Langkah kaki terdengar jauh di dalam hutan belantara. Derap kaki wanita remaja itu memenuhi tanah tanah di sekitarnya. Gesekan ranting jatuh dan rumput tinggi menciptakan kengerian tertentu pada malam tersebut. Suara deruan nafas yang mengesa, memaksa oksigen masuk ke paru paru untuk di alirkan ke seluruh tubuh disertai dengan keringat dingin yang bercucuran akibat takut sekaligus capek.
"Hah…hah…hah…hah…hah…"
Di belakangnya, terdapat seorang makhluk dalam bayangan. Bergerak secepat angin, tubuhnya dingin sedingin es, kulitnya keras sekeras baja, tubuhnya pucat sepucat lembaran kertas HVS, matanya tajam setajam penglihatan burung hantu dan juga….. haus akan darah.
Wanita itu terus berlari, sesekali dia melihat ke belakang untuk memastikan bahwa makhluk itu berhenti mengejarnya. Tetapi takdir memihak kepada yang lain. Bayangan itu terus mengejarnya dan parahnya…. Dia semakin dekat. Hembusan angin malamlah yang melihat aksi kejar mengejar mangsa.
"Hentikan! Jangan bunuh aku! Kumohon!" jerit wanita malang itu frustasi. Kulitnya tergores ranting ranting pohon tajam. Dia kotor dan mandi akan keringat.
Sialnya, dia tersandung batu sialan. Dia mengerang sedikit, namun tetap dilanjutkannya aksi menyelamatkan dirinya. Kakinya terus bergerak cepat tanpa memperdulikan kebutuhan akan oksigen berkurang. Sekian lama dia berlari, sebuah tebing dengan tinggi 4 meter menjulang di atasnya. Dia berhenti sejenak dan membalikkan tubuhnya ke belakang. Tidak ada terlihat bayangan monster itu lagi.
Wanita itu mendaki tebing tersebut dengan cepat. Dia takut jika monster itu kembali mengejarnya, mungkin lebih baik kabur lebih jauh dan cepat menemukan desa yang mau menolongnya. Hembusan angin malam yang kuat menerbangkan helai rambut hitam panjang miliknya. Dengan tangan penuh goresan luka yang belum menutup, wanita itu bersih keras manjat tebing yang hampir 4 kali dirinya tersebut.
Tangannya berhasil mengapai tepi tebing. Dengan sekuat tenaga yang tersisa, dia mengangkat tubuhnya. Ketika dia berhasil membawa kepalanya naik. Matanya menangkap siluet kaki beralaskan kulit kijang keemasan dan ujung jubah hitam tersebut. matanya mendadak berubah menjadi horror. Dia pelan pelan mengangkat kepalanya. Mata merahnya menusuk kegelapan dan mengeluarkan cahaya. Merah darah pada rambutnya membuat monster itu semakin menakutkan.
"Mau lari kemana lagi?" ucap mahkluk itu sebagaimana angin menghembus jubah hitamnya. Wanita itu menjerit keras keras lalu suara itu menghilang dalam kegelapan dalam malam itu.
.
.
.
The Vampire Hunters
By: chocoswift
Kuroko no Basuke Fujimaki Tadatoshi
Pairs? Banyak!
Horror, Mystery, Fantasy
Completely AU
Chapter 1
The Beginning
.
.
.
London,Maiden High School, 12 February 1832
15:09 PM
"Vampir adalah makhluk yang kejam. Mereka memiliki tubuh yang tahan terhadap penyakit apapun termasuk virus spanyol. Mereka putih pucat dan haus akan darah manusia. Tetapi banyak yang bilang kalau vampir itu ganteng. Mereka juga memiliki clan tersendiri untuk diri mereka. Sampai saat ini belum ada konfirmasi informasi yang tepat mengenai mereka dan ju—"
"Ayolah, Alice! Masih percaya sama hoax aneh itu," sela Jessica di tengah tengah penjelasan Alice tentang makhluk penghisap darah tersebut.
"Ayolah, Jessie! Kau bahkan belum mendengar seluruhnya," ucap Alice, perempuan muda berusia 17 tahun yang memiliki rambut pirang sebahu dan mata biru laut ringan, sambil menopang dagunya kesal karena sang sahabat tidak mau mendengar celotehannya.
"Alice sayang, ceritamu itu hanyalah sebuah dongeng loh," sela Jessica tak mau kalah sambil menyedot habis seluruh isi minuman tersebut.
"Cih! Alasan klise, bisakah kau buat alasan lain buat menghentikan ceritaku?" ujar Alice sambil bertopang dagu. Jessica menghela nafas berat kemudian menolehkan kepalanya ke arah sang sahabat.
"Dengar, Alice. Hari ini aku sangat lelah, nanti aku harus les piano, les bahasa prancis, les ballet dan les matematika. Huh! Harusnya aku membolos saja hari ini," keluh Jessica, gadis berambut coklat muda dengan iris emerald jernih, sambil merapikan buku buku bacaan miliknya dan kemudian dimasukkan ke dalam tas ransel hitam miliknya. Dia melepas rambut ekor kudanya dan membiarkan tergerai sampai menutup sebagian tas hitam miliknya.
"Hei! Tunggu aku nyonya Erzabeth," ucap Alice Beckarts sambil menyambar tas ransel miliknya dan berlari mengejar Jessica Erzabeth keluar kelas.
London, Erzabeth Mansion, 12 February 1832
15:21 PM
Jessica membuka pintu kereta kuda dan turun. Sejauh mata memandang, dia melihat para maid berbaris dan menundukkan kepala tanda hormat kepada sang tuan putri mansion Erzabeth. Seragam putih polos dan rok abu abu pasir model kembang menggantung indah di tubuh perempuan remaja itu. Jessica hanya berjalan melewati mereka. Tradisi keluarga Erzabeth. Seorang tuan putri tidak boleh menundukkan kepalanya. Jessica mendorong pintu megah terbuat dari kayu jati pilihan yang di pahat sedemikian rupa.
"Selamat Datang, Tuan Putri." Ucap seorang butler di mansion.
"Siapkan aku air hangat dan ambil tas ku," perintah Jessica sambil melempar tas miliknya ke arah butler tersebut. butler yang sudah bekerja di mansion Erzabeth selama 30 tahun itu dengan singap menangkap tas terbang ala tuan putri.
"Oh ya! Jeanice dimana?" tanya Jessica saat hendak melepas sepatu sekolahnya dan menggantinya dengan sandal rumah.
"Sedang menyiapkan air hangat untukmu," jawab sang butler sopan yang diabaikan.
Jessica berjalan ke kamarnya. Di dorongnya pintu kayu yang mewah tersebut dan menampilkan isi dalamnya. Sebuah tempat tidur ukuran king size serta meja rias yang terletak beberapa meter di sebelahnya. Jendela dengan gorden merah darah yang terbuka, menampilkan halaman depan yang luas keluarga Erzabeth. Jessica mendesah lelah. Dia membuka seluruh pakaian seragam sekolah miliknya dan kemudian masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Dia memasukkan kakinya ke dalam bak satu per satu sambil menikmati nikmatnya air hangat yang melemaskan otot otot kakinya. Perlahan dia menurunkan tubuhnya dan akhirnya masuk seluruhnya.
"Tuan putri, apakah kau di dalam?" terdengar suara dari luar. Jessica spontan mengadahkan kepalanya ke arah pintu. Dia diam sejenak.
"Ah! Ya aku didalam," ucap Jessica setengah berteriak.
"Maaf, menggangu," ucap orang itu.
"Tidak apa apa, Jeanice"
Setelah itu tidak terdengar suara lagi. Jessica melanjutkan ritual mandi sorenya setelah seharian di sekolah.
Jessica mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Tak lupa jubah mandi yang tersedia menutupi tubuhnya. Terdengar ketukan dari arah pintu, Jessica spontan mengucapkan kata,'Masuk'.
Jeanice membuka pintu perlahan. Dia lalu datang menghampiri sang majikan.
"Makan siang sudah disiapkan, anda ingin—"
"Sudah ku bilang, Jeanice. Jangan bersikap formal seperti itu jika hanya 4 mata yang tahu,"
Jeanice terdiam sejenak, lalu dia mengulagi maksudnya tadi.
"Makan siang udah siap, kau mau makan langsung atau nanti saja?" Tanya Jeanice dengan bahasa yang sangat tidak formal untuk ukuran pelayan seperti dirinya. Namun, apa daya? Dia juga tidak bisa menolak permintaan sang tuan putri. Pelayan tidak diperbolehkan untuk menolak permintaan sang majikan, walaupun itu berarti akan membunuh dirinya.
Jessica tersenyum. "Nanti aku akan datang ke ruang makan," ucap Jessica sambil berjalan dan merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk tersebut sambil memejamkan mata. Jeanice keluar dari ruangan pribadi sang tuan putri.
Jessica merebahkan tubuhnya di atas kasur. Matanya menerawang langit langit kamarnya. Tiba tiba terdengar ketukan di jendela. Jessica kontan melihat ke arah sumber suara.
Malvin, burung hantu berwarna putih dengan sebuah surat kabar di paruhnya. Jessica bergegas berdiri dan menghampiri jendela kamarnya. Dia melepas segel pengunci dan membuka bingkai kaca raksasa tersebut. Malvin terbang rendah untuk hinggap di kusen jendela dan menyerahkan surat kabar tersebut. jessica kemudian mengelus kepalanya hewan kesayangannya kemudian Malvin melesat pergi. Jessica membaca headline news yang tercantum di koran.
A YOUNG WOMAN WAS SENT TO DEATH IN THE WEST FOREST, WOUNDS ARE SUSPECTED CAUSED BY VAMPIRES.
"Dasar! Dia berbuat ulah lagi. Sudah ku suruh dia untuk menahan diri," Jessica bermonolog. Dia kemudian dia melepas jubah mandinya dan menggantinya dengan piyama bermotif mahkota dengan latar belakang berwarna biru tua. Dia mengikat rambutnya dan tidur.
.
.
.
Jessica sedikit membuka matanya. Dia mendengar suara ketukan jendela. Kepalanya menoleh ke arah sumber suara. Tidak ada apa apa dari arah jendela. Dia mendecih dan kemudian mendekap kan kembali selimut miliknya dan tidur.
TOK tok tok
Ketukan kedua kembali terdengar. Jessica merasa kesal dan berdiri menghampiri jendela. Dia membuka jendelanya untuk melihat siapa yang berani menggangu tidur sang singa betina. Angin berhembus yang menerbangkan beberapa helai rambut pirang sang tuan putri. Jessica menoleh kanan dan kiri. Tidak ada apa apa selain suara angin malam yang bernyanyi.
"Oh apakah aku membangunkanmu, tuan putri?" terdengar suara dari belakang. Jessica tidak menoleh. Dia tersenyum. Jangan tanya bagaimana dia bisa masuk. Makhluk seperti dia bisa melakukan segalanya, termasuk menghancurkan dinding baja yang tebal dengan sekali pukulan kepalan tangan.
"Kau datang tepat waktu," balas Jessica.
"Oh! Bukannya aku SELALU tepat waktu?" tanya suara dari kegelapan dengan nada sarkistik.
Jessica kemudian berbalik. Tangannya memegang kusen jendela sebagai alat sandaran.
"Salahkan dirimu yang melampaui SEMPURNA, Seijuurou." Balas Jessica dengan senyuman yang sulit diartikan oleh umat awam. Makhluk itu datang mendekat. Menujukan sosok sejatinya. Sang pangeran rambut merah.
"Sekarang apa yang mau kau lakukan,hm?" ucap Jessica setengah berbisik.
"Tidak ada," ucap sosok itu semakin mendekat. Sosok yang bernama Akashi Seijuurou itu mengangkat dagu wanita berusia 17 tahun itu sembil menyunggingkan senyuman seribu arti.
"Kau tampak menawan seperti biasanya," pujinya. Jessica menahan senyum di bawah cahaya rembulan.
"Semuanya berkata demikian,"
Seijuurou kembali tersenyum dan kemudian melumat bibir perempuan bangsawan itu. dengan sedikit berjinjit, Jessica membalas ciumannya. Durasi waktu permainan bibir mereka berlangsung 3 menit karena sang wanita sudah kehabisan nafas. Menyadari hal itu, Seijuurou segera menhentikan permainan mereka.
"Well, apakah kita menggangu waktu kalian?" ucap suara dari arah luar jendela. Seijuurou merasa kesal dengan kedatangan makhluk tak diundang. Dia tidak perlu melihat siapa itu. hanya dengan mendengar suaranya saja Seijuurou mengenali sosok tersebut. Aomine Daiki.
"Daiki, Ryouta, Atsushi, Shintarou, what the fuck are you doing here?" tanya Seijuurou kesal.
"Hanya bersenang senang –ssu," ucap si pirang dengan aura bunga bunga di sekelilingnya.
"Nyam-nyam, Aka-chin, kau punya snack lagi?" ucap titan ungu yang tak jelas asalnya.
"Apa kau lihat lucky item aku hari ini-nanodayo. Mangsaku berhasil kabur karena benda itu hilang-nodayo," ucap Vampir tsundere yang berdiri dengan sok gantengnya di atas pohon.
Keempat makhluk itu bergelantungan di pohon tinggi yang tepat berada di depan jendela mewah Jessica. Seijuurou mengumpat dalam hati. Tentu saja dia tidak bisa mengumpat di depan Jessica. Soal statement yang baru itu, untung saja wanita itu tidak mendengarnya. Bisa bisa dia mengamuk. Seijuurou memandang kesal.
"Akashicchi…" ujar Ryota gugup ketika menyadari aura tidak enak muncul di belakang di setan merah itu. Para pelangi lainnya juga merasakan hal yang sama.
"Ini semua idemu, Kise!" ucap Aomine setengah berbisik. Anggota pelangi sudah menyiapkan kuda kuda mereka masing masing.
"Lariiii!" seru Kise memberikan start mendadak yang hampir membuat Midorima terpeleset di saranng burung tua di pohon tersebut.
"Hei! Jangan lari kalian," Seijuurou bersiap siap mengejar mereka. Ketika dia baru saja mau pergi, seseorang menarik jubahnya untuk menahannya.
"Hey! You should take me with you," Jessica memasang wajah kesal. Seijuurou gemas melihat wajah kesalnya, tetapi dia menahan diri untuk mencubit wajahnya. Seijuurou mengulurkan tangannya (kek yang di film film itu loh XD)
Jessica menerima uluran tangannya dan melompat ke pungung kokohnya.
"Bersiap lah untuk melihat sesuatu yang belum pernah kau rasakan seumur hidup," senyum Seijuurou sambil melompat membelah langit malam.
konnichiwa minna,
setelah sekian lama gak publish akhirnya aku buat story juga... yah.. walaupun fanfic saya sudah tidak ada yang baca *hiks*
tapi gak papa... walau kalian silent reader tapi semua reader itu berharga...
saya berharap banget kalo kalian bisa ninggalin review di fanfik ini... tapi kalau ga mau juga gak papa
yosh sekian dari saya,
chocoswift
