Disclaimer : karakter Danganronpa V3 yang muncul disini merupakan milik Kazutaka Kodaka.
Saya tidak mendapatkan keutungan apapun selain hanya memberikan diri dan fans lain sebuah asupan (lol).
Warning : AU!. Bukan KG version, Alur cerita yang cepat dan dominan dialog.
"LET'S MEET AGAIN"
.
.
.
"Hari ini panas, ya", sambil mengeluh singkat, gadis berambut pirang yang duduk disebelahku itu, memandang ke luar jendela dengan tatapan kosong, seperti kurang semangat bahkan untuk hidup.
Lagipula ini memang sudah waktunya musim panas, jadi wajar saja.
"Saihara-kun suka musim panas?", tiba-tiba dia memalingkan wajahnya padaku. Tidak seperti tadi, wajah cerahnya terpampang dengan jelas.
"Aku.. lebih suka musim dingin. Kurasa".
"Hm...", gadis itu, Akamatsu-san hanya bisa merespon dengan datar.
Tapi kukira Akamatsu-san akan lebih bersemangat, padahal di setiap musim dia selalu mengeluarkan banyak energi positif. Tapi sepertinya rasa panas pun dapat mengalahkan Akamatsu-san ya.
"Pulang sekolah nanti. Mau pergi makan ice cream?".
"Ah, um. Tentu".
Sejujurnya aku tidak terlalu bisa makan ice cream karena akan membuat gigi ku ngilu. Tapi bagaimana lagi. Aku tidak bisa menolak ajakan Akamatsu-san. Untuk seseorang yang begitu baik seperti Akamatsu-san, aku tidak akan menolaknya.
"Ehhh! Curang Akamatsu-chan hanya mengajak Saihara-chan! Buuu, pasti kalian mau kencan lalu kalian akan memperdalam cinta dan melakukan se—".
Aku yang bahkan tidak tahu dari mana Ouma-kun datang hanya bisa melihatnya tergeletak dilantai setelah dipukul memakai buku oleh Akamatsu-san. Ya, lagipula dia pantas mendapatkan itu.
"A-a...apa.. apa yang kau bicarakan Ouma bo-bodoh!?". Wajah Akamatsu-san benar-benar merah seperti tomat.
Pasti dia merasa tersinggung karena dikira akan berkencan dengan orang sepertiku. Hanya Ouma-kun yang bisa membuat orang baik seperti Akamatsu-san marah.
Setelah Ouma-kun pergi diseret Harukawa-san, kami pun kembali duduk dan melakukan aktifitas masing-masing.
Aku kembali membaca novel Sherlock Holmes yang aku pinjam di perputakaan kota kemarin. Tapi meskipun aku sedang berusaha untuk membaca, isi kepalaku tetap tidak fokus.
Seseorang yang terus-terusan berada di isi kepalaku, adalah gadis disampingku ini.
Sudah dua tahun sejak aku pindah ke kota ini, dan sudah selama itu pula aku menjadi teman seseorang. Akamatsu-san berperan besar atas kehidupanku. Dia adalah orang pertama yang menyapaku dan juga memperkenalkanku pada teman yang lain.
Dia adalah gadis ceria yang hangat. Sosok yang seperti matahari. Itu yang selalu kupikirkan tentangnya.
Namun sudah seminggu ini, dia seperti matahari yang tertup oleh awan gelap.
Akamatsu-san sedikit berubah. Dia terlihat murung dan beberapa kali mengeluh. Padahal dia bukan orang yang seperti itu.
Aku ingin menanyakan apa dia memiliki masalah, namun biasanya dia akan langsung menceritakan apapun padaku. Karena dia sudah menganggapku sahabatnya. Namun, karena dia tidak mengatakan apapun, aku jadi merasa tidak enak. Itu pasti hal yang tidak bisa diceritakan olehnya, jadi aku tidak ingin lancang.
"Hei, Saihara-kun.."
"Ah, ya?".
"Mau dengar tidak? Ada sedikit kesalahan sih karena aku masih belum terlalu lancar".
Akamatsu-san menggeser bangku nya untuk lebih dekat denganku dan menyodorkan earphone yang telah tersambung dengan ponselnya nya.
"Aku penasaran. Pasti akan bagus". Aku mengambil earphone nya dan memasang di telingaku. Akamatsu-san sudah lama berlatih bermain piano secara otodidak. Dia sering kali merekam hasil latihannya.
Akamatsu-san tersenyum tipis atas ucapanku. Aku yakin dia sudah berusaha keras.
Saat aliran nada mengalun di telingaku. Aku merasakan sensasi yang aneh. Dadaku seperti terasa sesak. Lagu ini memberikan rasa melankolis dan nostalgia yang kuat, namun cukup membuatku merasa tenang.
"Bagaimana? Hanya setengah sih tapi— Kenapa kamu menangis?",
"Eh? Aku.."
Akamatsu-san menyentuh pipiku yang kurasa memang sedikit basah. Aku tidak tahu mengapa aku menangis, tapi lagu ini seperti membuatku merasakan perasaan Akamatsu-san.
"Apa lagu ini merusak mood Saihara-kun? Maaf ya. Sebagai permintaan maaf, aku akan mentraktirmu dua ice cream!", Akamatsu-san menarik tangannya dan menunjukkan angka dua menggunakan jarinya.
"Ah.. aku rasa itu tidak perlu. Lagipula aku menyukainya. Kalau boleh tahu apa judulnya?", aku melepaskan earphone itu dan mengembalikannya pada Akamatsu-san.
"Judulnya adalah Cleir de lune. Tapi aku tidak menyangka Saihara-kun bakal bilang suka. Padahal biasanya hanya bilang bagus", Akamatsu-san mengerucutkan bibirnya. Maaf aku tidak menyadari itu. Padahal aku selalu suka lagu apapun yang Akamatsu-san mainkan.
"Ohya jangan lupa ya"
"Um, tentu".
.
.
.
Tepat kami pulang sekolah, kami segera menuju ke sebuah kafe yang menyajikan ice cream tak jauh dari sekolah. Kafe ini adalah tempat favorit Akamatsu-san. Dan saat musim panas, mereka menyajikan ice cream spesial.
Setelah mengambil pesanan, kami segera menuju ke meja yang cukup jauh dari jendela, menghindari sinar matahari yang cukup menyengat.
"Saihara-kun, ayo duduk sini".
Kami duduk saling berhadapan dan mulai menyantap ice cream masing-masing. Rasanya sangat sejuk, apalagi setelah jalan diluar yang terik.
"Ohya, Saihara-kun..", Akamatsu-san berhenti menyuap ice cream ke mulutnya. Dia memasang wajah yang cukup serius. Aku penasaran, apa mungkin dia akan mulai menceritakan masalahnya.
"Seandainya suatu hari kita berpisah... Aku harap kita akan bertemu lagi".
"Eh?". Kenapa Akamatsu-san tiba-tiba mengatakan hal seperti itu?.
"Ah, maaf. Aku ngawur ya? Aku hanya sedang berandai-andai", sambil tersenyum kikuk, Akamatsu-san kembali memakan ice creamnya.
"Tapi aku juga berharap begitu". Lagipula kami memang pasti akan berpisah. Apalagi Akamatsu-san ingin masuk universitas seni di luar kota saat kuliah nanti. Tapi apa hal ini yang membuat Akamatsu-san murung?
"... Saihara-kun memang baik ya.. karena itu aku menyukaimu..."
"Um? Maaf, apa kau mengatakan sesuatu, Akamatsu-san?"
"Ti-tidak! Tidak! A-aku hanya bergumam sendiri, kok! Ehehe",
oh begitu? Kupikir tadi dia menyebut namaku. Tapi yasudahlah. Lagipula saat ini Akamatsu-san juga terlihat sedikit ceria.
"Musim panas berikutnya, aku harap kita bisa makan ice cream ini lagi ya"
.
.
"Wah, sudah sore begini. Kita cukup lama di kafe ya? Habisnya ice cream nya enak sekali!".
Saat ini Akamatsu-san telah terlihat bersemangat kembali, jadi kekhawatirannya hanya itu ya?. Dan Akamatsu-san sudah memakan empat mangkuk ice cream, aku harap dia akan baik-baik saja.
"Karena sudah jam begini, kita sudah harus pulang dan terimakasih untuk hari ini Saihara-kun".
Aku mengangguk dan mulai berbalik arah dari Akamatsu-san. Namun, belum sempat lima langkah, Akamatsu-san malah memanggilku.
"Saihara-kun!"
"Ada apa Akamatsu...-san?".
Akamatsu-san tiba-tiba berlari kearahku dan menundukkan wajahnya di dadaku. Aku benar-benar terkejut. Apa yang dia lakukan? Aku tidak mengerti. Tapi aku merasakan jantung ku berdebar lebih cepat dari biasanya.
"A.. anu.. Akamatsu-san..?"
"Saihara-kun bisakah kau berjanji padaku?", aku bisa mendengar suara Akamatsu-san dengan jelas meskipun suaranya kecil. Apa karena kami jarak kami memang terlalu dekat?
"... jika kita berpisah. Maukah kau menungguku? Bahkan saat Saihara-kun akan lelah menunggu, kumohon jangan lupakan aku. Meski itu akan sangat lama, aku harap kita akan bertemu lagi...".
Aku benar-benar bingung dengan apa yang Akamatsu-san bicarakan. Sebenarnya ada apa? Perpisahan apa yang sedang dia katakan?.
Aku memegang pundak Akamatsu-san dan mendorongnya pelan agar aku bisa melihat wajahnya. Meski aku tidak mengerti. Aku akan berjanji demi senyuman nya.
.
.
.
"Yahhoo, Saihara-chan!".
"Selamat pagi, Ouma-kun".
"Jadi bagaimana kencan kalian? Kalian benar-benar tega loh tidak mengajakku!"
Pagi yang diawali mengobrol dengan Ouma-kun akan melelahkan. Aku hanya bisa menghela nafas dan tersenyum singkat sebelum duduk dibangku ku.
Bangku disebelahku kosong, Akamatsu-san biasanya selalu datang lebih awal. Sangat jarang melihatnya belum datang meski sudah jam begini.
"Apa dia baik-baik saja, ya? Mungkin Akamatsu-san sakit perut karena terlalu banyak makan ice cream kemarin. Seharusnya aku melarangnya ya.."
Jam pelajaran pertama telah dimulai, dan Akamatsu-san memang tidak datang. Tapi dia bahkan tidak mengirimiku pesan agar aku bisa menyampaikan alasannya tidak masuk.
Saat itu pak guru memasuki kelas dengan wajah yang lesu, membuat perasaanku tidak enak.
"Anak-anak sekalian mohon perhatiannya. Hari ini kita telah kehilangan teman. Kemarin malam bapak mendapatkan kabar kalau Akamatsu-san mengalami kecelakaan mobil yang cukup parah dan..."
"Akamatsu-san.. meninggal..".
.
.
.
Note : Wah apa ini?! Maaf jika ini sangat gaje dan jelek. Habisnya saya sudah lama tidak mengetik cerita lagi, kempuan saya yang jelek malah semakin jelek (sad). Yah, pokoknya terima kasih telah membaca. Review yang mengandung kritik dan saran sangat diperbolehkan.
