Raut wajah manusia sangat mudah untuk dibaca. Dengan membacanya, kau bisa mengetahui perasaannya terhadap hal yang tidak dismapaikan langsung olehmu. Kau juga bisa mengetahui apakah dia berbohong atau tidak. Kau bisa melihatnya dengan gerak-gerik tubuhnya atau tatapan matanya. Hal yang paling mencurogakan adalah yang paling muda ditebak. Dan yang paing sulit adalah… sesorang yang dapat menutupi ekspresinya dengan wajah datarnya.
.
.
.
.
.
.
Sekolah khusus laki-laki sudah biasa dengan yang namanya 'hubungan sesame jenis'. Bahkan sudah biasa dimata semua penghuninya. Guru perempuan yang cantik pasti idola segala makhluk disini. Tapi hanyalah mitos belaka karena semua guru juga laki-laki. Sehingga banyak yang memilih ke jalur sesat(?). Dan ditambah, pemerintah juga tidak melarang adanya pernikahan sesame jenis. Seperti yang dilakukan keluarga Do dan keluarga Kim sekarang. Dimana anak bungsu mereka yang sudah menginjak remaja akan diputuskan untuk dipertunangkan. Do Kyungsoo dengan Kim Jongdae.
Do Kyungsoo merupakan siswa yang jenius dan selalu menampakkan raut wajah yang datar. Sementara Kim Jongdae, merupakan siswa yang tidak banyak bicara namun sesekali bisa hyperactive dengan sifatnya yang lucu. Do Kyungsoo pintar dalam hal memasak, sementara Kim Jongdae suka bernanyi. Mmereka sudah bersama sejak kecil, jadi mereka pasti sudah kenal dekat. Kelluarga mereke juga melakukan bisnis bersama dan orangtua mereka juga sangat dekat. Tidak masalah jika mereka dipertunangkan bersama, hanya saja jika kedua menerima mereka apa adanya.
"Aku tidak apa-apa, sih kalo dengan Kyungsoo, tapi… apa tidak aneh kalau kami benar-benar akan bertunangan? Kami sudah bersama sejak kecil dan sudah seperti kaka beradik." ungkap seorang namja bernama Kim Jongdae kepada seorang namja lainnya yang diyakini pasti ayahnya.
"Jodoh itu tidak kemana, dae. Appa dan ahjusshi sudah memutuskan, hanya kau saja. Mau atau tidak?" jawabnya kepada anak bungsunya.
"Aku sudah bilang kalauu aku tidak apa-apa, lagian Cuma pertunangan bukan pernikahan… tapi, bagaimana dengan Kyungsoo?" ungkapnya lagi namun mengecilkan suaranya di akhir kalimat.
Sang ayah mengusap lembut surai hitam anaknya. "Appa sudah dengar dari Do ahjusshi, mereka bilang tidak masalah."
"Baiklah, kalau begitu…"
.
.
.
"Tapi… apa yang akan kulakukan selanjutnya?"
.
Jongdae duduk dengan menopang dagunya dengan tangan kanannya. Menatap langit pagi dari balik jendela kelasnya, kelas 2-A.
"Tidak mungkinlah kami mesra-mesraan." batinnya.
"Dia saja menyeramkan seperti itu… WAH!" lamunannya buyar karena seseorang dengan sengaja mengagetkannya.
"Ya! Baekhyun! Kenapa kau melakukan itu?" bentaknya kepada pelaku penggagetan dirinya.
"Hahaha… Kau melamun, sih! Kenapa? Lagi jatuh cinta?" ucapnya sembari memegang perutnya karena tertawa.
"Untung saja dia tidak tahu mengenai pertunanganku. Appa dan ahjusshi benar-benar merahasiakannya."
"Jongdae? Kok ngelamun lagi? Jadi beneran jatuh cinta, nih?"
"Enggak, lah! Aku gaboleh ngelamun gitu?"
"Yah, bukan gitulah. Ngelamun sih boleh, tapi tau situasi."
"Situasi gimana maksudnya?"
"Nih, Kyungsoo! Nungguin tuh! Samperin, gih. Tumben banget loh." Baekhyun menunjuk kearah namja bermata owl yang sedang menunngu di luar kelas.
"Kyungsoo? Baiklah akan aku temui." Jongdae berlari ke luar kelas menuju pemuda tersebut.
"Awas dikicek kalo lama, kkkkk…" cek-cek-cek Baekhyun.
.
"Udah tau?" tanya Kyungsoo kepada Jongdae.
"Um…, soal pertunangan?" jawabnya singkat namun dijawab anggukan dengan lawan bicara.
"Sudah… tapi, kalo Kyunggie gamau, gapapa sih."
"Aku tidak mau dimarahi aboji. Melihat abojimu membuatku iri. Dengan lembutnya dia berbicara dan tidak memaksakan." jelas Kyungsoo dengan wajah yang tidak menatap yang menerima jawaban.
"Jika Kyunggie tidak mau, tidak apa-apalah. Aku bisa konsultasi dengan appa."
Kyungsoo hanya diam, masih tidak menatap wajah lawan bicaranya. Karena canggung, lawan bicaranya pun berpamitan. "Baiklah, kalau tidak mau aku juga tidak memaksa. Kalau begitu… sampai jumpa!"
"Tunggu, Dae-ya!" teriak Kyungsoo, membuat Jongdae tersentak dan langsung menoleh ke arahnya.
"I-iya?"
"Jangan batalkan! Aku mohon, aboji akan marah."
"Ttenang saja. Tidak akan aku batalkan. Lagian Cuma pertunangan, tidak masalah bagiku… sampai ketemu kembali." dia kembali meninggalkan Kyungsoo, namun berhenti.
Melihat Jongdae yang berhenti tiba-tiba, tentu membuat Kyungsoo heran. Jongdae yang berhentii tiba-tiba disebabkan oleh Bbaekhyun yang sedang ngobrol dengan seseorangn namja tinggi. Namja tersebut adalah Oh Sehun, siswa paling populer di sekolah.
"Ada apa, Jongdae-ya?"
"Tidak! Tidak ada apa-apa!" Jongdae beralih haluan menuju ruang guru yang berdekatan dengan lapangan basket. Dia lupa kalau dia ada urusan dengan Park ssaem. Menanyakan keberadaan Park ssaem kepada pengajar lainnya. Seorang guru memberitahunya kalau Park ssaem sedang memperbaiki atap gedung olahraga. Cocok sekali dia, makanya tinggi itu dibagi-bagi mas.
Terpaksa dia pergi menuju gedung olahraga menemui guru matematikanya tersebut. Walaupun bel masuk sudah berbunyi beberapa saat yang lalu, dan ini bukan pelajaran olahraga atau pun pelajaran matematika, dia hanya akan terpaksa menemui guru paling emosian tersebut. Tenang saja, kalo ditanyain kenapa bolos, bilang saja kalau dipanggil Park ssaem.
Tidak ada kelas yang sekarang adalah pelajaran olahraga jadi, gedung olahraganya sedang sepi tetapi tidak dikunci. Sudah pasti Park ssaem ada di sana, lampunya masih menyala. Memasuki gedung tersebut dengan sepatu yang masih terpasang pada kaki kecilnya. Tenag saja, kan cuma gedung olahraga. uang olahraga selalu diterangi oleh banyak lampu pijar dan dia menyadari kalau bukakah cahaya yang menerangi ruangan di sudut sana terlalu terang?
Tanpa gentar apapun, dia memdekati sumber cahaya terebut dan melihat Park ssaem yang dikelilingi oleh cahaya yang berasal dari segel di lantai berpola seperti segel summon. Kenapa? Apakah Park ssaem sedang memanggil iblis? Karena rasa ingin tahunya yang sangat tinggi, dia tanpa ragu memanggil Park ssaem yang sudah 100% mencurigakan. "Soangssaem-nim!"
Bukan sedang memanggil iblis, namun Park ssaem lah iblisnya setelah melihat mata Park ssaem yang berubah menjadi merah dann gigi taringnya menjadi lebih panjang dari biasanya. Dengan santai dan tanpa sungkan dia melirik ke arah empu suara yang memanggilnya. Bukannya kaget bahkan ketakutan, dia malah memandang jijik gurunya.
"Apa yang kau lakukan, ssaem?"
"Oh, Kim Jongdae! Aku sedang mencarimu, ayo sini!"
Masih memandang jijik urunya tersebut, Jongdae tidak bergerak sedikitpu dari tempat berpijaknya. "Maksudnya di lingkaran segel ini?" tunjuknya pada lantai yang sudah dinodai oleh coretan para makhluk astral terebut.
"Kau tidak takut? Wah!" canda iblis yang menjelma menjadi guru tapi sudah menampakkan wujudnya /kayak judul sinetron- tersebut dengan mengangkat kedua tangannya dan membuat wajahnya memasang raut wajah yang sering ditampilakan anak-anak saat menggunakan kostum monster di hari hallowen.
Namun, dibalas biasa saja dengan murid kurang ajarnya ini. "Enggaklah, ssaem kan ssaem. Jadi mau gimana lagi tetap ssaem. Emang ssaem pernah lihat aku sopan dengan ssaem?" astagfirullah ini anak.
"Ooh iya, yah. Lupa… Hehe…" ini orang ngapain pula? Lu guru apa bucin?
"Jadi? Apakah gerangan anda memanggil saya, Park ssaem?" jadi disini siapa sih gurunya?
"Kayaknya aneh deh kalo kek gini mulu. Bisa tunggu dulu ga?"
"Tungguin apa coba? Orang elu dari tadi di sana, gangapa-ngapain."
"Tunggu sebentar, deh pokoknya."
.
a few minutes later…
"Dah selesai, ssaem? Ngapain sih?"
Bukannya menjawab pertanyaan Jongdae, dia malah ngerapiin bajunya.
"Oh, pasti lagi o—" mampus, judes lagi loh. Chayeol nutupin mulut Jongdae pake tangannya yang sumpeh, bikin Jongdae jijik.
"Aduh! Apaan, sih?! Kalo lagi anuan, tangannya dicuci dulu baru colak-colek orang! Ih!" Astagay dragon, nih anak kagak ada sopannya.
"Eh, bicara jangan asal ngomong yah."
"Kan bicara sama ngomong sama aja."
"Sama sama sama kan juga sama aja." ngomong apa sih kalian?
"Jadi gini, Kim Jong—" "Eits, bentar, ssaem."
"Masa ngomongnya di sini?"
"Memangnya kamu mau bicara di ruang guru?" guru somplak mengukir smirk sejuta artinya.
"Bicara apa?" dia menatap serius guru sengkleknya.
"Soal nilai matematikamu…" si kampret masih menampilakn smirk pada wajah rupawannya.
Jongdae hanya diam mematung. Nilai matematikanya kan buruk semua. Jadi karena ini dia dipanggil. Dia bisa mendapatkan nilai bagus bahkan sempurna pada pelajaran lainnya untuk menutup nilai matematikannya yang bahkan sampai kkm saja tidak tercapai, namun betul satu saja udah bahagia setengah mati.
"Enggak deh,ssaem. Disini aja. Hehe…" jawabnya cengar-cengir kek orang gila.
"Nilai kamu itu, pfftt- buahahaha… kasih tau ga yah? Soalnya cuma kamu yang lain dari yang lain nilainya… kkk" lebih baik membuat kepo aey, sambil jalan mondar-mandir kayak lagi ngintrogasi. Kan posisi mereka bertuker di mv tempo /eh-
"Ya tuhan, hamba mohon. Betulkan 'satu saja' jawaban abal-abal saya di ulangan mtk tempo lalu." sok-sokan doa lagi nih anak. Ulangan aja pake ngitung kancing baju. Gaada kancing baju, minjem kacing baju orang. Bukan bajunya, yah.
"Tau ga? Nilai kamu tuh… kkk… nilai lo tuh." woy, ngomong yah ngomong. Jan ngakak lah.
Jongdae masih mengepalkan kedua tangannya, berdoa.
"100, kok bisa yah? Kamu pake cheat apa?"
"Gini, yah ssaem. Kalo becanda itu ada waktunya."
"Ga, gabecanda !" dia menunjukkan kertas ulangan bertuliskan nama Kim Jongdae kepada seseorang yang bersangkutan.
"Lah kok bisa, yah? Gue pake cheat apa?" Lah, kok sama yah? Mereka pake cheat apa?
Jongdae mengambil kertas ulangannya dari tangan guru matematika tersebut. Memeriksa selak beluk kertas tersebut. Ini gurunyu lagi main-main atau dia yang di permainkan gurunya. Sama aja atuh.
Si omes malah negndus-ngendus mirudnya sendiri tanpa sadar. Reflek deh kayaknya.
"Eh? Elu kenapa malah ngendus-ngedus gue? Ih, pedo! Pergi ga, loh!" seberapa kurang ajarnya engkau?
"Jongdae-ya, kau tahu dengan flesh eater?" tanyanya sembari mengedus aroma wangi dari parfum yang selalu dipakai Jongdae.
"Pemakan daging manusia? Sejenis zombie? Bukan sih, zombie ngincer otak. Emangnya kenapa?" dia tidak mempedulikan si mesum yang mengendus aroma tubuhnya yang ia kira sedang menghirup aroma parfum vanilla yang sering ia pakai.
"Kau sudah tahu aku iblis. Dan aku sejenis iblis pemakan daging manusia. Kau masih tidak takut denganku?"
"Maaf, yah ssaem. Aku bukan orang bego. Kalo seorang demon berani membunuh manusia, mereka akan langsung dihukum. Mereka hanya boleh melakukannya jika mereka sudah melakukan kontrak dengan manusia tersebut."
Park ssaem atau pria yang bernama panjang Park Chanyeol ini, menjauhkan kepalanya dari pundak pemuda tersebut.
"Kalau begitu kau mau menjalinkan kontrak denganku?" dia mengangkat tangannya melakukan pose meminta gaya-gaya cogan di anime/apaan-
"Dan membiarkan aku jadi mangsamu? Oh tidak bisa, Ferguso. Aku masih ingin orang tercintaku mendatangi pemakamanku nanti."
Chanyeol menghela nafas. "Haa… sepertinya kau sudah tahu dengan apa yang terjadi setelah berkontrak dengan demon."
"Tapi kau tidak tahu bagaimana dan peraturan melakukan kontraknya."
"Aku tidak peduli, sih. Tapi aku pengen tahu."
To Be Continue…
