baekhyun. Chanyeol tak memberikan kesempatan Baekhyun untuk bicara lebih banyak, ia segera menyerang bibir tipis favoritnya itu, melumatnya dengan penuh hasrat, menggigit dan mengajak lidah yang lebih mungil untuk bertarung.

"Eeummhh…" Baekhyun membiarkan desahannya lolos ketika remasan Chanyeol pada pantatnya semakin intens, namun ia masih cukup sadar untuk tidak terjatuh dalam pesona yang lebih tinggi.

"Cukup! Aku tak ingin klienku membatalkan pesanannya…. dan istrimu... menceraikanmu." Chanyeol tidak menjawab, ia hanya tersenyum sambil mengelap sisa saliva disudut bibir Baekhyun.

"Selamat bekerja, baby!" ucap Chanyeol setelah memberikan kecupan terakhir dan Baekhyun segera bangkit, sambil mengangkat ponselnya yang berdering.

….

Baekhyun masuk ke dalam mobil dimana Hani sudah duduk didalamnya dengan wajah sedikit kesal.

"Uh, Oppa lama sekali!" ucap Hani sambil memakai sabuk pengamannya, Baekhyun tersenyum sambil meletakkan tasnya.

"Maafkan aku. Aku memiliki urusan yang tidak bisa ditunda." Hani menoleh dengan satu alis dinaikkan, ia menatap Baekhyun lamat membuat Baekhyun memalingkan wajahnya.

"Tunggu!" Baekhyun menoleh dengan wajah terkejut ketika wanita itu mencengkram dagunya dan memutar wajahnya membuat mereka berhadapan. Tatapan menyelidik Hani membuat Baekhyun menegang sejenak.

"Kenapa oppa melakukannya?" Baekhyun tersentak mendengar pertanyaan Hani.

"Tidakkah oppa puas dengan apa yang telah oppa milikki saat ini?" Baekhyun masih terdiam menatap wanita itu.

"Uh! Oppa terlalu terobsesi memiliki bibir mirip Kim Kardashian kan? Jangan mengelak, aku tahu urusan itu adalah menebalkan bibir oppa dengan alat aneh itu kan? Padahal menurutku bibir oppa itu sudah bagus, tipis dan berwarna merah muda alami." Hani menggurutu membuat Baekhyun bernafas lega, ia segera menyalakan mesin mobilnya dan melajukannya.

"Kau tahu Hani? Setiap manusia tidak akan pernah puas dengan apa yang mereka telah miliki, itu manusiawi." Ucap Baekhyun membuat Hani mencibir tidak suka. Bagi Hani, sahabat suaminya itu adalah lelaki yang memiliki wajah yang cantik secara alami, dan ia tidak suka jika Baekhyun oppa-nya selalu datang dengan bibir penuh dan menebal yang ia kira adalah obsesi Baekhyun pada model-model cantik itu, walau nyatanya itu adalah pekerjaan suaminya.

...

..

.

Pertama kali Chanyeol bertemu Baekhyun ketika mereka duduk dibangku menengah atas. Chanyeol memang memiliki paras tampan sejak dulu, selain juga pintar keahliannya dalam bermain alat musik membuatnya cukup popular disekolahnya.

Hanya saja, Chanyeol tidak memiliki sikap yang keren layaknya pemeran utama dalam drama romantic atau anime-anime dengan tema 'pangeran sekolah' , Park Chanyeol itu berisik dan memiliki sisi idiot.

Sementara Baekhyun, dia tidaklah memiliki sifat anggun atau imut dan menggemaskan. Ia lebih seperti apa yang ditakuti para orangtua terhadap perkembangan anak mereka, nakal dan pembangkang.

Pertemuan mereka tidak romantis, tidak pula penuh drama, tidak ada alunan musik yang bergema dibelakang mereka tidak pula orang-orang yang membeku dimana hanya mereka yang saling menatap.

Pertemuan pertama mereka diawali dengan Baekhyun yang ingin bolos sekolah dan Chanyeol yang memergokinya, namun bukannya melawan ketika tubuhnya ditarik dan dipaksa membungkuk, Chanyeol malah membiarkan Baekhyun naik kepunggungnya sebagai pijakan untuk melompati pagar.

Dan bodohnya lagi, Chanyeol baru sadar ketika seorang guru berteriak dari kejauhan. Chanyeol ingin mengadu, namun Baekhyun berkata bahwa dirinya telah dicap sebagai murid yang ingin bolos juga, jadi meski ia mengadu ia akan mendapat sanksi karena dianggap membantu murid lain untuk membolos. Jadi pilihan terakhir Chanyeol adalah ikut membolos.

Lalu apa setelah itu mereka menjadi teman?

Ha!

Tidak!

Itu malah sebaliknya, Baekhyun adalah musuh untuk Chanyeool. Sejak kejadian itu Chanyeol menulis Baekhyun dalam daftar hal-hal yang harus ia jauhi, namun takdir berkata lain, ketika mereka duduk dikelas dua mereka menjadi sekelas dan sialnya lagi menjadi teman sebangku.

Chanyeol selalu kesal dengan Baekhyun yang selalu mencontek pekerjaan rumahnya, bahkan tak segan-segan ketika ulangan pun, hingga ia disangka bekerja sama dan berakhir mendapat hukuman bersama.

Singkat cerita kebetulan-kebetulan yang berakhir malapetaka-bagi Chanyeol- itu malah membuat mereka semakin akrab apalagi setelah mengetahui jika Baekhyun seorang yatim piatu dan hanya tinggal dengan pamannya yang pemabuk dan suka main tangan membuat Chanyeol selalu mengajak lelaki itu untuk menginap dirumahnya.

Tentu Baekhyun setuju tanpa berpikir dua kali, dia bisa makan gratis dan mendapat seorang ibu yang baik seperti Nyonya Park serta ayah yang pengertian seperti Tuan Park.

Sejak saat itu, Byun Baekhyun adalah anggota keluarga Park secara tak langsung. Dan di awal perkulihan mereka, mereka memutuskan tinggal bersama disebuh flat sederhana dekat kampus yang diberikan Ayah Chanyeol sebagai hadiah.

Intensitas pertemuan itu membuat keduanya menjadi lebih dan lebih dekat lagi, hingga perasaan yang berusaha disembunyikan menyembul kepermukaan, perasaan yang tak akan pernah bisa satu sama lain lupakan, perasaan yang mereka simpan hanya untuk mereka berdua, tanpa seorang pun yang tahu, termasuk istri sah Park Chanyeol. Ahn Hani.

"Park Chanyeol, apa kau sudah memeriksa kembali dokumen yang aku berikan?" Chanyeol tersentak sambil melirik atasanya yang sedang meminum anggurnya. Sebenarnya Chanyeol tidak menyukai atasan yang gendut dan menyebalkan itu, yang selalu memerintah tanpa perasaan.

"Sudah Tuan, dan aku rasa tidak ada masalah apapun."

"Memang." Chanyeol mengernyit.

"Aku hanya ingin mengetesmu saja."

Sialan!

Chanyeol menggerutu dan hanya bisa menganggukan kepalanya. Menjadi sekretaris seorang pria seperti Shin Shindong memang menyusahkan. Selain banyak maunya, pria itu tak segan-segan mempersulit pekerjaan bawahannya, apalagi yang memiliki wajah tampan dan postur tubuh yang jauh lebih baik darinya, dan sialnya Chanyeol memenuhi kriteria keduanya.

"Bagaimana janjiku dengan Mr. Fred?" Tanya sosok itu lagi kini sambil melahap kue penuh krimnya dalam satu gigitan besar membuat Chanyeol mengernyit jijik.

"Oh, aku sudah membuat janji dengan sekretaris Mr. Fred, dan sore ini pukul 3 di restorant Takahashina, Tuan." Pria itu mengangguk dan Chanyeol tersenyum sejenak, membuat janji dengan orang yang super sibuk sungguh tak mudah, Chanyeol harus menerima kenyataan ketika teleponnya beberapa kali dialihkan oleh sekretaris Mr. Fred yang sangat dingin, Nyonya Hwang.

"Bagus, batalkan!"

"Baik_APA?" Chanyeol memekik terkejut.

"Kau tak dengar? Batalkan! Aku sudah memiliki janji kencan dengan kekasihku, Mr. Fred bisa menunggu."

"Tapi Tuan_ Ayah anda akan_"

"Apa? Kau berniat melaporkan ini pada Ayahku?" Chanyeol segera menggeleng, meski di dalam hatinya ia merasa kesal. Kenapa pula Tuan Shin harus memiliki putra bodoh dan pemalas seperti Shin Shindong, sungguh memperburuk citra perusahaan.

"Ti-tidak."

"Bagus. Segera hubungi sekretaris Mr. Fred dan katakan aku ada urusan mendadak keluar negeri!" Ucap lelaki gendut itu dengan mudah, sementara Chanyeol tengah menahan amarahnya yang nyaris meledak.

"Kemana sebaiknya aku katakan anda pergi?" tanyanya masih mencoba bersabar. Jika tidak karena Tuan Shin yang telah begitu baik padanya, Chanyeol tak akan mau menjadi sekretaris pribadi sosok menyebalkan di depannya.

"Ya keluar negeri, kau kan bisa mengarang. Ada Jepang, San Fransisco, Amerika, China,Bali, kemanapun, Terserah! Apa aku perlu mengajarimu untuk itu?" Chanyeol menahan nafas kesal, lalu kembali mengangguk.

"Baik Tuan, kalau begitu aku permisi." Ucap Chanyeol setelah memberi hormat.

"Hei, Park! Kemana kau akan mengatakan pada mereka?" Chanyeol menghentikan pergerakan tangannya yang hendak membuka pintu, lalu menarik nafas panjang.

"Kutub Utara."

"Apa?"

BRAK!

Chanyeol menutup pintu ruangan dengan sedikit kesal tanpa memperdulikan ocehan bos menyebalkannya. Ketika menduduki kursi kerjanya ia segera meraih ponselnya dan menekan panggilan cepat.

"Halo, Baekhyun-ah?"

"Hm, ada apa? Aku sedang bersama klienku dan_"

"Makan siang bersama, tanpa penolakan!"

"Apa aku tidak_"

Tuut…

Tuut…

….

..

.

Baekhyun menatap ponselnya dengan kesal, membuat klien di depannya menatapnya dengan wajah kebingungan.

"I'm so sorry Mr. Smith, Mr. Clarke." Ucap Baekhyun sambil memasang wajah tersenyum.

"Ah, it's okay, it's okay. No problem, Mr. Byun. Sometimes boyfriend needs our time, right?" Baekhyun mengernyit pelan.

"Sorry?"

"Maybe you can hide it from people, but not from us, Mr. Byun. I know that you're same as us right? Sorry for it but I heard man's voice just now, so I guess he is your boyfriend." Baekhyun baru mengerti ketika dua sosok di depannya memperlihatkan cincin pertunangan mereka di depan wajahnya. Mereka adalah pasangan gay yang ingin menikah, tentu saja mereka juga tahu bahwa Baekhyun adalah seorang gay. Kenapa Baekhyun tidak terpikirkan akan itu? Ia menggeleng pelan sambil terkekeh.

"Hahaha…Yes, I am..uhm… but he's not my boyfriend. He just my boy…friend." Ucap Baekhyun sambil menampilkan senyum manisnya.

"Who knows?" ucap Mr Smith sambil mengedikan bahunya dan Baekhyun tersenyum kembali lalu memperlihatkan jenis kartu undangan yang ingin pasangan itu pilih.

Pekerjaan sebagai Wedding Organizer , menuntutnya harus professional dalam keadaan apapun. Ia sudah menemui berbagai macam jenis pasangan, ada yang menikah muda, ada yang menikah tua, ada yang menikah untuk keempat kalinya, ada pula yang menikahi kakek-kakek demi warisan, dan tidak sedikit pasangan sesama jenis yang ia temui.

Peraturan di Korea memang ketat, tapi bukan berarti tak ada pelanggaran, lagipula kebanyakan pasangan yang tidak memenuhi peraturan hanya melangsungkan sebuah resepsi pernikahan tanpa melibatkan hukum sehingga tidak akan menjadi masalah untuknya.

Untuk itu Baekhyun akan dengan senang hati membantu para pasangan yang menginginkan sebuah pernikahan dengan adat korea atau bukan, asalkan semua persyratan administratif yang Baekhyun ajukan telah terpenuhi.

Pekerjaan ini bukanlah impian Baekhyun sejak kecil, namun suatu alasan membuatnya memilih mengambil pekerjaan ini. Ia senang melihat para pasangan bahagia diatas altar, ia suka bagaimana mereka mengucap janji untuk sehidup semati, meskipun ia ragu akan melakukan itu suatu saat nanti, karena nyatanya orang yang ia cintai telah lebih dulu mengikat janji dengan orang lain.

Tok

Tok

Tok

Baekhyun yang sedang memeriksa beberapa dokumen di rak bukunya menoleh, sedikit terkejut dengan kehadiran sosok di depan pintunya, namun memilih untuk memutar bola matanya malas.

"Sepertinya kau tak mengerti arti penolakan Tuan Park." Ucap Baekhyun sambil kembali sibuk dengan dokumennya. Chanyeol melangkah setelah menutup pintu dan menguncinya, lalu berjalan mendekat kearah Baekhyun dan memeluk tubuh mungil itu erat.

"Kau tahu, aku mengalami hari yang sangat…sangat…sangat…melelahkan hari ini." Baekhyun hanya tersenyum sambil membuka-buka dokumen di depannya. Membiarkan kepala Chanyeol bertengger pada pundaknya dan hidung mancung itu menyetuh-nyentuh lehernya.

"Tentu kau harus mengalaminya, itu sebuah keharusan untuk orang dewasa seperti kita." Chanyeol berdecak, tidak suka dengan respon biasa Baekhyun. Ia semakin mengeratkan pelukannya, lalu dalam sekali hentakan mengangkat tubuh Baekhyun dan mendudukannya diatas meja.

"Kau_" Baekhyun yang sempat terkejut memukul Chanyeol dengan dokumennya membuat Chanyeol meringis. Kedua tangan Chanyeol berada diatas meja, mengunci tubuh Baekhyun diantara otot kokoh tangannya. Meski Baekhyun telah duduk diatas meja, nyatanya tinggi Chanyeol masih belum tertutupi, untuk itu ia merendahkan kepalanya untuk mengecup bibir pink kesukaannya.

"Setidaknya berikan aku tatapan penuh simpati." Ucap Chanyeol dengan nada manja, Baekhyun tersenyum meletakkan dokumennya lalu mengalungkan tangannya dileher yang lebih tinggi.

"Uh, uri baby! Apa yang harus eomma lakukan hah?" Ucap Baekhyun seperti seorang ibu yang menghibur anaknya. Chanyeol merapatkan tubuhnya dan memeluk tubuh Baekhyun erat, membiarkan kaki Baekhyun sedikit terbuka untuk membuat tubuhnya berada semakin dekat dengan Baekhyun.

"Susu!"

PUK

Baekhyun memukul belakang kepala Chanyeol cukup keras, ketika tangan lelaki itu menyentuh putingnya dari balik pakaian yang ia kenakan.

"Sana minta pada istrimu! Punyanya jauh lebih besar dari punyaku." Ucap Baekhyun malas. Hal yang Baekhyun tidak suka dari Chanyeol bukan sifat manjanya, namun sifat tak tahu tempat Chanyeol yang sering membuat mereka nyaris ketahuan.

"Tapi aku suka punyamu, imut. Hehehehe…"

"He-he-he…" Baekhyun meledek tawa Chanyeol dengan wajah datar, membuat Chanyeol mengecup lagi bibir tipis itu.

"Katanya mau makan siang, ayo! Aku harus kembali bekerja sebentar lagi, dan bukankah kau juga? Nanti malah mengeluh bosmu menyebalkan, padahal kau sendiri yang mencari masalah." Omel Baekhyun namun tangannya masih tetap melingkar di leher Chanyeol.

"Siapa yang mencari masalah? Aku hanya ingin makan siang denganmu."

"Ya tentu saja kau. Kau kan bisa makan siang di dekat kantormu, tidak harus jauh-jauh kemari dan membuang 20 menitmu, kalau kau kembali terlambat bosmu akan mengamuk."

"Aku tak masalah, asalkan aku bertemu denganmu itu sudah cukup."

"Aw, betapa romantisnya, tapi sayang aku tak termakan oleh rayuan murahanmu. Ayo kita makan_hmppptt.." Baekhyun hanya bisa pasrah ketika bibirnya lagi-lagi dilahap oleh Chanyeol dengan penuh hasrat, dan jangan salahkan jika anak buahnya pun memiliki dugaan yang sama jika Baekhyun terobsesi menjadi Kim Kardashian.

..

.

Baekhyun memutuskan untuk makan di café di dekat kantor Chanyeol, ia tak ingin pria itu dimarahi lagi oleh bosnya jika ia terlambat, sementara dirinya tidak terikat oleh siapapun, kecuali para klien yang sudah memiliki jadwal pertemuan masing-masing.

Chanyeol mengambil paksa ponsel Baekhyun membuat yang lebih mungil mendengus kesal.

"Maaf Tuan Byun, tidak ada ponsel ketika kita berdua, ingat?"

"Ck! Itu klienku."

"Klienmu seharusnya tahu bahwa kau butuh makan siang." Baekhyun hanya bisa pasrah dan kembali melanjutkan acara makan mereka.

Ketika mereka berdua banyak hal yang akan mereka bicarakan, mulai dari pekerjaan hingga kemasa-masa sekolah mereka, membuat tidak ada waktu kosong diantara keduanya untuk mencari topik yang tepat.

"Chanyeol oppa? Baekhyun oppa?" Kedua sosok itu menoleh dan sedikit terkejut mendapati Hani melangkah mendekat kearah mereka.

"Hani?"

"Ah, ternyata benar kalian. Aku sempat ragu saat mengantri tadi. Kalian…makan berdua?" tunjuk Hani pada dua sosok di depannya dengan wajah kebingungan. Baekhyun tersenyum dan Chanyeol berdeham pelan.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Baekhyun mengalihkan pembicaraan.

"Bosku memintaku membeli ini, sekaligus aku membeli makan siang." Ucap Hani sambil mengangkat kantung belanjaannya. Baekhyun menggeser tubuhnya sedikitnya.

"Mau makan bersama?" Chanyeol mendelik kearah Baekhyun dan kemudian melirik Hani yang menatap sofa kosong disamping Baekhyun.

"Ah, tidak. Bosku sedang menunggu, tapi bukankah tempat ini jauh dari kantor Baekhyun oppa? Kenapa bisa makan disini?...hm, berdua dengan Chanyeol oppa?" Tanya Hani lagi. Baekhyun kembali tersenyum berbanding terbalik dengan Chanyeol yang sudah menggerak-gerakan kakinya gugup dibawah meja.

"Aku sedang menemui klienku disini tadi, dan kebetulan bertemu dengan makhluk ini, jadi kami memutuskan makan bersama. Apa kau sungguh tidak bisa bergabung?" ucap Baekhyun dengan wajah bersedih. Hani mengelus pipi Baekhyun dengan wajah bersedih lalu menggeleng pelan.

"Tidak bisa. Maafkan aku!"

"Tidak masalah, kembalilah ke kantormu! Bos mu akan memarahimu kalau kau terlambat!" ucap Chanyeol dan mendapat tendangan pelan dari Baekhyun karena ia terkesan seperti mengusir istrinya sendiri.

"Ah, baiklah kalau begitu. Oppa, apa Oppa sibuk nanti? Bisakah oppa menjemputku?" Tanya Hani pada Chanyeol dengan wajah memohon. Chanyeol terdiam dan nampak berpikir sejenak.

"Memangnya ada apa? Bukankah kau biasa pulang sendiri?" Lagi-lagi Baekhyun menendang kaki Chanyeol dibawah meja.

"Hm, hari ini aku pulang malam dan hari ini pasti melelahkan, aku ingin dijemput karena tak ada satu pun rekan kerjaku yang searah denganku." Chanyeol terdiam sejenak, melihat itu Baekhyun menghela nafas kesal atas keidiotan Chanyeol.

"Hani-ah, kebetulan aku kosong setelah pukul 6 sore. Kau ingin aku jemput jam berapa?" Seketika wajah murung Hani berubah sumringah.

"Ah, benarkah oppa? Oh, aku bersyukur memiliki oppa, seharusnya aku menikahi oppa saja, seandainya kita bertemu lebih dulu." Ucap Hani sambil duduk disamping Baekhyun dan memeluk sosok itu, membuat Chanyeol menggenggam garpunya dengan wajah kesal.

Baekhyun menoleh dan tersenyum kearah Chanyeol, namun Chanyeol tak menghilangkan wajah kesalnya.

"Lihat Hani, oppamu cemburu!" ucap Baekhyun. Hani menoleh dan terkikik, ia segera bangkit dan berpindah untuk memeluk Chanyeol, menempelkan pipi keduanya, meskipun tatapan dingin Chanyeol masih mengarah pada Baekhyun yang hanya bertopang dagu sambil tersenyum melihat kemesraan dua orang di depannya.

"Oppa jangan cemburu, aku tetap mencintai oppa kok, Oppa mencintaiku juga kan?" Ucap Hani sambil membalik wajah Chanyeol paksa untuk menghadap kearahnya, membuat kedua mata itu bertemu.

Baekhyun yang semula tersenyum, seketika terdiam lalu membuang arah pandangnya, meski ia sudah terbiasa hidup dengan pasangan suami istri itu, namun ada saatnya dimana ia merasa tidak nyaman melihat kemesraan mereka.

Tapi Baekhyun menoleh cepat kearah Chanyeol yang kini dahinya menempel dengan dahi milik istrinya, karena dibawah meja kedua kaki Chanyeol mengunci kaki miliknya.

"Kita tidak mungkin akan bersama selama, Chanyeollie."

"Kenapa tidak?"

"Karena jika bukan kau yang pergi, maka aku yang akan pergi. Kita harus terus melanjutkan hidup kita kelak, tanpa bayangan masing-masing."

"Aku tak akan membiarkan itu terjadi!"

"Uh, kau egois."

"Aku tak akan pergi darimu, dan aku tak akan membiarkan kau lari dariku, aku tak akan melepasmu dan aku tak akan membiarkan kau melepasku."

"Hahahaha… memangnya dengan cara apa kau melakukannya?"

"Menahan langkahmu"

"Omong kosong!"

"Seperti ini! Aku akan mengikat kakimu dengan kakiku, sehingga kau tak akan pergi dariku, dan aku tak akan membiarkanmu pergi dariku."

"Kalau begitu aku pergi." Hani segera bangkit dan melambaikan tangannya, membuat kesadaran Baekhyun kembali. Ia menatap Chanyeol yang menghela nafas lega, lalu menampilkan senyum idiotnya lagi. Baekhyun memutar bola matanya malas, lalu melirik jam arlojinya.

"Hei, waktu kita sudah habis, kembalilah!" Chanyeol memajukan bibirnya, tidak ingin berpisah dengan Baekhyun-nya.

"Ah, kenapa waktu berjalan sangat cepat!"

"Karena kau menggunakannya untuk sesuatu yang tak berguna, maka waktu akan berlalu tanpa kau sadari."

"Eeeii! Tuan Byun yang puitis, seingatku nilai sastramu yang terendah dulu."

"Sialan!" Baekhyun melemparkan garpu miliknya dan Chanyeol yang menghindar hanya bisa tersenyum meledek.

..

.

Baekhyun tersenyum ketika melihat Hani berlari kearah mobilnya dan segera masuk.

"Melelahkan?" Tanya Baekhyun dan wanita yang nampak kacau itu hanya mengangguk dengan wajah kelelahan sambil memasang sabuk pengamannya.

"Seperti dugaanku." Baekhyun tertawa dan melajukan mobilnya.

"Oh, apa Chanyeol oppa sudah dirumah?"

"Entahlah, aku belum sempat pulang tadi. Sepulang dari kantor aku langsung menjemputmu." Hani menoleh dan meneliti pakaian Baekhyun yang memang sama dengan yang dikenakannya tadi pagi.

"Maafkan aku oppa, karenaku oppa jadi tidak bisa pulang awal."

"Oh, bukan salahmu. Ada sedikit pekerjaan tambahan tadi, jadi aku pulang lebih malam." Hani tersenyum lalu menggesekan kepalanya di pundak Baekhyun.

"Terima kasih Baekhyun oppa, kau yang terbaik." Ucap Hani yang membuat Baekhyun tersenyum.

Ketika sampai di apartemen mereka, Hani segera masuk dengan tubuh kelelahan dan Baekhyun menyusul dibelakang. Hani yang melihat Chanyeol terbaring diatas sofa sambil menonton TV segera menindih tubuh itu.

"Oppa~" ucapnya kelelahan, Baekhyun yang melihat itu hanya menggeleng pelan lalu berjalan kearah dapur untuk mengambil air.

"Uh, kau berat."

"Benarkah?" pekik Hani dengan wajah terkejut.

"Dan Bau… uh! Mandi dulu sana!" ucap Chanyeol sambil menutup dan mengerutkan hidungnya seperti mengerjai anak kecil, namun nyatanya itu membuat Hani mengerutkan bibirnya kecewa. Ia bangkit dan mengendus tubuhnya.

"Habisnya, aku kan lelah mondar-mandir sejak pagi. Menjadi asisten junior itu tidak mudah." Ucap Hani lagi lalu mendengus kesal dan segera bangkit sambil meraih tasnya diatas meja.

"Aku akan mandi, awas oppa nanti tergila-gila dengan aroma tubuhku yang wangi." Ancam Hani kesal. Chanyeol membuat gerakan mengusir masih menutup hidungnya mendramatisir.

Ketika pintu kamar mereka tertutup, Chanyeol segera bangkit lalu berjalan menuju dapur. Ia menemukan Baekhyun yang sedang menegak airnya di depan kulkas lalu memeluk tubuh itu dari belakang membuat Baekhyun nyaris tersedak.

Cup

Sebuah kecupan Chanyeol layangkan di leher Baekhyun, dan mengendus-ngendus bagian itu dengan begitu mesra. Baekhyun menutup kulkas dan membalik tubuhnya.

"Menjauhlah, aku bau kau tahu?" ucap Baekhyun sambil berjalan kearah bar dapur dan meletakkan gelas kosongnya, namun lagi-lagi Chanyeol memeluknya dan mengecup perpotongan leher Baekhyun.

"Aku suka aromamu, aku suka ketika kau habis mandi, ataupun berkeringat."

"Tch! Kau mengejek istrimu tapi kau memuji laki-laki lain?" ucap Baekhyun sambil berjalan menuju ruang tengah dengan Chanyeol yang masih melekat pada tubuhnya.

"Kau bukan laki-laki lain, kau laki-laki-ku." Baekhyun memutar bola matanya malas dan berjalan menuju kamarnya dengan kesusahan. Ketika ia memegang gagang pintu, ia membalik tubuhnya lagi.

"Tuan Park, kamarmu disana! Ini kamarku." Ucap Baekhyun sambil menunjuk kamar Chanyeol diujung koridor dan kamarnya yang berada dibelakangnya.

"Tapi aku lebih suka berada di kamarmu, lalu aku harus bagaimana?" ucap Chanyeol dengan suara manjanya. Baekhyun kembali membalik tubuhnya dan Chanyeol kembali memeluknya erat sambil berjalan masuk seperti penguin.

Baekhyun menyalakan lampu kamarnya, dan melempar tasnya keatas meja. Ia berjalan kelemari untuk mengambil pakaian dengan Chanyeol masih menempel membuatnya risih, namun ia sudah terbiasa dengan Chanyeol yang selalu bermanja-manja seperti itu.

"Yang ini!" tunjuk Chanyeol pada sebuah baju kaos tipis kebesaran ketika keduanya berdiri di depan lemari, itu milik Chanyeol yang Chanyeol minta Baekhyun untuk menyimpannya.

"Tidak!"

"Ini!" Chanyeol menarik kaos putih itu membuat Baekhyun berdecak, ketika akan mengambil celana pendeknya, lagi-lagi Chanyeol menahan tangannya.

"Tidak pakai lebih baik!"

"Kau gila?" dan kali ini Baekhyun segera mengambil celana pendek serta celana dalam untuknya. Ia meletakkan pakaian itu diatas ranjang.

"Sekarang menjauhlah! Aku akan mandi!" ucap Baekhyun namun Chanyeol masih menempel dan semakin mengeratkan pelukannya.

"Chanyeol!" pekik Baekhyun.

"Baekhyun!" balas Chanyeol dengan nada manjanya.

"Chanyeol, please!"

"Baekhyun, please!"

"Chanyeol!"

"Baek_"

"CHANYEOL OPPA~"

"Nah, itu!" Baekhyun menjentikan jemarinya ketika mendengar teriakan Hani. Chanyeol menghela nafas malas.

"CHANYEOL OPPA~ TOLONG AMBILKAN HANDUKKU!" Chanyeol menggeram kesal dan Baekhyun terkikik. Ia memegang kedua pipi Chanyeol dan memberikan sebuah kecupan di bibir yang lebih tua.

"Jangan seperti itu, dia istrimu. Kau yang telah memilihnya, dan dia tanggung jawabmu." Chanyeol melepaskan pelukannya, dan segera berjalan keluar kamar dengan omelan disetiap langkahnya.

Setelah usai mandi, Baekhyun menatap dirinya yang hanya berbalut handuk, dan ia segera memakai kaos kebesaran milik Chanyeol yang membuat tubuh mungilnya langsung menghilang, bahkan kaos itu menutupi hingga ke pangkal pahanya.

Ia menatap celana di tangannya, jika dulu saat masih berdua dengan Chanyeol ia tidak akan pernah mengenakan apapun sebagai bawahan, bahkan celana dalam sekalipun karena itu setiap ada kesempatan Chanyeol akan menyerangnya tanpa ampun, namun bila ia melakukannya kini, ia takut Chanyeol akan menyerangnya juga dan berakhir dengan lelaki itu berada di meja hijau karena Hani yang ingin bercerai.

Baekhyun memang egois dan bersalah karena mencintai suami orang lain, namun ia ingin bersikap manusiawi dengan mempertahankan apa yang menjadi miliknya sampai keduanya sepakat untuk mengakhiri semuanya.

Setelah usai memakai celananya, Baekhyun berjalan keluar kamar dan menemukan dua orang yang sedang terkikik di depan televisi. Chanyeol yang duduk diujung sofa sambil memegang remote dengan Hani yang berbaring diujung sofa yang berlawanan dan kaki yang berada diatas paha Chanyeol.

"Hahahaha… dia bodoh!" ucap Hani sambil tertawa dan Chanyeol pun ikut tertawa. Baekhyun yang tiba-tiba muncul membuat keduanya menoleh, tapi kemudian pura-pura tidak menyadari wajah pura-pura kesal Baekhyun karena tidak mendapat tempat duduk.

Hani yang tidak tahan melihat wajah Baekhyun, segera terkikik dan membuka kakinya lebih lebar.

"Tidak ada tempat untuk Baekhyun oppa." Ucapnya, Baekhyun mencibir dengan sebuah senyuman pura-pura jengkel.

"Kalau mau duduk dibawah!" ucap Hani lagi, dia memang sangat suka menjahili Baekhyun meskipun sebenarnya ia sangat menyayangi laki-laki itu.

"Chanyeol, kau dibawah!" ucap Baekhyun memerintah dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

"Tidak mau!"

"Issssh! Kalian memang pasangan serasi, sama-sama menyebalkan." Baekhyun memasang wajah pura-pura kesal dan keduanya terkikik lagi sambil menatap Baekhyun yang akan duduk dilantai, Chanyeol menarik tubuh itu, membuka sedikit kakinya lalu mendudukan Baekhyun disana. Baekhyun tersentak, Hani yang merasa kakinya sedikit diduduki ikut tersentak juga dan matanya berkedip terkejut melihat posisi Baekhyun yang berada diantara paha suaminya.

"Hahaha.. Hani, lihat suamimu menganggapku anaknya. Hei, Tuan Park! Aku bukan anakmu." Ucap Baekhyun dengan kekehan mencoba mencairkan suasana, dan mencoba pula bangkit namun Chanyeol menahan perutnya.

Hani yang semula memasang wajah sedikit terkejut segera tertawa dan menendang-nendang pelan paha Chanyeol.

"Oppa, Baekhyun oppa bukan anak kita!" ucapnya sambil terkikik. Chanyeol menepuk-nepuk pantat Baekhyun, memperlakukannya seperti bayi sungguhan membuat Baekhyun menggeram kesal.

"Ah, dia pasti akan menjadi anak yang lucu kalau sungguh-sungguh menjadi anak kita."

"Dan cantik.." Sambung Hani.

"Yak! Kalian pasangan gila, aku tak akan mau menjadi anak kalian." Ucap Baekhyun dan ditertawai oleh keduanya. Acara yang mereka tonton kembali tayang dan fokus Hani kembali pada layar Tv, sementara Baekhyun yang ingin melepaskan diri hanya pasrah ketika tangan Chanyeol menyelinap ke dalam pahanya membuatnya mencubit pinggang Chanyeol keras.

Ketiganya larut dalam tontonan mereka, hingga hari mulai larut dan ruang tengah sudah dalam keadaan gelap, hanya televisi yang masih menyala yang menjadi sumber cahaya.

"Eeummm…" Baekhyun menahan desahannya ketika kecupan-kecupan Chanyeol dilehernya membuat tubuhnya menggelinjang. Sesekali ia melirik sosok Hani yang tertidur lelap dalam posisi yang sama.

"Hentikaaannhhh.." Baekhyun mencoba mendorong jauh tangan Chanyeol yang bermain di dadanya, memilin puting miliknya hingga menegang sempurna. Keduanya juga tak luput dari ciuman panas yang menuntut, membuat Baekhyun was-was jika Hani sampai terbangun.

Chanyeol memang gila dan bodoh, terkadang otak cerdasnya tidak terpakai sama sekali jika hasratnya sudah diatas kepala. Tapi terkadang Baekhyun menyadari jika Chanyeol senang melakukan sentuhan-sentuhan dengannya di dekat sang istri, entah untuk menguji keberanian atau memang ia sudah benar-benar gila.

Baekhyun tidak tahu sejak kapan celana miliknya sudah hilang dan posisinya sudah berubah menjadi menghadap Chanyeol dengan kedua kaki mengangkang di depan tubuh tegap itu.

Chanyeol meminta tubuh Baekhyun bergerak namun Baekhyun menggeleng, membuat yang lebih tinggi menyentak dari arah bawah dan Baekhyun pun menegang karena tumbukan itu tepat mengenai titik sensitifnya.

"Bergerak sayang!" Baekhyun rasa ia sudah gila, karena saat ini ia benar-benar menggerakan tubuhnya naik turun sambil melirik kearah Hani yang nampaknya masih tertidur lelap.

"Aaah…" Baekhyun segera meraup bibir Chanyeol untuk meredam desahannya. Tubuhnya bergerak dengan pelan, namun sialnya kejantanan menegang Chanyeol yang sangat keras langsung mengenai titik kenikmatannya.

"Hhmmpp…" Baekhyun bergerak naik turun dengan irama yang sangat pelan. Suara dari pemain film di layar Tv membuat ia tertolong, namun rasa cemas itu masih menyelimuti pikirannya.

"Yak!" Baekhyun memekik ketika Chanyeol bangkit dengan mendadak membuat kejantanan Chanyeol menyentak lebih dalam. Baekhyun pikir ia bisa bernafas lega karena Chanyeol akan membawa mereka ke dalam kamar, namun dugaannya salah karena Chanyeol malah membaringkan dirinya diatas karpet berbulu di kaki sofa.

Baekhyun yang berada dibawah Chanyeol hanya menatap Chanyeol kesal, namun sosok itu seolah tak acuh dan malah membuka kaosnya. Ketika Baekhyun akan protes, Chanyeol telah bergerak untuk menumbuk bagian bawah Baekhyun.

Baekhyun mendongak antara menikmati sodokan Chanyeol dan menatap waspada pada Hani yang masih terlelap, Baekhyun tak membiarkan dirinya berakhir dengan label penggoda suami orang saat dipengadilan nanti.

"Oohhh." Chanyeol menggeram ketika spermanya menembak di dalam tubuh Baekhyun, dan Baekhyun hanya mengatur nafasnya dengan kaki yang masih mengangkang. Chanyeol mengecup kening Baekhyun sebelum berbaring disamping tubuh Baekhyun yang masih terengah.

Ia segera memakai celananya, lalu meraih celana Baekhyun dan memberikan pada yang lebih kecil. Baekhyun mengomel sambil memakai celananya dan Chanyeol hanya menutup mata seolah tuli.

Baekhyun merebahkan tubuhnya disamping Chanyeol dan Chanyeol yang masih bertelanjang dada dengan tubuh berkeringat segera memeluk tubuh Baekhyun dalam dekapannya.

..

.

Suara ponsel Hani membuat gadis itu terbangun, ia meraih ponselnya yang berada dimeja diatas kepalanya. Setelah mematikannya ia menguap dengan malas dan segera mematikan tv yang masih menyala. Ketika ia menurunkan kakinya dengan masih menguap, ia terkejut melihat Chanyeol dan Baekhyun yang terbaring dilantai.

Keduanya nampak masih terlelap, Baekhyun memunggungi Chanyeol dan Chanyeol yang memeluk tubuh itu erat, sekilas siapapun akan salah paham melihat posisi mereka apalagi Chanyeol yang bertelanjang dada.

"Kau harus terbiasa dengan kami, aku dan Baekhyun sudah bersahabat sejak lama, kami ini lebih dekat dari apapun yang mereka sebut teman, sahabat ataupun saudara. Jangan terkejut ketika melihatku terbangun di kamarnya, karena aku sudah terbiasa melakukannya sejak dulu."

Hani menggelengkan kepalanya dan segera bangkit, tidak seharusnya ia curiga pada suami dan sahabat suaminya itu. Ia percaya Chanyeol, pria yang ia nikahi satu tahun lalu, dan ia pun percaya Baekhyun sosok yang selama ini begitu baik padanya, memperlakukannya seperti seorang adik kandung.

Hani melangkahkan kakinya tidak ingin menganggu dua sosok yang masih terlelap itu, karena memang diantara ketiganya ia yang bertugas untuk bagun lebih awal. Sebuah kesepakatan kecil yang telah menjadi kebiasaan.

Ketika kakinya menginjak sesuatu yang terasa lain, ia segera membungkuk untuk memungutnya. Itu adalah sebuah celana dalam berwarna hitam dengan ukuran yang bisa dibilang kecil.

Ia kembali melirik dua sosok yang mulai menggeliat itu, ketika Baekhyun menguap sambil merentangkan tangannya. Hani menjatuhkan celana dalam itu dan menendangnya ke bawah sofa.

"Oh, kau sudah bangun?" Tanya Baekhyun dengan wajah yang sungguh menggemaskan. Hani tersenyum lebar sambil menggaruk rambutnya.

"Hm. Aku akan menyiapkan sarapan setelah berbenah diri ." Baekhyun mengangguk dan baru menyadari jika Chanyeol masih memeluk tubuhnya. Ia segera menjauhkan tangan Chanyeol dan melirik kearah Hani yang seolah tak keberatan dengan hal itu.

"Biarkan saja Baek oppa! Sepertinya dia kelelahan, lagipula pagi ini ia bisa berangkat lebih siang. Bosnya sedang berlibur ke Hawaii." Baekhyun tersenyum dan membiarkan Hani meninggalkan mereka.

Baekhyun menggeram dan menyentil kening Chanyeol yang malah membuat lelaki itu kembali memeluk Baekhyun.

"Sepuluh menit lagi, Baby!" Baekhyun mendelik dan menjewer telinga Chanyeol ketika lelaki itu malah meremas bokongnya.

"Bangun pemalas!" bentak Baekhyun.

"Morning kiss?" Baekhyun menampar bibir Chanyeol yang telah dimajukan oleh pemiliknya, membuat Chanyeol lagi-lagi cemberut.

"Kau ini, Hani melihat kita tadi!" Chanyeol segera menoleh kearah sofa namun tidak menemukan siapapun, jadi ia menghela nafas lega.

"Dia telah kembali ke kamar kalian. Dia sepertinya curiga! Sana buat dia tidak curiga!" usir Baekhyun, namun Chanyeol menggeleng dan menenggelamkan kepalanya di perut Baekhyun.

"Kau ini! Sana bangun!"

"Tidak mau!"

"Aissshh!" Baekhyun bangkit secara paksa membuat Chanyeol terjatuh diatas karpet berbulunya, dan ia menggeram kecewa.

..

.

Chanyeol berjalan keluar dari lift ketika pintu besi itu terbuka, sesekali melirik jam tangannya dan ia mendesah kesal. Meski bosnya itu tidak ada, tapi perintahnya masih tetap mutlak, dia benar-benar menyiksa Chanyeol dengan banyak sekali pekerjaan yang harus ia selesaikan dalam waktu satu hari.

Sepertinya bosnya itu memang membencinya, bahkan tidak membiarkan dirinya untuk sekedar menghirup udara kebebasan. Ia yang pulang paling terakhir karena bagian divisinya telah pulang sejam yang lalu.

Ketika keluar dari pintu utama, ia dikejutkan dengan sosok mungil yang bersandar di kap mobilnya dengan sebuah ponsel tertempel ditelinga dan wajah menahan kesal saat melihatnya.

"Kemana saja kau Park Chanyeol? Demi Tuhan! Aku menghubungimu sejak tadi!" Chanyeol mengernyit sambil berjalan mendekat.

"Ponselku mati, dan aku lupa mengisinya. Ada apa?" Baekhyun berdecak, lalu menarik tangan Chanyeol memaksanya masuk ke dalam mobil namun Chanyeol menolak.

"Mobilmu biarkan saja disini! Ada hal yang lebih penting!" ucap Baekhyun. Chanyeol akhirnya pasrah dan memilih duduk di kursi penumpang. Baekhyun segera masuk dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Ketika setengah perjalanan, Baekhyun berhenti sejenak di depan sebuah toko bunga lalu membeli sebuket mawar merah dan meletakkannya pada kursi bagian belakang.

"Hei, untuk apa semua itu?" Tanya Chanyeol bingung. Baekhyun memutar bola matanya malas, lalu kembali melajukan mobilnya.

Tak lama mobil itu kembali berhenti kali ini disebuah toilet umum, dan Baekhyun menarik tangan Chanyeol untuk menyuruh sosok itu keluar. Tanpa memperdulikan beberapa orang yang berlalu lalang, Baekhyun menarik Chanyeol masuk ke dalam salah satu bilik.

"Bukalah!" ucap Baekhyun sambil mencari sesuatu di dalam tasnya. Chanyeol membulatkan matanya tidak percaya, ia melihat sekitar lalu kembali menatap Baekhyun dengan sorot tak percaya.

"Disini? Sekarang?" Baekhyun mendesah kesal.

"Ya, disini! Sekarang!" ucap Baekhyun. Chanyeol membuka kancing kemejanya dengan semangat sementara Baekhyun menggantungkan tasnya di pintu, mengeluarkan sebuah kotak berwarna hitam.

"Aku tidak tahu kau memiliki keberanian untuk melakukannya di tempat umum." Ucap Chanyeol yang kini telah memeluk Baekhyun dari belakang lalu mengecup leher yang lebih pendek. Baekhyun menggeram kesal, lalu mendorong tubuh Chanyeol pelan dan melemparkan sebuah kemeja untuknya.

"Pakailah!"

"Apa ini?"

"Sudah pakai dulu jangan banyak tanya!" Tidak ingin mendengar omelan Baekhyun, Chanyeol segera memakainya yang kemudian dibantu oleh Baekhyun. Setelah Chanyeol usai Baekhyun mendorong tubuh itu keluar, lalu ia memasukan pakaian kerja Chanyeol ke dalam tas miliknya.

Baekhyun membasahi tangannya di westafle, lalu membawa tangan itu untuk menyisir rambut Chanyeol, ia juga mengeluarkan sebuah pelembab spray dari dalam tasnya dan menyemprotkannya pada wajah Chanyeol, sebuah pelembab bibir dan memaksa Chanyeol menempelkan bibirnya, lalu terakhir menyemprotkan sebuah parfum.

"Hah, akhirnya selesai! Ayo ikut aku!"

"Yak, Byun sebenarnya apa-apaan ini?" tanya Chanyeol. Baekhyun menoleh dan mendekat kearah yang lebih tinggi, lalu mengecup bibir penuh itu.

"Cobalah mengingat hari penting apa ini!" Chanyeol memiringkan kepalanya untuk berpikir namun Baekhyun telah menariknya lagi untuk keluar dari dalam toilet umum itu.

Ketika mobil yang Baekhyun kemudikan sampai di parkiran apartemen mereka, Chanyeol semakin dibuat bingung. Apalagi cara Baekhyun menyeret tangannya membuat mereka mendapatkan perhatian beberapa penghuni yang berlalu lalang di koridor.

"Baek, ini bukan ulangtahunmu, bukan juga ulangtahunku, dan bukan juga hari jadi kita." Ucap Chanyeol. Baekhyun yang masih menarik tangan Chanyeol untuk memasuki lift hanya menggeleng pelan.

"Ini bukan tentangku, tapi Hani." Kening Chanyeol kembali mengernyit, dan sebelum ia sempat menjawab Baekhyun sudah menyeretnya, membawa mereka untuk berdiri di depan pintu apartemen mereka.

"Ini bukan ulangtahun Hani, kurasa." Baekhyun yang berdiri menghadap Chanyeol tersenyum, ia merapikan kerah kemeja putih Chanyeol, membersihkan debu yang kemungkinan menempel ditubuh lelaki itu, lalu menyerahkan buket mawar yang ia bawa.

"Ini hari ulangtahun pernikahan kalian, masuklah! Hani sudah menunggu di dalam sejam yang lalu, dia bahkan pulang lebih awal untuk menyiapkan semua ini. Demimu, idiot." Chanyeol tersentak dan baru mengingat hari ulangtahun pernikahannya.

"Dia menangis ketika kau lupa ulangtahunnya, aku tak ingin ia menangis lagi kali ini." Ucap Baekhyun, mengelus pipi Chanyeol dan menekan bel pintu. Sebuah suara lembut terdengar dari dalam sana, dan ketika Baekhyun melangkah menjauh Chanyeol menahan tangannya.

"Kau tidak bergabung?" tanya Chanyeol. Baekhyun terkekeh pelan, lalu menyentil kening Chanyeol.

"Kau bodoh? Ini ulangtahun pernikahanmu dan Hani, kau pikir aku anak kalian?" ucapnya lalu melepas tangan Chanyeol ketika suara passcode yang ditekan terdengar.

"Oppa?" Hani nampak terkejut. Gadis itu telah siap dengan gaun merahnya yang melekat sempurna ditubuh rampingnya, bahkan lipstick merah yang menghias bibirnya terlihat begitu serasi dengan anting serta sepatu hak tingginya.

"H-hai?" Hani tersenyum dan matanya berkaca-kaca. Ia kemudian melompat ke dalam pelukan Chanyeol membuat beberapa kelopak bunga mawar yang ia pegang terjatuh dilantai. Baekhyun berdiri dibalik sebuah dinding dengan bibir mengulas senyum, ia mengusak helaian rambutnya lagi, menyisirnya kebelakang dan kemudian membalik tubuhnya.

"Aku pikir oppa lupa."

"Hmm…"

"Terima kasih karena mengingat hari pernikahan kita, oppa." Ucapnya nyaris menangis. Chanyeol mengelus punggung sempit itu dengan lembut, lalu matanya beredar mencari keberadaan Baekhyun, dimana ia melihat sosok mungil itu berjalan menjauh menuju lift.

"Baekhyun? Kau?"

"Ha?" Chanyeol tersentak ketika Hani mendongak kearahnya menuntun jawaban, namun ia menggeleng pelan lalu membawa tubuh keduanya masuk.

Baekhyun duduk di sebuah kursi panjang di depan gedung apartemen mereka, matanya menatap keatas gedung dimana salah satu lampu menyala yang merupakan miliknya dan Chanyeol.

Mereka pindah ke apartemen itu dari flat sederhana mereka ketika Chanyeol mendapatkan kenaikan jabatan. Chanyeol berkata bahwa itu adalah hadiah untuk Baekhyun karena selalu memberikannya semangat.

Baekhyun ingat pertama kali mereka pindah kesana, mereka merasa seperti sepasang pengantin baru. Seluruh interior Chanyeol biarkan Baekhyun yang memilihnya, karena sebanyak apapun Chanyeol menolak, ujung-ujungnya mereka akan berakhir dengan pendapat Baekhyun.

Bagi Baekhyun selera Chanyeol itu sangat buruk, untuk itu Baekhyun tidak pernah membiarkan Chanyeol menentukan apapun untuk hal yang nantinya akan mereka pakai berdua. Seperti ketika Chanyeol membeli mobil pertamanya, Baekhyun menginginkan sebuah mobil sport karena baginya itu keren, namun Chanyeol malah membeli mobil yang diperuntukan untuk sebuah keluarga.

"Karena aku ingin kelak, mobil ini akan diisi oleh anak-anak kita." Baekhyun menjewer telinga Chanyeol kala lelaki itu membahas soal anak, karena itu sebuah hinaan bagi Baekhyun yang tidak akan pernah bisa memiliki anak dengannya.

Baekhyun tersenyum mengingat kenangan-kenangan mereka yang hampir di dominasi oleh pertengkaran-pertengkaran kecil maupun besar. Ia kemudian mendongak lagi dan mendapati siluet dua orang yang sedang berdansa.

"Huh, akhirnya kau bisa menikmati waktu berdua kalian." Ucap Baekhyun sambil tersenyum dan ia memilih bangkit. Sedikit berjalan-jalan hingga malam lebih larut dan ia akan kembali pulang.

Baekhyun menendang-nendang beberapa kerikil ketika berjalan di taman disekitar apartemennya. Ia kembali teringat akan suara bergetar Hani sore tadi, kecemasan gadis itu jika Chanyeol akan melupakan hari ulangtahun pernikahan mereka.

Gadis itu menangis sesegukan dan berkata bahwa ia telah meminta izin lebih awal pada bosnya, lalu menyiapkan masakan dan juga telah siap dengan gaun yang ia beli dengan tabungannya.

Baekhyun bukan orang jahat yang akan menghancurkan harapan seorang wanita baik seperti Hani, untuk itu tanpa sepengetahuan Hani ia mencari Chanyeol, membuat seolah lelaki itu mengingat hal yang seharusnya menjadi hal terpenting dalam hidupnya.

Chanyeol memeluk sosok yang sedang berdiri di depannya, mereka berdansa diiringi alunan biola yang indah. Sesekali mata Chanyeol melirik sisa makanan mereka diatas meja dengan lilin dan juga sebotol wine yang tinggal setengah.

Ia melirik istrinya yang memeluk tubuhnya begitu erat, sambil bergerak sesuai dengan irama. Ia merasa bersalah karena membuat gadis itu berkorban terlalu banyak dalam pernikahan mereka.

Ahn Hani adalah juniornya ketika mereka masih berkuliah dulu, kesamaan jurusan yang mereka ambil membuat keduanya sering bertemu. Selain itu Chanyeol adalah mentornya dulu, mengajarkan semua mahasiswa junior untuk lebih mudah menyelami perkuliahan mereka.

Perbedaan usia tiga tahun membuat keduanya tak terlalu canggung untuk membaur menjadi satu, dan perlahan si gadis mencintai sang lelaki. Chanyeol tak tahu bagaimana ia bisa menerima gadis itu menjadi kekasihnya beberapa tahun setelahnya, yang ia ingat itu adalah ulah Baekhyun yang memaksanya.

Hingga hubungan itu sampai ditelinga kedua orang tua Chanyeol yang ternyata menyukai gadis periang seperti Hani, dan setahun lalu mereka memutuskan untuk menjalin sebuah rumah tangga.

Chanyeol menyayangi Hani, tentu saja. Namun, ada sosok lain yang telah mengambil seluruh hatinya, dia Byun Baekhyun. Sahabat, keluarga, sekaligus kekasih rahasianya.

Tubuh keduanya semakin merapat, dan Chanyeol sudah tahu kemana arah kegiatan ini selanjutnya. Jadi ia membiarkan semuanya berjalan, seperti apa yang takdir inginkan, seperti apa yang Baekhyun ingin ia lakukan.

..

.

Chanyeol terbangun dengan tubuh setengah telanjang, ia melirik istrinya yang masih terlelap dibalik selimut dan melirik jendela dimana hujan nampak begitu deras. Perlahan Chanyeol bangkit, ia berjalan menuju dapur untuk meminum airnya.

Lalu matanya melirik kamar Baekhyun yang terlihat gelap, jam sudah menunjukan pukul 11.45 malam. Ia berjalan menuju kamar Baekhyun, membukanya namun tak menemukan siapapun disana. Ia berjalan dengan cemas ke kamar mandi dan seketika ia tersentak.

Ia segera meraih sebuah jaket diatas sofa lalu melesat meninggalkan apartemenya. Ia mendesah kesal ketika berjalan diparkiran dan tidak menemukan mobilnya.

"Sial, mobilku masih berada dikantor." Umpatnya sambil memukul udara, lalu ia melihat mobil Baekhyun yang masih disana, ia mendekati mobil itu dan tak menemukan sosok mungil itu disana selain sebuah tas dan ponsel Baekhyun di kursi pengemudi membuat kecemasan lelaki itu meningkat.

Chanyeol berlari keluar dari apartemennya setelah mengambil sebuah payung di dekat pintu utama gedung, lalu dengan perasaan cemas berlari disekitar taman apartemen yang berada di depan gedungnya.

Wajah Chanyeol terlihat begitu khawatir karena taman itu nampak begitu sepi dan basah dimana-dimana. Taman itu tidak begitu luas, namun cukup untuk menyembunyikan satu sosok mungil seperti Baekhyun, jika ia memang berada disana.

Ketika di akhir keputusasaanya, mata Chanyeol tertuju pada sebuah kotak telepon berwarna merah di dekat sebuah pohon. Ia segera berjalan kesana berharap menemukan sosok Baekhyun, namun ketika ia melihat, tak ada siapapun disana.

Begitu akan pergi, ia melihat sebuah pergerakan dan ia kembali mendekat untuk mendapati sebuah sosok terduduk di bawah sambil bersandar. Chanyeol membuka pintu itu dengan cepat dan mata sipit itu mengerjap.

"Chanyeol?" ucapnya lirih.

"Bodoh! Apa yang kau lakukan disini hah? Mengapa tidak langsung masuk?" bentak Chanyeol. Baekhyun bukannya takut malah memperlihatkan deretan giginya.

"Aku sebenarnya akan diam di dalam mobil, tapi kunci mobilku hilang, lalu tiba-tiba turun hujan jadi aku memilih berteduh disini sampai hujannya reda lalu aku akan_" ucapan Baekhyun terhenti ketika Chanyeol memeluk tubuh basah kuyupnya.

Chanyeol dapat merasakan tubuh itu menggigil. Bagaimana tidak, Baekhyun hanya mengenakan sebuah kaos berlengan panjang yang tipis, tentu saja ia akan kedinginan lagipula Baekhyun tidak kuat dingin.

"Kau! Berhenti membuatku khawatir, bodoh!" ucapnya sambil memeluk tubuh menggigil itu. Baekhyun mendorong tubuh Chanyeol sejenak, lalu melihat keluar pintu dimana hujam masih deras.

"Kau membawa payung kan?" Chanyeol mengangguk namun kemudian ia tersadar bahwa ia meninggalkan payungnya diluar, ketika melihat keluar payung itu telah tertiup angin.

"Payungnya telah lenyap, hehehe."

"Isssh! Sekarang siapa yang bodoh?" ucap Baekhyun sambil menjitak kepala Chanyeol. Chanyeol membalasnya dengan sebuah kecupan di kening Baekhyun. Chanyeol mendudukan dirinya dan bersandar, perlahan ia melepas kaos Baekhyun membuat tubuh telanjang Baekhyun semakin menggigil.

Namun dengan pelan ia menyingkap jaketnya kebesaranya dan membiarkan Baekhyun masuk ke dalamnya. Tubuh telanjang keduanya yang bergesekan membuat Baekhyun merasakan kehangatan.

Apalagi kedua tangan Chanyeol memeluknya dari belakang dengan begitu erat, bahkan kaki si jangkung menyelimuti kaki Baekhyun dengan begitu baik. Chanyeol mengecup pipi Baekhyun dan Baekhyun hanya membiarkan dirinya bersandar pada dada yang lebih besar.

"Bagaimana kencan kalian?" tanya Baekhyun sambil mengelus tangan Chanyeol diatas perutnya.

"Seperti kencan pada umumnya." Ucap Chanyeol sambil mengecup kembali belakang kepala Baekhyun.

"Apa kalian berakhir dengan adegan ranjang? Apa kau membiarkan spermamu keluar di dalamnya?" Chanyeol menggeleng pelan.

"Kenapa? Padahal aku ingin memiliki keponakan." Ucap Baekhyun dengan bibir dikupas keluar, Chanyeol memutar kepala Baekhyun lembut untuk membuat wajah mereka berhadapan.

"Karena aku tak ingin cintaku dibagi lagi. Kau dan Hani sudah cukup untukku." Baekhyun mendengus kesal.

"Itu berbeda Chanyeol. Cintamu pada anakmu nanti tak akan sama. Jadi besok kau akan menghamilinya kan?" Chanyeol menggeleng dan Baekhyun kembali mendengus kesal.

"Bagaimana jika aku menghamilimu saja? Anak kita pasti akan_ Aaaakkh!" Chanyeol merasakan sebuah jambakan pada rambutnya dan Baekhyun semakin mengeratkan tarikannya.

"Kau pikir aku bisa hamil hah? Kau ingin menghinaku hah, Park?"

"Aaaaw! Awwww! Sakit, Baek!"

"Biar, biar kau tahu rasa."

"Sayang hentikan, ini sungguh sakit."

"Sayang, sayang. Aku bukan sayangmu."

"Baby, lepaskan ya?"

"Issh! Apalagi itu? Baby? aku bukan bayimu!" Chanyeol mencengkram tangan Baekhyun, membuat jambakannya terhenti. Ia lalu mencengkram dagu Baekhyun lembut.

"Kalau begitu, milikku." Seketika Baekhyun tersentak dan sebelum ia sempat protes sebuah ciuman telah membungkam bibirnya. Ciuman menuntut yang terlihat begitu romantis. Tarikan lembut Chanyeol pada bibirnya membuat Baekhyun semakin menggila dalam rasa terbakar di hati dan tubuhnya.

..

.

TOK

TOK

TOK

Chanyeol yang memeluk Baekhyun dalam posisi bersandar di dalam kotak telepon membuka matanya dan mendapati seorang petugas kebersihan mengetuk pintu itu. Baekhyun menggeliat pelan dan terkejut ketika melihat seorang pria tua berdiri diluar pintu.

Ketika ia hendak keluar dari tubuh Chanyeol, Chanyeol menahannya dan memutuskan dirinya yang keluar dari dalam jaket hingga membuat dada telanjangnya terlihat. Baekhyun tersenyum kecil, lalu ikut bangkit bersama Chanyeol.

"Oh maaf, kami terjebak semalaman disini karena mencari kunci mobil." Pak tua itu mengernyit sejenak lalu mengeluarkan sebuah kunci dari dalam sakunya.

"Apa ini?"

"Ah, benar Tuan . Itu milikku." Ucap Baekhyun yang segera mengambil kunci itu. Petugas itu mengangguk lalu memberikanya pada Baekhyun.

Hari masihlah terlalu pagi, bahkan matahari belum terbit sepenuhnya. Chanyeol dan Baekhyun melangkah masuk ke dalam apartemen mereka, Chanyeol tersenyum memperhatikan tubuh mungil Baekhyun yang tenggelam di dalam jaket miliknya dan itu sungguh menggemaskan.

"Hatchi! Hatchi!" Chanyeol terkejut melihat Baekhyun yang bersin sambil menutup mulutnya.

"Sudah kuduga ini akan terjadi, lain kali jangan pernah membiarkan pakaian basah melekat di tubuhmu lagi, dasar bodoh!" gerutu Chanyeol sambil mendorong tubuh Baekhyun masuk ke dalam kamarnya.

Baekhyun tetap berjalan dengan mata nyaris tertutup karena ia akan bersin lagi.

"Hatchi! Sial!" umpat Baekhyun ketika lagi-lagi ia bersin. Chanyeol berjalan kearah lemari untuk mengambil celana baru untuk Baekhyun, mengganti milik Baekhyun yang setengah basah lalu segera membaringkan tubuh Baekhyun dan menyelimutinya, tak lupa mengatur suhu pemanas ruangan sebelum mengecup kening Baekhyun pelan.

"Tidurlah, sebaiknya kau tidak usah bekerja! Kau mengerti?"

"Ayolah Park! ini bukan sesuatu yang parah, mungkin aku hanya terserang flu, jangan berlebihan!" ketusnya sambil bergelung di dalam selimut hangatnya.

"Dan jangan meremehkan!" ucap Chanyeol sambil menunjuk ke wajah yang lebih mungil. Baekhyun memutar matanya malas dan mengibaskan tangannya untuk mengusir Chanyeol keluar.

Chanyeol berjalan ke dalam kamarnya dan masih menemukan Hani terlelap dalam gulungan selimutnya. Chanyeol berjalan kearah lemari untuk mengambil sepotong baju dan kembali berjalan keluar.

..

.

Wajah cantik itu tersenyum mengingat kejadian semalam yang ia lalui bersama suaminya. Dia tidak berlebihan namun memang memiliki waktu berdua dengan Chanyeol sungguh tidaklah mudah.

Bahkan Hani bisa menghitung berapa kali mereka berbagi kehangatan dalam setahun. Hani memang merasa sedikit kecewa karena Chanyeol tidak seperti suami pada umumnya yang akan menyentuh istrinya setiap malam, namun Hani bersyukur karena Chanyeol bukanlah tipe lelaki yang suka mencari kesenangan dengan wanita lain, dia hanya seorang pria sibuk dan bukan tipe maniak seks. Itu yang ia tahu.

Mata besar itu mengerjap dan bibir penuh itu tersenyum sambil melihat kearah jendela. Ia bangun sebelum alarmnya berbunyi, ketika ia menoleh ia tak menemukan Chanyeol disampingnya dan itu membuat ia sedikit bingung.

Setelah memakai kembali pakaiannya ia berjalan keluar untuk menemukan Chanyeol sedang berkutat di dapur. Mata wanita itu mengerjap tak percaya, melihat Chanyeol memasak adalah momen yang langka.

Baekhyun bilang Chanyeol itu gemar masak dan masakannya sangat lezat, ya Hani setuju karena ia pernah merasakan itu beberapa kali, tapi tidak pernah sekalipun ia memperhatikan secara langsung Chanyeol yang sedang serius dengan masakannya.

"Oppa?" sosok itu menoleh, meletakkan sendok yang baru ia gunakan untuk mencicipi makanannya.

"Oh, kau sudah bangun?" Hani mengangguk, berjalan menghampiri Chanyeol lalu memeluk tubuh itu dengan erat. Chanyeol tak menolak tak pula membalas, ia masih tetap mengaduk sup di pancinya dan sesekali menambahkan beberapa penyedap.

"Oppa masak apa? baunya enak." Ucap Hani masih berdiri dengan satu tangan merangkul pinggang Chanyeol.

"Oh aku sedang membuat sup ikan dan sup ginseng." Ucapnya.

"Wah, terlihat enak. Boleh aku mencicipinya?" Chanyeol mengangguk dan memberikan sendok pada Hani. Gadis itu menyendok dengan semangat, memasukan masakan itu ke dalam mulutnya dan benar matanya langsung berbinar senang.

"Sungguh oppa, ini enak sekali. Aku jadi lapar, kenapa tumben?" Chanyeol tidak menatap istrinya ia masih sibuk mempersiapkan beberapa mangkuk yang sedang ia lap bersih.

"Iya, Baekhyun sedang flu. Dia akan sangat pemilih ketika sedang tak enak badan, jadi aku membuatkan masakan kesukaanya." Seketika Hani terdiam dan mengangguk pelan. Chanyeol menuangkan sup itu ke dalam mangkuk, lalu meletakkannya diatas meja.

"Kalau kau lapar, kau bisa memakannya." Hani mengangguk lalu melirik Chanyeol yang begitu serius menyiapkan semuanya.

"Kalau begitu sini biar aku yang berikan pada Baekhyun oppa." Chanyeol mengangguk dan membiarkan gadis itu membawa nampan makanannya.

Hani berjalan dengan hidung mengendus-ngendus masakan di depannya, mengetuk pintu sejenak.

"Oppa, ini aku Hani. Aku masuk ya!" Tanpa menunggu balasan, Hani segera masuk dengan sedikit kesusahan. Ia mendapati Baekhyun sedang tertidur dengan satu tangan menutup wajahnya.

"Oppa, ayo makan! Chanyeol oppa memasakan ini untukmu." Tidak ada jawaban dari yang lebih tua jadi Hani menggetarkan tubuh itu pelan. Baekhyun masih tak menjawab, ketika akan menjauhkan tangan Baekhyun dari wajahnya ia terkejut saat menyadari kulit tubuh itu panas.

"Chanyeol oppa!" teriak Hani dan tak lama suara pintu terbuka kasar terdengar.

..

.

"Kau bisa lihat kan? Berapa suhu tubuhmu, dasar bodoh!" umpat Chanyeol sambil menunjukan termometernya di depan Baekhyun yang berbaring dengan sebuah lap basah diatas kepalanya. Hani melirik Chanyeol yang nampak emosi sambil mondar-mandir di depan ranjang Baekhyun.

"Seharusnya kau tahu bahwa kau itu mudah sakit, jangan bersikap sok kuat!" bentak Chanyeol lagi. Hani merenggut iba melihat keadaan Baekhyun. Ia melirik lelaki mungil disampingnya yang mendengus kesal sambil menutup wajahnya dengan satu tangan.

"Kau dengar Byun? Kau selalu merepotkan." Baekhyun tak menjawab dan Hani segera bangkit menyuruh Chanyeol untuk tenang.

"Jangan berlebihan Park, ini hanya demam dan flu biasa! Aku tak akan mati karena ini." Ucap Baekhyun dengan suara parau namun dengan nada yang kesal. Chanyeol yang masih meletakkan kedua tanganya di pinggang berjalan mendekat kearah Baekhyun, dengan kesal ia menarik hidung bangir itu.

"Sialan! Itu sakit bodoh!"

"Kau yang bodoh!"

Sejenak Hani ikut bahagia melihat interaksi dua sahabat di depannya, mereka benar-benar seperti saudara yang begitu dekat, seharusnya ia tak usah berpikir yang aneh-aneh tentang mereka.

Menyadari Hani yang masih berdiri di tempatnya, Chanyeol menoleh.

"Hani, sebaiknya kau berangkat kerja!" Hani yang tersadar segera mengangguk.

"Hati-hati Hani, maaf merepotkanmu." Ucap Baekhyun masih dengan mata terpejam.

"Kau sebaiknya juga berangkat Park! aku bisa mengurus diriku sendiri!" Chanyeol mendengus kesal, lalu bangkit.

"Hani, kita berangkat bersama!" Hani mengangguk senang dan segera berlari keluar untuk mengambil tasnya. Chanyeol bangkit sambil melirik Baekhyun yang masih memejamkan matanya malas.

"Ingat minum obat untuk siang harinya!"

"Hm."

"Jangan lupa makan, kau bisa menghangatkan sup yang aku buat tadi."

"Hm"

"Jangan melakukan hal yang bisa membuatmu kelelahan!"

"Ck! Berisik!" Baekhyun segera menarik dasi kerja Chanyeol, membuat wajah mereka dekat lalu ia mengecup permukaan bibir itu. Chanyeol dapat merasakan betapa panas suhu tubuh Baekhyun, bahkan helaan nafasnya seperti uap air panas.

"Pergilah!"

"Baik, aku berangkat." Ucap Chanyeol lalu segera berjalan meninggalkan kamar Baekhyun. Baekhyun kembali menutup wajahnya dengan satu tangan dan memutuskan untuk tidur.

..

.

Kondisi Baekhyun nyatanya tak membuat Chanyeol tenang dan berfokus pada pekerjaanya. Ia terus memikirkan kondisi lelaki mungil itu, bukan tanpa sebab namun Baekhyun memang tipikal yang mudah sakit dan sangat lemah.

Dulu sekali, diawal pertemanan mereka , Baekhyun pernah terserang demam juga. Kala itu Baekhyun nekat untuk pulang sekolah hujan-hujanan, Chanyeol yang awalnya tidak tertarik melakukannya hal yang sama akhirnya memilih mengikuti sosok itu yang sudah berjalan di tengah lapangan dengan seragam basah kuyup.

"Kau bodoh atau bagaimana sih? Sudah tahu hujan lebat begini kenapa masih tetap nekad?" Baekhyun melirik Chanyeol yang berlari disampingnya dengan satu tangan memegang jaket diatas kepalanya.

"Kau yang lebih bodoh, kenapa mengikuti ketika tahu aku ini bodoh?" Chanyeol mencibir dan tetap berjalan disamping Baekhyun. Mereka berhenti disebuah halte di dekat sekolah mereka. Ketika bus datang, nyatanya mereka tak diijinkan masuk karena keadaan mereka yang basah kuyup membuat keduanya harus menunggu lebih lama untuk mengeringkan baju mereka.

Sejam berjalan biasa, namun di menit berikutnya Chanyeol mendapati bibir Baekhyun bergetar dan membiru, untuk itu ia segera menghentikan sebuah taksi tanpa pikir panjang dan membawa tubuh bergetar Baekhyun masuk.

Selama perjalanan Baekhyun menjadi pasif dan ia memutuskan membawa Baekhyun kerumahnya. Ia bahkan meminjamkan sepasang pakaian untuk Baekhyun dan mengeringkan rambut basah sosok itu.

Ketika menjelang sore tubuh Baekhyun semakin panas, Chanyeol yang kala itu bingung tak tahu harus melakukan apa. Baekhyun masih tertidur namun tubuhnya berkeringat, dan ia terus mengigau tentang ibu dan ayahnya yang telah meninggal.

Chanyeol yang kala itu terserang panik tanpa pikir panjang membawa tubuh Baekhyun ke dalam gendongannya dan melarikannya kerumah sakit. Ternyata sistem imunitas tubuh Baekhyun sangatlah lemah, sedikit mengalami perubahan suhu pada tubuhnya ia akan mudah terserang penyakit.

Sejak saat itu Chanyeol selalu memperingati Baekhyun ketika lelaki itu akan bermain hujan, Chanyeol mengancam akan menelanjangi Baekhyun di depan umum jika ia masih saja melanggar.

Nyatanya Baekhyun bukan sosok yang mudah menurut, ketika mereka sudah tinggal bersama, Baekhyun lagi-lagi hujan-hujanan karena harus mengurus resepsi pernikahan diawal pekerjaannya.

Chanyeol marah besar ketika tahu Baekhyun pulang dengan pakaian basah dan yang lebih pendek hanya memperlihatkan barisan giginya. Dugaan Chanyeol benar, Baekhyun kembali terserang demam dengan suhu tubuh yang tinggi, mengharuskan ia dirawat dirumah sakit karena jika tidak ia akan mengalami kejang-kejang akibat batas suhu tubuh yang sudah terlampaui.

"Kau ini, kenapa bebal sekali sih? Apa kau suka membuatku cemas?" bentak Chanyeol kala itu. Ia benar-benar emosi dan hal itu membuat Baekhyun menangis.

"Kenapa menangis hah? Kau yang salah disini!" lagi bentakan Chanyeol nyatanya membuat Baekhyun semakin terisak. Ia sedang sakit, ia butuh perhatian dan kasih sayang bukan sebuah bentakan.

"Lalu kau juga tak mau makan, apa kau memilih untuk mati?"

"YA!IYA! jika itu jauh lebih baik, jika itu tak membuatmu mencemaskanku lagi, biarkan aku mati Park Chanyeol! Hiks.." Chanyeol menghela nafas melihat wajah berair Baekhyun. Untuk itu ia mendekat dan mengelus puncak kepala Baekhyun, mengecup bibir mengering itu dan menenangkannya dalam sebuah pelukan.

"Kau tahu kan betapa aku mencemaskanmu? Aku mohon jangan ulangi ini lagi ya?" Nyatanya ucapan selembut itu malah membuat Baekhyun luluh, ia mengangguk pelan dalam pelukan yang lebih tinggi.

Baekhyun itu sebenarnya anak yang manis, namun kerasnya hidup membuat ia tumbuh menjadi seorang yang pembangkang dan suka semaunya sendiri, kehadiran Chanyeol lah yang membuat ia perlahan menjadi pribadi yang lembut dan penurut.

Baekhyun itu penuh kasih sayang sebenarnya, hanya saja terkadang ia akan bertingkah nakal untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang disekitarnya.

"Janji jangan tinggalkan aku?"

"Ya, aku berjanji baby!"

….

Chanyeol tersentak mengingat kenangan masa lalu mereka, ia melempar dokumen di tangannya lalu segera merapikan peralatanya, ia tak peduli jika bos nya yang sedang asyik berlibur dan lari dari tugas itu memarahinya, lagipula ayah dari bosnya sangat menyukai dirinya.

Dengan cepat ia melajukan mobil hitamnya, memecah jalanan kota Seoul yang cukup padat karena saat ini sedang jam makan siang. Ketika sampai di apartemennya, ia segera melepas sepatunya, membawa sebuah kantung plastik berisi beberapa makanan kecil yang ia beli sebelum pulang tadi.

Ia melangkah menuju kamar Baekhyun dan mendesah lega saat sosok itu sedang terbaring sama seperti saat ia meninggalkannya tadi. Chanyeol menghela nafas lagi, ia tahu Baekhyun pasti belum makan siang dan meminum obatnya.

Ia segera duduk disisi ranjang, mengelus wajah pucat itu yang terlihat begitu kelelahan dan bersyukur karena panas tubuh Baekhyun sudah menurun.

"Baekhyun-ah?" Baekhyun membuka matanya pelan dan terkejut melihat sosok Chanyeol di depannya, ia melirik jam dan menatap tajam Chanyeol.

"Kau bolos kerja?"

"Tidak, sebenarnya aku ingin meminta izin namun Tuan Shin sepertinya sibuk." Baekhyun memutar bola matanya malas. Chanyeol tersenyum, ia melonggarkan dasinya, membuka jas kerjanya dan melipat lengan kemejanya keatas.

"Ayo makan!"

"Aku tidak lapar!" ucap Baekhyun dengan rengekan manja, Chanyeol mendelik lalu tetap membuka bungkusan bubur yang baru ia beli tadi.

"Makanlah!"

"Chanyeol, aku tak lapar." Nada merengek Baekhyun nyatanya tak membuat Chanyeol luluh, ia tetap menyodorkan sendok itu di depan bibir Baekhyun.

"Chanyeol~" ia merengek lagi, tapi Chanyeol menggeleng menyuruh Baekhyun memakan buburnya. Baekhyun mendesah dan memakannya.

"Panas?" Baekhyun mengangguk sejenak dengan wajah cemberut dan Chanyeol memukul pelan kepala itu dengan tangkai sendoknya.

"Seharusnya kau bilang!"

"Lagipula kau tak akan mendengarkan ucapanku." Sahut Baekhyun. Chanyeol meniup bubur itu lebih lama, lalu menyuapkannya lagi. Disendokan ke enam Baekhyun menutup rapat mulutnya dan berpura-pura muntah.

"Jangan berakting!"

"Aku sungguh mau muntah, aku kekenyangan." Ucapnya. Chanyeol meletakkan mangkuk buburnya menyerah. Ia memberikan segelas air dan Baekhyun meminumnya dengan pelan.

"Tiga puluh menit lagi! Kau bisa meminum obatmu."

"Hm, kau kembalilah ke kantor! Aku bisa mengurus diriku." Chanyeol memutar bola matanya malas.

"Apanya yang bisa mengurus diri sendiri hah? Jika aku tak datang, kau pasti akan tetap berbaring tanpa makan dan meminum obatmu."

"Tidak, aku akan melakukannya tapi kau datang lebih dulu."

"Pembohong!" Chanyeol menggerutu pelan. Ia menarik kaki Baekhyun dari dalam selimut, meletakkan kaki itu diatas pahanya lalu memijatnya pelan.

"Chanyeol, berhenti memperlakukanku seperti sebuah kaca yang mudah retak. Kau harus ingat, sekarang kau sudah beristri. Kasihan Hani!" Chanyeol menatap wajah Baekhyun sejenak, ia masih melanjutkan memijat kaki mungil itu.

"Aku telah membicarakan ini sebelum pernikahan kami, bahwa aku akan tetap menjagamu meskipun dia telah menjadi istriku."

"Sampai kapan Chanyeol?" Chanyeol kembali menoleh mendengar nada lirih Baekhyun. Baekhyun menutup wajahnya dengan satu tangannya lagi , kali ini menyembunyikan sesuatu.

"Baby?"

"Tidak Chanyeol, jangan panggil aku seperti itu!"

"Hei, kau kenapa?" Chanyeol mendekat, menyentuh pundak itu namun Baekhyun telah lebih dulu membalik tubuhnya memunggungi yang lebih tinggi. Jika sedang sakit Baekhyun akan berubah menjadi anak kecil berusia 5 tahun yang sangat mudah merajuk dan menangis.

"Apa aku egois? Aku bahkan tak sanggup melepaskanmu." Ucap Baekhyun pelan. Chanyeol tersenyum, ia berbaring dibelakang Baekhyun dan mendekap tubuh itu.

"Tidak, akulah yang egois disini. Aku yang tidak bisa melepaskanmu dan tak akan pernah melepaskanmu."

"Chanyeol?"

"Hm."

"Apa kita akan selamanya seperti ini?"

"Aku pernah menawarkan sebuah jalan untukmu, tapi kau tak menyetujuinya. Jika_"

"Bagaimana aku bisa melakukannya ketika ibu dan ayahmu sudah menganggapku seperti anak mereka, aku tak mungkin membuat dirimu berada dalam masalah." Ucap Baekhyun lagi. Chanyeol mengecup tengkuk Baekhyun lalu mengeratkan pelukannya.

"Sekarang jangan pikirkan apapun! Apapun yang terjadi aku akan tetap berada disisimu Baekhyun, aku mencintaimu." Baekhyun membalik tubuhnya dan kini kedua pasang mata itu bertemu. Baekhyun menangkup wajah Chanyeol, lalu membawa bibir keduanya untuk bertemu.

Chanyeol menerima dengan baik, bahkan menjadi pihak yang mendominasi. Ciuman mereka terus berlanjut dengan tangan Chanyeol yang telah bergrilya kebagian bawah tubuh Baekhyun.

"Eummhh.." Baekhyun mendesah ketika Chanyeol menyesap lehernya.

"Kau bisa tertular jika kita terus melakukan ini." Ucap Baekhyun. Chanyeol tersenyum, nyatanya tak membuat ia mundur sama sekali. Mereka kembali berciuman dalam menyalurkan perasaan cinta mereka.

Sudah lama sejak mereka bebas melakukan apapun diapartemen itu. Dulu mereka bisa melakukan sesuka mereka tanpa takut diketahui siapapun, namun kini keberadaan Hani membuat keduanya harus mencuri-curi waktu untuk bermesraan.

"Chanyeol, jangan kembali ke kantor!"

"Ya, aku memang sudah merencakannya. Waktuku sepenuhnya untuk baby ku yang sedang sakit ini." Baekhyun tersenyum dan menenggelamkan wajahnya di dada Chanyeol.

"Tempat favoritku." Gumam Baekhyun dalam perjalanan menuju dunia kapuknya.

.

.

.

"Chanyeol, sekarang aku memiliki tempat favorit baru."

"Benarkah? Dimana? Bukan atap sekolah kan?"

"Tidak."

"Lalu?"

"Dalam pelukanmu."

"Oh, kalau begitu aku rasa aku pun bisa memiliki tempat baru, jika kau menginjinkan."

"Dimana?"

" Didalam mu."

"Aisssh dasar cabul! Sama sekali tidak romantis"

"Maksudku di dalam sini, Baek. Dihatimu."

..

.

TBC

..

.

Jangan tanya apa alasan FF ini tercipta, yang jelas cuma pingin sebuah hubungan yang penuh tantangan. Biasanya Chanyeol mutlak milik Baekhyun, ataupun sebaliknya di setiap ff ku, tapi kali ini pingin buat sesuatu yang beda. Dan juga disini Chanyeol bukan sosok yang berkuasa seperti kebanyakan ff Chanbaek lainnya, disini dia cuma pekerja biasa, jadi dia gak bisa bertindak semaunya disini hehehe...

Disini aku juga gak bisa janji buat bikin ff ini gak ada konfliknya, karena dari awal pun kalian udah bisa liat bibit-bibit konflik di chapter ini.

Bisa dibilang ff ini adalah request dari beberapa readers yang pingin aku buat ff yang lain dari yang biasa aku buat. Tapi untuk kalian ketahui, aku ini orangnya gak ahli bikin sad scenes, jadi mungkin ff ini akan lebih terkesan humoris atau mungkin malah flat.

Sosok Hani disini adalah Ahn Hani ( exid ) kenapa aku pake dia, karena menurut aku dia cocok buat peran ini selain itu dia juga jarang muncul di ff Chanbaek kan? Dan kalo muncul pertanyaan kenapa gak pake anggota sistar seperti biasa? Jawabannya karena bagiku anggota sistar gak ada yang cocok untuk peran ini. Hehehehe..

Aku tahu ff ini bakal menciptakan pro-kontra, mungkin gak semua suka dengan genre seperti ini. Mungkin sebagian bakal menganggap kalau Baekhyun yang tersakiti disini, atau malah sebaliknya tapi kalau kalian teliti kalian bakal tahu siapa pihak yang paling tersakiti disini hehehe..

Kelanjutkan ff ini hmmm gimana ya? yaaah aku serahin ke kalian ajah hehehe...,

Silahkan review kalo kalian memang berkenan, wkwkkww...

Buat yang baca a/n ini thanks banget, karena itu artinya kalian udah baca ff diatas hehehe..

Dan seperti pesanku di setiap cerita yang aku buat, inget jaga kesehatan dan salam Chanbaek is real guys, I love you...