Tittle: Uninvited Love

Cast: Sehun, Kai, Luhan, Chanyeol, and other. You can find it in the story.

Genre: Romance (Tapi tergantung dari penilaian readers)

Rating: T

Disclaimer: Meski –mungkin– ide ceritanya pasaran tapi ini murni berasal dari otak saya, tidak nyontek punya author lain. Cast? Hanya pinjam nama saja.

Warnig: YAOI; CRACK PAIR - UN-OFFICIAL PAIR ; ooc:

.

.

.

UNINVITED LOVE

.

.

Chapter 1

.

.

.

Happy Reading ^^

.

.

.

Seorang namja berparas tampan juga manis, berkulit putih dengan rambut blonde-nya yang terlihat mencolok di bawah sinar matahari, berjalan dengan hentakan di tiap langkahnya. Ia berjalan di trotoar dengan koper besarnya. Bibir tipisnya tak henti menggerutu, tak peduli dengan orang-orang yang menatapnya aneh. Lagi pula tak ada yang mengenalnya di negara ini. Satu-satunya orang yang ia kenal di negara ini sedang berada di suatu tempat yang entah di mana. Padahal ia sudah menyuruh orang itu untuk menjemputnya tapi kemana orang itu? Hal itulah yang membuat bibirnya menggerutu dengan kaki menghentak-hentak.

Namja itu terus berkutat dengan handphone-nya. Berharap satu-satunya orang yang ia kenal di kota ini segera menjawab telponnya dan menjemputnya di sini sebelum kulit putih mulusnya berubah menjadi cokelat susu. Meski ia suka susu tapi cokelat bukan kesukaannya.

Baru saja ia ingin menghubungi orang itu lagi tapi handphonenya sudah lebih dulu berbunyi tanda panggilan masuk, nama 'Luhan' tertera di layarnya dan jarinya dengan cepat menggeser tombol jawab.

"LUHAN HYUUNGGG KAU DIMANA?" Teriaknya, tanpa ada sapaan 'halo' dan sebagainya. Ia kini tengah berteduh di bawah salah satu pohon besar.

"Aa- ah aku masih di sekolah, Hunnie. Tunggu, aku akan segera menjemputmu. Kau di mana sekarang? Apa kau masih di bandara?"

Sehun, yang dipangil Hunnie oleh Luhan melirik kiri kanan, "Aku tak tak tau, hyung. Aku meninggalkan bandara, aku bosan menunggumu."

"Aish, kau belum jauh dari bandara kan? Jangan tingalkan tempatmu sekarang dan aku akan segera menjemputmu, mengerti?"

"Ya, aku mengerti. Cepatlah, hyung. Aku bisa matang karena panas matahari."

"Iya, aku segera datang. Bersabarlah atau akan kubiarkan kau hangus di situ."

"Iish, kau tak mungkin tega hyung. Cepat, aku menunggumu."

Pik.

Sambungan terputus dan Sehun menghela nafas. Matahari bersinar dengan terik-teriknya, titik-titik keringat menghiasi dahinya. Ternyata seperti ini rasanya dipanggang. Mungkin setelah ini ia tak akan memakan ayam panggang dan segala jenis daging panggang lagi kalau tau perjuangan hewan itu sungguh berat agar bisa dimakan(?).

Kali ini ia harus menunggu di bawah terik matahari. Huuh ia sungguh menyesal karena tak meminta alamat rumah Luhan sebelum datang ke Seoul, dengan begitu ia hanya perlu naik taxi dan menyerahkan alamat itu saja kan? Ini gara-gara dirinya yang terlalu bersemangat karena sudah diperbolehkan oleh orang tuanya untuk kembali ke Seoul, seperti Luhan hyung-nya.

•••

"Chanyeol, aku harus menjemput sepupuku di bandara sekarang. Bisakah kau saja yang mengembalikan absensi itu? Aku sudah mengembalikan buku-buku ke perpustakaan kan?" Bujuk Luhan dengan puppy eyes-nya. Ia juga tak rela menunjukkan wajah imutnya di hadapan pria sangat tinggi ini kalau bukan karena terpaksa. Ingat, terpaksa. Wajah imutnya ini hanya untuk konsumsi keluarganya saja, dan sekarang keadaannya benar-benar sangat terpaksa karena untuk mengembalikan absensi, ia harus menaiki tangga ke lantai tiga dan harus turun lagi. Kakinya bisa berurat dan itu tidak baik untuknya. Baru saja ia sudah berlari dan mengangkat buku ke perpustakan yang jaraknya cukup jauh, dan lagi ia harus bolak-balik dua kali karena buku itu sangat banyak. Ditambah sepupunya yang bernama Sehun sudah menggerutu waktu ia menelponnya tadi.

Park Chanyeol yang sedang duduk di bangku kelas mereka hanya memasang wajah ala bos dan memandang Luhan remeh.

"Xi Luhan, apa maksudmu kau ingin melalaikan tugasmu, begitu? Kau wakilku dan aku ketua kelas. Aku bertugas mengatur kelas dan kau bertugas menuruti perintahku." Ucapnya tegas.

Luhan menggerutu dalam hati karena aturan mengesalkan si ketua. Puppy eyes-nya tak mempan, apa kurang imut? Benarkah? Tapi setaunya meski ia tak melakukan apa-apa ia sudah imut, sangat tidak mungkin jika puppy eyes-nya tak imut sama sekali.

Drrtt Drrtt

Getaran dari saku celananya mengganggu lamunannya tentang puppy eyes-nya yang gagal, ugh pasti Sehun lagi. Ia kembali teringat tentang tujuan awalnya, yaitu merayu Chanyeol dan ia harus melakukannya dengan cepat agar sepupunya yang manis tidak marah padanya dan mengadukannya pada orang tuanya di China sana.

Ok, jika jurus pertamanya tak mempan berarti saatnya memakai jurus ke dua.

"Huh~ kenapa kau sangat jahat padaku~ aku kan hanya tak melaksanakannya hari ini saja. Sepupuku bisa marah jika aku tak menjemputnya~ Boleh kan?" Tanyanya dengan manja, bibirnya juga bergerak-gerak lucu saat berbicara, berakhir dengan ia menggigit kecil bibir bawahnya. Ya, ini jurus kedua.

Chanyeol sendiri langsung mengalihkan pandangannya dari wajah Luhan saat namja cantik itu berbicara, ia susah payah agar tak menoleh menatap Luhan. Apa ia sanggup menolak 'serangan' Luhan kali ini, setelah sebelumnya berjuang melawan Puppy Eyes attack dari namja yang cantiknya berlebihan itu. Tapi sangat sayang jika melewatkan wajah itu, apalagi bibir mungilnya yang berwarna pink dan basah itu yang tadinya digigit oleh pemiliknya sekarang sedang mengerucut lucu dan...

"Chanyeollie~ boleh kan? Kau mau menggantikanku kan?"

dan sekarang mata bulatnya juga mengerjap lucu, dan bibir itu ugh~ ia sangat ingin menciumnya sekarang. Oh, tidak. Lupakan. Ia hanya lepas kendali karena wajah Luhan saja.

"Yak! Kalau begitu cepat pergi, dan berhentilah merengek. Ingat umurmu." Ucapnya cukup keras.

"Terimakasih Chanyeol, aaah~ kau sungguh baik. Aku pergi dulu, annyeong." Ucap Luhan, melambaikan tangannya sebentar dan langsung melesat keluar dengan senyum cerah di bibirnya tanpa mempedulikan Chanyeol yang sekarang sudah menjeduk-jedukkan kepalanya di meja.

Oh tidak~ kaki panjangnya pasti akan pegal nanti, dan semua karena wajah Luhan. Ia rasanya ingin memarahi orang tua Luhan yang telah membuat wajah Luhan jadi seperti itu.

Chanyeol hanya berharap semoga Luhan tak memasang wajah seperti tadi di hadapannya lagi karena itu berbahaya bagi nyawanya. Ya, tentu saja berbahaya bagi nyawanya. Bagaimana jika besok-besok Luhan memintanya melompat dari lantai lima sambil memasang wajah lucunya itu lagi?

•••

Sehun duduk menekuk lutut di bawah pohon. Ia benar-benar tak meninggalkan tempatnya seperti pesan Luhan kepadanya. Ia sudah terlihat seperti seorang gelandangan sekarang. Perutnya lapar, dan kepalanya juga sudah pusing karena kepanasan.

Ia hanya menanti Luhan datang dengan diam, sambil mengamati setiap orang yang lewat di depannya. Sesekali ia juga terkikik kecil jika ada orang yang mukanya lucu–menurutnya. Sedangkan orang-orang yang ditertawai oleh Sehun hanya diam saja. Mungkin saja mereka menganggap Sehun itu orang tidak waras atau sejenisnya.

Sudah dua puluh menit dan Luhan belum juga datang. Jalanan juga sudah mulai sepi jadi tak ada yang bisa ia tertawai lagi sekarang.

Tak lama, sebuah motor besar berhenti di depannya. Apa Luhan? Ah tidak, Luhan tak bisa mengendarai motor besar begitu.

Sehun mengamati pergerakan si pengendara motor, mungkin saja ada yang bisa ia tertawai dari pengendara motor itu.

Pengendara motor itu kini sedang mematikan mesin motornya, lalu membuka helmnya dan menyimpannya di sela pahanya agar tak terjatuh.

Sehun menatap Si pengendara motor tak berkedip. Oh tuhan, ia terpesona. Ia sampai melupakan rasa panas, lapar dan pusing dikepalanya hanya karena melihat pria tampan di hadapannya sekarang.

Si pengendara motor itu sekarang terlihat sedang mengibas-ngibaskan rambutnya yang sedikit lepek karena helm. Dan Sehun rasanya tak mampu bernafas karenanya.

Apa pria itu sedang shooting iklan shampoo? Rambutnya sangat indah–menurut Sehun. Dan Sehun yakin ia bisa merasakan angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya saat rambut cokelat si pria tampan itu terkibas.

Sehun menjilati bibirnya sendiri saat melihat bibir pria tampan itu saat menggerutu sambil menatap handphonenya. Bibirnya tebal, atas bawah sama-sama tebal tapi terlihat sexy. Apalagi di lihat dari samping begini. Aih, ia penasaran ingin melihat pria tampan itu dari depan.

Sehun lalu mengalihkan pandangannya pada kaki pria tampan itu. Kakinya panjang, pasti tinggi. Ah~ wajah tampan, bibir sexy dan tubuh tingi. Sempurna.

Sehun terus menatap pria tampan itu, tak ada kedipan di matanya. Bahkan saat si pria tampan itu sudah memakai helmnya dan berlalu pergi Sehun masih tetap memasang tampang kagumnya, yang sekarang malah terlihat bodoh.

Ouh, ini adalah sembilan belas detik terindah dalam hidupnya.

Sehun memegangi pipinya dan tersenyum, membayangkan wajah si pria tampan itu. Ah~ kapan ia bisa bertemu pria tampan itu lagi?

TTIIINNN TTIIIIINNNN TTIIIINNNNN

Sehun terbangun dari khayalannya karena suara bising klakson mobil yang berhenti di depannya. Kini ia kembali merasakan panas dan pusing di kepalanya yang sempat hilang karena melihat pria tampan. Ia melirik ke asal suara, wajah cantik Luhan yang sekarang tampak sangat mengesalkan terlihat di jendela mobil yang terbuka.

"Hunnie, cepatlah. Aku lapar." Teriak Luhan pada Sehun yang masih menatap tajam padanya.

Sehun tak menjawab, di sini ialah yang paling lapar. Ia langsung berdiri menggeret kopernya dan berjalan cepat menuju mobil Luhan. Ia terlalu malas menyimpan kopernya di bagasi jadi ia duduk di kursi belakang bersama koper besarnya.

Luhan pun mulai menjalankan mobilnya setelah Sehun duduk manis di belakang.

"Kau berjalan jauh sekali, jadi aku sulit menemukanmu." Kata Luhan pada Sehun, sekedar membuka percakapan.

"Hmm.." Sehun hanya menggumam.

"Kenapa tadi kau tersenyum seperti itu di bawah pohon, Hunnie?" Tanya Luhan lagi karena pertanyaan pertamanya tak digubris oleh Sehun.

Wajah malas Sehun menjadi antusias karena mengingat pria tampan bermotor besar tadi.

"Aku sangat senang, hyung. Aku baru saja melihat pria tampan, aaaah~ dia sangat keren hyung, bibirnya sexy dan kakinya panjang. Ah~ benar-benar sempurna." Sehun menjawab, otaknya mem-flashback kembali sembilan belas detik terindah dalam hidupnya itu sambil terus menceritakan tiap detil-nya pada Luhan.

Luhan mendengarkan dengan seksama cerita Sehun. Tapi saat mendengar kata 'kaki panjang' ia malah teringat Chanyeol. Tapi dengan cepat ia menggelengkan kepalanya, ia tak ingin mengingat orang yang selalu menindasnya itu.

"Hyungie~ sepertinya aku jatuh cinta. Aku terus mengingat wajahnya. Aku harus bagaimana~ Aauh hatiku." Suara Sehun terdengar lagi. Ia merengek tapi wajahnya tersenyum cerah.

"Kau pasti tak tau namanya kan?"

Sehun mengangguk.

"Kalau begitu lupakan saja dia." Jawab Luhan acuh, ia membanting stir dan berbelok ke kanan di persimpangan.

Dduk

"Ommooo..."

Suara benturan dan teriakan terdengar dari belakang. Tapi Luhan diam saja dan tetap serius mengemudi.

Sehun yang tadinya baru ingin meneriaki Luhan karena jawabannya itu terhenti karena koper besar yang menubruknya saat mobil berbelok. Kalau tau seperti ini ia lebih memilih menyimpannya di bagasi tadi.

Sehun mendorong kopernya menjauh, "Ish, kau seharusnya berhati-hati jika ingin berbelok seperti itu, jangan belok mendadak karena itu berbahaya, Noona~" Omelnya, menekankan pada kata noona untuk mengejek Luhan. Menurutnya memang Luhan lebih cocok dipanggil noona dari pada hyung.

"Kau, kai tidak cukup manly untuk memanggilku seperti itu. Kau lebih cocok memanggilku eonni, kau tau!?" Balas Luhan, yang secara tidak langsung juga mengejek dirinya sendiri.

Sehun menghela nafas. Lengannya sakit karena koper yang menimpanya tadi, kepalanya juga masih pening jadi ia tak ingin meladeni Luhan.

"Terserahmu lah, noona. Aku mengantuk." Ucapnya dan segera memejamkan matanya. Dalam hati ia berdoa semoga mereka tidak melewati tikungan lagi, bisa-bisa ia kembali tertimpa koper. Ia sudah lupa untuk memarahi Luhan, ia juga sudah lupa dengan sembilan belas detik terindah-nya.

•••

Hari ini, Sehun mengajak Luhan berbelanja untuk keperluannya sehari-hari. Ia sebenarnya juga membawa bajunya dan beberapa barangnya dari China, cuma ia hanya bosan saja berada di rumah. Ah ~ ia juga ingin membeli komik, ia lupa membawa koleksi komiknya. Kemarin ia sudah seharian mengistirahatkan tubuhnya jadi hari ini ia bisa jalan-jalan sepuasnya.

Mereka berdua sudah menelusuri banyak toko baju, dan di tangan Sehun sudah ada lima kantong kertas yang berisi baju-bajunya. Luhan juga membeli beberapa, tapi tak sebanyak Sehun. Baju sudah jadi terakhir komik.

"Luhan hyung di sini ada toko buku kan? Aku mau beli komik."

"Ya, ada di atas sana."

Mereka pun berjalan menuju toko yang dimaksud Luhan. Saat sudah berada di dalam toko itu. Sehun terlihat sangat antusias, ia berjalan ke sana kemari mencari komik yang disukainya sementara Luhan hanya menunggu di salah satu sudut toko yang terdapat satu kursi untuk membaca dengan semua kantung belanjaan di dekat kakinya.

Keantusiasan Sehun terhenti ketika matanya menangkap sesosok pria berkulit cokelat dengan rambut cokelat juga. Ah~ itu pria dalam sembilan belas detik terindah-nya. Oh, apa yang harus ia lakukan? Mengajaknya berkenalan? Memintanya menjadi kekasihnya? Tidak, itu gila.

Sehun gelagapan, ia berlari keluar tempat itu dan memasuki sebuah toko. Tak berapa lama ia sudah keluar dengan model yang berbeda. Ia memakai ... Dress? Dan Wig?

Dengan tampilan barunya Sehun kembali memasuki toko buku tadi, mencari keberadaan pria tampan idolanya. Pria itu ternyata sedang berjalan sambil melihat buku yang berjejer di rak.

Sehun mencoba tersenyum manis, jarinya sudah sedingin es karena gugup. Ia lalu berjalan menuju pria itu, pura-pura mengamati buku. Saat mereka berpapasan, Sehun sengaja menabrak pria itu.

"Aa-a maaf. Saya tak sengaja. Apa anda tidak apa-apa?" Tanya namja itu.

Sehun melongo menatapnya.

Cukup lama hingga ia bisa menguasai dirinya sendiri.

"Kau sangat tampan, tubuhmu tingi, bibirmu juga benar-benar sexy. Kau benar-benar sangat tampan. Sepertinya aku menyukaimu." Gumamnya sambil menatap namja itu tanpa berkedip.

Namja itu menjilat bibirnya dan menggaruk kepalanya, antara bingung dan malu. Ia menunduk.

"Annyeong." Sehun langsung pamit setelah menyadari ucapannya barusan. Ia mengatakan cinta?

Namja itu sendiri langsung melongo? Apa yeoja tadi mengatakan cinta padanya? Dan langsung berlari begitu saja? Tapi ada yang aneh dengan yeoja itu, tubuhnya sangat tinggi, tinggi mereka bahkan hampir sama.

Sehun berlari menuju Luhan yang sedang membaca buku.

"Luhan hyung, aku bertemu dengannya. Dia sangat tampan hyung. Aku mengatakan padanya kalau aku menyukainya, tapi dia diam saja. Tapi dia tetap tampan hyung. Hyungie~ tapi aku lupa menanyakan namanya. Ah kapan—"

"SEHUNNIE? ITU KAU?" Teriak Luhan terkejut karena melihat transformasi Sehun. Bukankah beberapa menit lalu Sehun masih laki-laki?

"Ya, ini aku hyung. Kau tak mengenaliku?" Sehun cemberut.

"Tentu saja. Kau jadi perempuan? Kenapa?"

Ah~ Sehun lupa kalau ia sedang menyamar.

"Aku melihatnya, hyung. Tapi aku terlalu malu untuk mendekatinya jadi aku menyamar saja. Ya~ kau tau, aku kurang percaya diri."

Luhan mengangguk mengerti.

"Sehunnie, kau itu manis jadi kau tak perlu malu pada dirimu sendiri mengerti."

Sehun memikirkan ucapan Luhan? Benarkah ia manis?

.

.

.

TBC