Uhh, Channie.. apa yang kau lakukan?!
.
.
.
TATTOO milik Kvinnalmaz
EXO milik Tuhan, orang tua dan fans mereka
Tidak bermaksud menjelekkan, hanya sarana konsumsi semata
.
Don't be plagiarism!
.
TATTOO
(Antara tato dan imajinasi liar Chanyeol tentang Baekhyun dan apron sakura)
.
.
Pagi itu, sebuah mansion mewah bergaya Eropa...
"Channie, kumohon~"
"Tidak!"
"Channie~ Please~"
"'Tidak' kataku, Baek!"
Uuh, semua usaha yang dirinya berikan untuk Chanyeol benar-benar tidak mempan. Chanyeol memang keras kepala, sangat.
Duh. Kalau sudah seperti ini, hanya ada satu cara yang tersisa, cara terakhir!
'Ugh. Ini yang terakhir, semoga berhasil!' inner Baekhyun berapi-api.
Dengan segenap hati, Ia mulai mengeluarkan 'jurus'nya; mendekati Chanyeol dan menggelayuti lengan kekar kekasihnya dengan manja. Jangan lupakan tatapan matanya yang sebelas-dua belas mirip kucing nyasar minta dikasihani.
"Chanyeollie~ kumohon, kali ini saja. Ya, ya, yaaa," ia berkata sembari mengedipkan matanya genit.
Sementara Chanyeol, lelaki delapan belas tahun itu menunduk, guna melihat apa lagi upaya yang dilakukan Baekkie-nya untuk membujuknya.
Seketika itu pula, matanya melebar dengan rona merah semakin menjalar ke bagian telinganya.
Sial!
Puppy Eyes no Jutsu milik Baekhyun memang bisa diandalkan!
Ia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Tak terasa peluh berjatuhan dari pori-porinya, membasahi keseluruhan bagian tubuhnya. Mana ada orang yang tahan dengan ekspresi Baekhyun yang –uhh.
Lihatlah sekarang!
Bagaimana mungkin Baekhyun bisa terlihat semanis ini? Oh –oh! Dan apa-apaan efek sparkling di bola matanya yang mengerjap lucu?
Beberapa kali Chanyeol berkedip, berusaha menghilangkan bayangan aneh yang tiba-tiba muncul di otaknya saat melihat kekasih manisnya itu bertingkah kelewat imut. Akan tetapi, bayangan gila tentang Baekhyun yang hanya mengenakan apron pink bermotif bunga sakura setinggi tiga puluh dua centimeter di atas lutut itu bukannya menghilang, malah semakin menjadi-jadi.
E-eh?! A-ada apa denganmu, Ba-baek? A-a-apa yang kau lakukan?! Ja-jangan naikkan apron minimmu itu! Nanti ba-bagian dal–
'Ahh, Channie~'
Glup
Susah payah Chanyeol menelan salivanya yang mendadak tersangkut di tenggorokan. Suara Baekhyun yang seperti itu benar-benar membuatnya horny. Menggeleng-gelengkan kepalanya kuat-kuat, berusaha menghilangkan fantasi liar yang dihasilkan dari otak mesum–
Oh, maaf. Saya keceplosan.
Ti-tidak!
Chanyeol harus kuat, tidak semudah itu ia dikalahkan hanya dengan tatapan 'maut' dan ilusi dari otaknya yang kekurangan asupan itu. Baekhyun-nya masih sangat polos, jadi ia tak kan segila ini! Ia seme di sini, jadi ia tak boleh kalah!
Well, tak ada hubungannya ukuran seme-uke dalam kasus ini.
Chanyeol menghembuskan napas beratnya. Mata tajamnya menatap lurus ke manik indah Baekhyun yang tak hentinya mengeluarkan 'jurus'. Dalam hati ketar-ketir karena gugup.
O-oh, ia harus cepat!
Bisa bahaya jika sampai masuk ke dalam ilusi itu lagi. Otaknya –yang biasanya lamban– entah kenapa dapat begitu cepat saat menyangkut urusan berimajinasi tentang Baekhyun yang sekarang tengah berusaha melepas ikatan tali apron di bagian pinggang.
Lagi-lagi ia memencet hidung kuat-kuat, takut kalau-kalau ada darah yang mengucur deras dari lubang hidungnya. Tanpa dijelaskan pun kalian pasti paham kenapa.
Ah, itu karena memang pada dasarnya otakmu saja yang kelewat mesum, Park Chanyeol!
Oke.
Sudah diputuskan.
Chanyeol menarik napasnya panjang-panjang, merapalkan doa minta keselamatan, kemudian mengucap maaf dalam hati pada keluarga besar Byun.
"Kubilang tidak, Baek!" Chanyeol berkata dengan keras, intonasinya naik beberapa oktaf. Lelaki mungil di sampingnya tersentak kaget.
"Ta-tapi–"
"Dengarkan aku, Byun!"
Dengan nada tinggi seperti itu, membuat Baekhyun bungkam seketika.
Tenang. Sabarkan dirimu, Park!
"Tidak masalah jika kau meminta puluhan lusin es krim, strawberry cake ukuran super jumbo atau apapun itu, pasti akan langsung kuberikan! Tapi, apa maksudmu dengan membuat tato, hah? Apa kau pikir hal itu tidak akan terasa sakit? Belum lagi jika jarum yang digunakan tidaklah steril? Apa yang akan terjadi padamu nantinya? Setan apa yang merasukimu, ha?! Kemana Baekhyunku yang polos ini?" semprotnya bertubi-tubi dengan nada kelewat tinggi.
Chanyeol, kau membuat Baekhyun ingin menangis!
Baekhyun hanya diam tertunduk, memainkan ujung kemeja biru yang dikenakan. Mirip bocah melas yang nyasar di pasar malam.
"–lagi pula, kita masih sekolah, Baek. Bagaimana jika pihak sekolah tahu, dan melaporkannya pada orang tuamu? Sebentar lagi, kita akan mengikuti ujian akhir. Bagaimana jika kau diskors dan tidak diluluskan? Kau tahu, kan, peraturan sekolah kita? Belum lagi jika orang tuamu menyalahkanku karena aku tak bisa becus menjagamu!" tambahnya dengan nada yang sedikit menurun. Namun hal itu malah membuat nyali Baekhyun semakin mengerut.
"Hey. Tatap aku, Byun! Jangan hanya menunduk saat ada orang yang sedang berbicara padamu, tidak sopan!"
Pria 188 cm itu mengulurkan telunjuknya ke dagu lancip Baekhyun dan mengangkatnya. Matanya melebar saat melihat kristal bening itu jatuh membasahi pipi kekasihnya.
Dengan gerakan slow motion, cairan bening itu perlahan jatuh dari mata Baekhyun yang memerah, kemudian menuruni pipinya dan jatuh menetes dari dagu runcingnya lalu menghilang di atas dinginnya lantai kramik berwarna cokelat lembut.
Tes
Hanya satu tetes, namun mampu membuat tubuh Chanyeol membeku. Dadanya terasa begitu sesak.
Chanyeol, apa yang kau lakukan, huh?!
Ia mengusap jejak air mata kekasihnya dengan lembut, "jangan menangis. Kumohon. Tatap aku, Sayang."
Baekhyun menengadah, menatap kelereng hitam pekat milik Chanyeol yang selalu bisa menggetarkan hatinya. Namun malah membuat Chanyeol tergugu, terdiam membatu . Manik indah Baekhyun yang biasanya berkilau itu kini meninggalkan genangan air di kelopaknya. Wajahnya yang kemerahan, menandakan sakit yang ia rasakan saat ini.
Hati Chanyeol mencelos lagi.
Ia sadar, ia telah mengingkari janjinya sendiri; untuk tak akan membiarkan mata indah itu mengeluarkan airnya, barang setetespun. Kekasih mungilnya itu malah menangis tertahan karena rentetan kalimat bernada tinggi dari mulutnya.
Yeah. walaupun itu untuk menyelamatkan Baekyun dari godaan setan-setan yang terkutuk.
Chanyeol mendesah. Ia membawa tubuh mungil kekasihnya dalam dekapan erat. Menggunakan tangannya untuk mengusap punggung kecil itu dengan sayang.
"Don't cry, Baby. Maafkan aku, aku terlalu kasar. Maaf," katanya pelan sembari mengecup pucuk kepala Baekhyun. Menghirup dalam-dalam aroma Strawberry Shampoo yang menguar dari rambut cokelat madu Baekhyun.
Terdengar isakan kecil dari bibir mungil Baekhyun. Tangannya memeluk pinggang dan bahu Chanyeol dengan erat. Seluruh tubuhnya bergetar. Baekhyun pasti sangat ketakutan sekarang. Pasalnya Chanyeol tidak pernah sedikitpun memarahinya, apalagi membentaknya seperti tadi.
Kau menyakitinya, Park Bangsat!
Chanyeol menghembuskan napasnya kasar. Ia tahu, akan lama untuk menenangkan Baekhyunnya yang menangis –sama seperti saat Baekhyun merajuk selama dua jam penuh di dalam sebuah cafe ramai pengunjung, hanya karena Chanyeol tak sengaja memakan sesendok es krim strawberry berukuran sedang beberapa minggu yang lalu. Dan ia pun tahu, hanya ada satu cara untuk menghentikan tangisan itu, agar peristiwa memalukan beberapa minggu lalu itu tak terulang kembali.
Ia mengecup bibir cherry itu lembut lalu mengusap pelan pipi kemerahan Baekhyun dengan sayang.
"Kutraktir es krim sepuasmu, asalkan kau berhenti menangis."
Chanyeol yakin usahanya akan–
"Ayo!! Aku sudah berhenti menangis!"
–berhasil.
Ia tersenyum lembut sembari mengacak surai cokelat madu itu dengan gemas. Membuat senyum kekanakan di wajah Baekhyun semakin melebar.
"Anak pintar!"
Chanyeol beranjak, namun gerakannya terhenti saat jemari lentik itu mengenggam tangannya erat sambil mengeratkan jemari mereka.
"Err.. Channie. Apa sekarang aku boleh meminta tato?" Baekhyun berkata pelan, sedikit terbata karena takut.
GUBRAK!
Kalimat polos tak berdosa itu sukses membuat Chanyeol terjungkal dengan tidak elitnya.
Ah! Ia ingat, masalah sebenarnya masih belum terselesaikan.
Sedikit meringis, ia mengusap punggungnya yang terasa nyeri ketika terjatuh. Berdehem sejenak, mengembalikan imejnya yang sempat jatuh, kemudian menyejajarkan tingginya dengan kekasihnya, lalu mengusap sayang pucuk kepala di hadapannya.
"Ne, Baekhyunnie sayang. Katakan padaku, siapa gerangan yang —mengasutmu– menyuruhmu ditato, eum?"–dan akan ku cincang tubuhnya nanti.
Chanyeol bertanya ringan, seolah ia sedang bertanya pada anak kecil yang kehilangan bonekanya.
Baekhyun mengangguk dengan semangat. Senyuman kekanakan terukir kembali di wajahnya yang sempat memerah karena menangis.
"Sehunnie, Channie! Sehunnie berkata padaku bahwa jika menato nama seseorang di dadanya, itu tanda ia benar-benar menyayangi orang itu. Jadi, aku memintamu mengantarkanku, supaya aku bisa menato namamu di dadaku. Itu bukti bahwa aku benar-benar menyayangimu."
JEDEER!
Bagai tersambar ribuan volt petir di siang bolong. Rahang Chanyeol tiba-tiba merosot tertarik gravitasi. Matanya terbuka lebar, hidungnya pun kembang kempis dengan tidak elitnya.
Oh Sehun.
Apa-apaan bocah albino itu! Bisa-bisanya ia menghasut Baekhyunnya yang polos nan imut ini untuk berbuat hal seperti itu?
'Awas saja, akan kusuruh Luhan Hyung untuk berhenti memberikanmu jatah! Muehehehe...' batin Chanyeol berapi-api. Ia yakin imajinasi brutalnya akan berhasil mengingat Luhan memang sangat protective pada Baekhyun.
Tawa setanpun menggema di dalam hatinya.
Jika ini anime atau manga, akan muncul awan hitam pekat yang mengelilingi tubuh tinggi Chanyeol dengan sepasang tanduk setan berwarna merah menyala di sisi kepalanya, serta trisula besar berlumuran darah di genggamannya.
Oh Sehun, neraka duniamu akan segera datang! Waspadalah!
Bayangan dimana ia mencincang tubuh Sehun dengan penuh hasrat pun menghilang saat sebuah suara patah-patah membuyarkan lamunannya.
"Channie? A-apa yang kau pikirkan?" Baekhyun berkata ngeri saat melihat seringaian iblis tercetak jelas di wajah tampan kekasih tingginya itu.
"Tidak ada. Hanya sedang 'bersenang-senang', " jawab Chanyeol enteng, masih mempertahankan seringaian iblisnya.
Well, Chanyeol kita seorang psychopat ternyata.
"Jadi, kapan aku akan ditato, Channie?"
"Kau ingin ditato, bukan?"
Baekhyun mengangguk ragu. Ia jelas merasakan adanya bahaya mengancam di sekitar sini. Merasakan aura negatif yang menguar dari dalam tubuh Chanyeol. Aura membunuh, yang bisa membahayakan nyawanya.
"Kau membutuhkan tanda bahwa kau mencintaiku, kan?"
Baekhyun bungkam. Aura hitamnya makin pekat. Mama, Baek takut, batinnya.
"Ah, aku punya ide yang lebih menarik. Membuktikan rasa sayang, sekalian mencari kenikmatan. Bagaimana, Sayangku?"
"A-a-aku rasa tak perlu–"
Ucapan Baekhyun terpotong, bibir tipisnya terbuka lebar saat merasakan bibir Chanyeol mengecup leher jenjangnya.
"Uhh, Channie.. apa yang kau lakukan?"
"Membuatkanmu tato tentu saja."
Mengabaikan suara pekikan Baekhyun yang entah bagaimana bisa terdengar seperti alunan desahan menggoda di telinganya, ia mulai menggigit kecil kulit leher Baekhyun, menghisapnya, dan menjilatnya dengan gerakan seduktive.
Baekhyun mematung saat Chanyeol kembali menempelkan bibirnya di kulit lehernya. Tangannya yang bergetar, meremas ujung kemeja Chanyeol erat.
Menyadari hal itu Chanyeol malah semakin gencar melancarakan 'aksi'nya. Salah mengartikan kata tak terucap tentang berhenti dengan ahh, lanjutkan, Sayang.
Ia menggigit, menghisap, dan menjilat leher jenjang itu di bagian yang berbeda-beda.
Tangan kekarnya bergerak menuju kancing kemeja Baekhyun dan membukanya dengan perlahan. Tanpa melepaskan gigitan dan hisapan di leher kekasihnya, tentu saja untuk mengalihkan perhatian Baekhyun dari rencana 'jahat' yang tiba-tiba terbesit di otaknya.
Satu kancing
Baekhyun sepertinya belum sadar dengan apa yang Chanyeol lakukan.
Dua kancing
Merasa Baekhyun tak kunjung memberi respon negatif, ia pun melanjutkan membuka kan in selanjutnya.
Tiga kancing
Siapapun! Tolong sadarkan Baekhyun yang malang ini!
Tiba di kancing terakhir, Chanyeol menyeringai. 'Siapkan dirimu, Baekkie sayang~' inner Chanyeol penuh hasrat membara bagaikan om-om mesum.
BRAK!
"Ngh, Chanyeollie–" Baekhyun mendesis lemas saat ia berhasil mendorong keras tubuh Chanyeol menjauh darinya.
Baekhyun memang polos, tapi ia tidak terlalu bodoh untuk menyadari apa yang Channie-nya lakukan padanya.
Kissmark
–di lehernya.
Ia yakin, beberapa tanda merah keunguan itu telah bertengger manis di leher putihnya. Tanda yang sama seperti di leher Luhan. Ia kerap melihatnya, hampir setiap hari sebenarnya. Sehun kata, itu bukti cintanya pada Luhan.
Bersiaplah memakai syal tebal di musim panas, Byun!
Baekhyun terengah. Wajahnya memanas, –ah! Tidak! Seluruh tubuhnya bahkan terasa seperti terbakar. Matanya memandang Chanyeol sayu.
Chanyeol meneguk salivanya sendiri dan menjilat ujung bibirnya seduktive di saat melihat keadaan Baekhyun yang –demi Tuhan–menggoda imannya.
Rambut acak-acakan, kemeja yang terbuka dengan dalaman tipis transparan, leher dipenuhi 'tanda kepemilikan' hasil karyanya, wajah memerah dan bibir terbuka dengan sudut bibir sedikit mengeluarkan liur. Jangan lupakan cara bernapasnya yang terengah cepat serta tatapan matanya yang sangat –uhh, membuat Chanyeol ingin menerkam Baekhyun saat itu juga.
Kendalikan dirimu, Dude!
O-oh!
Sesuatu di bawah sana... terasa berdenyut.
Ku-kuatkan dirimu, Park–
–Sialan! Sudah tak tahan lagi! Silahkan tampar dan panggil aku bajingan sepuasmu, setelah aku menyelesaikan semua ini, Sayangku.
Chanyeol kembali menarik tubuh mungil Baekhyun, memerangkap Baekhyun dengan dekapan maut, kemudian melesakkan lidahnya untuk beradu dengan lidah Baekhyun dan melumat bibir cherry itu kasar. Cukup lama, hingga sebuah benang saliva milik keduanya terputus.
Melihat kondisi Baekhyun yang semakin membahayakan, ditambah fantasi liarnya tentang apron, Baekhyun, dan paha putih mulus tak tertutup kain, membuat Chanyeol benar-benar kehilangan kendali atas otaknya. Sudah lama ia menahan hormonnya yang semakin melunjak, dengan hanya mengubahnya menjadi fantasi-fantasi liar yang menghantuinya setiap melihat Baekhyun lengah seperti ini.
Maafkanlah dirinya yang sebentar lagi akan mengotori kepolosan seorang remaja delapan belas tahun bernama Byun Baekhyun.
Tapi, hormon seorang laki-laki yang tengah dimabuk asmara itu benar-benar merepotkannya!
Dengan cepat ia menggigit kecil ujung telinga Baekhyun. Menghembuskan napas panasnya pelan dan membisikkan rentetan kalimat dengan nada super seduktive yang mampu membuat Baekhyun mematung.
"Nah, jika itu maumu, akan kubuatkan tato tanda cintaku di seluruh tubuhmu, Sayang."
"A-apa ma-maksudmu, ahh–"
Ah, selain psychopat pedo, Chanyeol ternyata pervert juga, yah?
Tapi, yeah.
Bukan sepenuhnya salah Chanyeol, sih. Seme mana yang mampu menolak godaan dari hormon seorang uke menggemaskan dengan tampang dan kondisi berantakan minta di-semein seperti itu?
Benar-benar menggoda–
untuk dinodai.
FIN
(dengan gajenya)
.
A/N :Sebenarnya ini ff benar-benar udah aku lupakan. Pas aku buka-buka folder lama, malah nemu fict ini. Seingetku aku nulis ini udah dari 2015 bareng sama fanfict ChanBaek O B A T. Bisa mampir diprofilku kalau berminat.
Cukup sekian basa-basinya. Terima kasih yang udah mau meluangkan waktu berharga untuk ff nisa ini. See you next fiction(s). Bubay~
.
Kendal, 23 Maret 2018
Kvinnalmaz
