Another Side
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Warning : typos, gaje, abal, meinsetrum, dll.
Langsung saja...
.
.
Chapter 1
Seorang pria berambut hitam dengan modell mencuat ke belakang, tampak sedang duduk sambil memandang jendela. Bola mata sehitam malam itu memandang dingin pada sesuatu di luar sana.
Beranjak dari tempatnya, kemudian melangkah pergi dengan seringai di wajah tampannya.
Gedung OSIS memang tempat yang strategis untuk memandangi lapangan, tepatnya ke arah kerumunan manusia yang tampak sedang melakukan sesuatu kepada gadis bersurai pirang yang tampak pasrah.
Gadis itu tampak tegar, saat tubuhnya di hujani telur, menulikan telinganya dari cemoohan orang-orang. Ia bahkan tak bergeming, saat kembali seseorang menghujaninya dengan tepung, membuat seragamnya kotor lagi.
"haha.. bukankah sekarang dia tampak seperti adonan kue? Ada yang mau meminjamkan aku oven?"cemooh seorang pria, yang berhasil membuat murid lain tertawa.
Terus berjalan dengan dagu terangkat, melewati kerumunan orang-orang yang membullinya selama beberapa minggu ini.
"lihat, bertapa angkuhnya, hime-kita. Dia bahkan masih mengangkat dagunya setelah seragam indahnya ternodai"ejek seorang gadis dengan nada kesal, membuat murid lain bersorak tidak suka.
"huuuu..."
"jalang"
"...bitch"
Terus berjalan di koridor dengan semua cemoohan, gadis itu kini berhenti ketika seorang pria bername tage Uchiha Sasuke berdiri tepat di hadapannya.
"kau butuh tisu, hime-sama?"tanya sambil tersenyum memamerkan gigi-gigi putihnya, tampak sangat baik hati dan memukau, membuat beberpa siswi blushing.
"jangan menghalangi jalanku"ucapnya ketus.
Pria itu tersenyum mengejek, tisu di tangannya ia gunakan untuk membersihkan noda di wajah gadis itu. "kau jangan terlalu angkuh, hime-sama"sarannya masih dengan senyuman di wajah putihnya.
Gadis itu hanya terdiam dengan ribuan peraaan yang memenuhi rongga dadanya, tangannya mengepal kuat, membuat buku-buku jarinya memutih.
Setelah merasa cukup, pria itu membuang tisu di tangannya ke tong sampah dengan gaya jijik. Mengambil tisu lain dari sakunya, ia mengelap tangannya seolah jijik karena telah menyentuh wanita di hadapannya.
Tangannya melipat di dada, dengan dagu terangkat Sasuke berkata "sepertinya aku butuh puluhan tisu untuk membuatmu bersih, hime"ujarnya sambil tersenyum mengejek, membuat murid lain bersorak senang.
Dalam hati, Sasuke bersorak senang saat mata biru bak permata itu memandangnya benci.
Gadis itu melangkah pergi, dengan sengaja ia menubrukkan tubuhnya pada Sasuke, membuat beberpa gadis berteriak tidak terima. Sementara sang empu hanya tersenyum penuh kemenangan, lalu berteriak"hati-hati, hime".
-lol-
Seorang gadis bersurai pirang keluar dari toilet, tubuhnya kini di balut baju olahraga berwarna hitam. Tangannya memasukan seragam musim panasnya pada tas jinjing yang ia bawa.
Ini bahkan masih pagi, batinnya sambil menghelai napas lelah.
"setidaknya, baunya sudah tidak terlalu menyengat"gumamnya pelan, sambil mencium lengan bajunya.
Melirik sekilas saat pintu terbuka, memutar bola matanya malas saat menyadari siapa yang masuk.
Lagi?, batinnya malas saat gadis berambut merah dan kedua temannya berjalan ke arahnya. Matanya menatap lurus gadis berkacamata itu.
"jauhi Sasuke"ancam Karin, jarinya membenarkan leta k kacamatanya sambil bersidekap angkuh.
Uzumaki Karin menggeram marah, saat gadis itu menghiraukannya, berjalan menerobos tubuhnya. Dengan kesal ia menjambak surai pirang gadis itu, yang kini merintih kesakitan.
"lepaskan tanganmu, Karin"Ujar gadis pirang itu kesal, tangan kanannya ia gunakan untuk memegang tangan Karin yang menjambak rambut panjangnya.
"KALAU BAGITU JAUHI SASUKE, SIALAN"teriak Karin akhirnya sambil melepaskan jambakannya.
Naruto membalikkan tubuhnya, membalas tatapan nyalang Karin dan kedua temannya. Sebuah seringai mengejek terpatri di wajah cantiknya. "aku sangat prihatin padamu, Nona Uzumaki. Sebegitu putus asakah dirimu, hingga kau tersaingi olehku?"
"ka..karin"gumam gadis bersurai biru, tampak gugup saat menyadari bertapa marah temannya itu.
Plak...
Pipi Naruto serasa memanas, tamparan gadis ini memang cukup lumayan untuk membuat cap tangan di pipinya.
"kau hanya mainan Sasuke. Ingat itu"ancamnya untuk terakhir kalinya, sebelum melenggang pergi.
Keheningan kembali menyelimuti toilet, dan Naruto hanya terdiam di posisinya. "ya, aku hanya mainannya"gumamnya pelan, seolah meyakinkan dirinya sendiri.
-lol-
Tok..tok..tok...
"masuk"ucap seorang guru yang sedang mengajar, menghentikan sejenak aktivitasnya.
Naruto membungkuk hormat dan penuh penyesalan, "sumimasen, sensei"ucapnya.
"baiklah, lain kali jangan terlambat. Duduklah"jawab pria dengan surai hitam itu maklum.
Melangkahkan kakinya setelah mengucapkan terimakasih, tubuhnya ia dudukkan di pinggir gadis bersurai pink. Membalas senyuman Sakura Haruno –salah satu orang yang tak membullinya.
"kau mau memakainnya, Naruto?"bisik Sakura sambil menyodorkan sebuah farfume.
Naruto tidak tersingguh sama sekali, karena ia tau Sakura tidak bermaksud mengejeknya dan ia sadar bahwa aroma tubuhnya memang tidaklah sedap. Yeah, bisa dibilang cukup buruk.
"arigatou"
Tangannya menyemptotkan farfum beraroma sakura pada tubuhnya.
Kini ia bisa melanjutkan pelajaran tanapa perlu menghawatirkan aroma tubuhnya.
-lol-
Lagi-lagi Uchiha Sasuke memandang jendela, membuat Hyuuga Neji sang wakil ketua OSIS memutar bola matanya malas karena lagi-lagi ia yang harus mengerjakan dokume-dokumen itu.
Dasar ketua OSIS yang tidak bertanggung jawab, batinnya kesal.
"ketua"panggilnya, tapi Sasuke tak bergeming.
"KETUA..."panggilnya dengan volume yang lebih keras, membuat beberapa anggota OSIS lain memandang heran padanya.
"KATUA OSIS TAK BERTANGGUNG JAWAB BERAMBUT AYAM"teriak Neji absurd, membuat anggota OSIS lainnya berpikir bahwa Neji mulai lapar...
(#korban iklan week..)
Setidaknya kali ini Sasuke menoleh padanya, meski dengan tatapan tajam. "ada apa?"tanyanya ketus, merasa terganggu dengan teriakan absurd Neji.
"ehem"pria itu berdehem sejenak, matanya melirik anggota OSIS lain yang menatapnya. "bisa kalian focus pada tugas kalian"ujar Neji sang bintang sampo, dengan aura kewibawaannya yang beberapa menit lalu menghilang.
Setelah semua kembali pada aktivitasnya, akhirnya Neji berkata"bisakah kau menhentikan kegiatanmu dan membantuku dengan dokume-dokumen laknat ini?!"tanyanya sambil tersenyum manis.
Ran bilang senyum manis Neji, bukan senyuman terpaksa dengan urat-urat kesal di pelipis. Oke, oke, terserah, jangan melotot seperti itu. Kembali ke cerita...
Sasuke tersenyum mengejek, membuat urat di pelipis Neji berkedut tidak suka. "apa seorang Hyuuga Neji sudah kehilangan sentuhannya, hingga ia meminta pertolongan padaKu"ucapnya.
"hey, hey... kau pikir aku akan terperdaya dengan tipu dayamu?. Seorang Hyuuga sepertiku tak ditakdirkan untuk tertipu oleh otak licik Uchiha"ucap Naji drop, tak terjebak dengan rencana Sasuke.
Sasuke memutar bola matanya malas, kemudian beranjak menuju meja Neji setelah melirik jendela sekilas.
-lol-
"apa kau baik-baik saja, Naruto?"tanya Sakura khawatir saat melihat wajah pucat Naruto, menghempaskan pantatnya di sebelah Naruto, tangannya menyodorkan sebotol minuman.
"aku baik-baik saja"jawab Naruto sambil tersenyum meyakinkan.
"shhh..."mendesis, saat rasa sakit di kaki kanannya kembali menyerang.
"naruto..."
Menghiraukan panggilan Sakura, Naruto langsung membuka sepatunya. Kedua matanya membelak kaget, saat darah segar membanjiri sepatu olah raganya, kakinya terluka cukup parah. Sementara Sakura terpekik kaget melihat darah di kaki kanan Naruto.
Sial, umpatnya dalam hati. Bagaimana bisa ada silet di sepatunya, padahal ia sudah memeriksanya tadi.
Haaah... mereka benar-benar niat mengerjaiku.
Seolah sadar dari syoknya, Sakura panik. Apa yang harus ia lakukan?! Batinnya kalut. "a..ayo kita ke UKS, Naruto"ajaknya .
"bukan kita Sakura.."ucap Naruto, mengundang keryitan heran dari gadis berambut pink itu. Naruto tersenyum , "tapi aku"lanjutnya.
Gadis itu kini berdiri, sambil berkacak pinggang. Kesal. "apa maksudmu, Naruto?"tanyanya kesal.
"jangan beritahu kejadian ini pada siapapun"pintanya, ia tak ingin siapa pun tau, karena itu hanya akan menambah beban di hatinya saat mereka tertawa melihat penderitaannya. "jadi bisakan kau katakan pada Guy-sensei, jika aku tak enak badan dan akan beristirahan ke UKS"
Sakura hanya mengangguk, kemudian melangkah pergi menuju Guy-sensei. Dalam hati, ia hanya berdo'a semoga penderitaan Naruto berakhir.
-lol-
Dengan langkah tertatih, gadis pirang itu berusaha melangkah setidaknya sampai ia menuju UKS. Melewati koridor Konoha High School yang luas, bukanlah perkara yang mudah baginya, terlebih dengan luka di kaki.
"apa kau seorang masokis, Naruto?"tanya suara baritone.
Menghelai napas lelah, saat menyadari siapa pemilik suara baritone itu. Sungguh, ia tak ingin bertemu Sasuke saat ini, bertemu dengan Sasuke hanya akan menambah masalahnya saja.
Ingatkan dirinya berapa banyak ia menghelai napas hari ini?
Mengacuhkan pria itu, Naruto terus melangkahkan kakinya. Pria itu tampak mengikuti langkahnya.
"dan apa sekarang kau tuli?"tanya Uchiha Sasuke sekali lagi.
Dan ingatkan juga dirinya berapa kali ia mengacukan seseorang dan berakhir tragis seperti ini?!
Memutar tubuhnya cepat, Naruto menatap Sasuke tajam. "ya, aku ini seorang masokis. Lalu kau? Sadistis?"balasnya mengejek.
Mengangguk-anggukkan kepalanya, "ya. Aku seorang sadistis. Bukankah berarti kita cocok?"
Sekali lagi Naruto memuta bola matanya malas, Sasuke dan sikap PD-nya.
"dalam mimpimu"ucap Naruto ketus, sebelum melangkah pergi. Berlama-lama dengan Uchiha Sasuke hanya akan membuat otaknya panas saja.
Tap..tap...
Naruto mengernyitkan dahinya heran.
Tap...tap...
Apa Sasuke benar-benar mengikutinya.
Tap..ta...
"jangan mengikutiku"ucapnya kesal, tak berbalik sama sekali.
"aku hanya khawatir"
Naruto mendengus geli, Sasuke khawatir padanya?! Yang benar saja?! itu terlalu... imposible.
Terpekik kaget saat seseorang membopong tubuhnya, mendongakkan kepala dan mendapati seringai menyebalkan milik Uchiha Sasuke.
"turunkan aku, brengsek"desisinya kesal sambil berusaha memberontak.
"diamlah. Aku hanya khawatir jika darahnya mengotori lantai koridor"balas Sasuke acuh, membuat Naruto semakin kesal.
Persetan dengan koridor, ia benar-benar kesal dengan tingkah Sasuke yang seenak jidat kepadanya. Memandang wajah Sasuke yang menatap lurus, kini berhenti memberontak dan menyadari, bahwa dia hanyalah...
...mainan Uchiha Sasuke.
"dan, um.."
Naruto kembali menatap Sasuke. Penasaran akan apa yang pria itu katakan. ".. aku lebih suka jeruk dari pada sakura"ucap Sasuke.
-lol-
Suasana ruang OSIS cukup sepi, hanya tinggal dirinya dan beberapa dokumen laknat yang tersisa.
Ceklek..
Mengalihkan atensinya dari dokumen, Neji mengeryit heran saat mendapati Sasuke dengan noda darah di seragamnya.
Matanya membelak horror, tak mungkinkan Sasuke sudah membunuh seseorang.
Berusaha tetap cool, ia bertanya –hanya sekedar memastikan- "darah siapa itu Sasuke?"
Melirik Neji sekilas, Uchiha Sasuke mengeryit heran "Naruto"jawabnya singkat.
Sementara Neji semakin merasa horror, apa mungkin Sasuke begitu frustasi hingga tega membunuh Naruto. Dan setelah itu Sasuke akan membunuhnya, sebagai pelampiasan karena belum cukup puas membunuh Naruto. Dan tubuhnya akan di potong beberapa bagian, lalu di masukan ke dalam koper dan di buang ke jalanan begitu saja.
Sampai sebuah berita mengatakan 'seorang pewaris Hyuuga dinyatakan tewas, motif di karenakan sang pembunuh merasa kesal dengan dokumen-dokumen laknat'.
OH, TIDAK, ia belum menikah.
"kau benar-benar kejam, Sasuke. Hingga menyiksa mantan pacarmu sendiri"ucap Neji masih dengan stay cool –oke, abaikan keringat sebesar biji jagung di pelipisnya.
Sementara Sasuke terdiam mendengar apa yang Neji katakan. 'Mantan pacar, ya?'batinnya sambil tersenyum miris. Terpejam, pikirannya melayang pada masa-masa itu.
Berbeda sekali dengan apa yang Neji pikirkan, terpekik dalam hati saat melihat senyuman Sasuke. 'hii.. mati aku. Sasuke bahkan menyeringai seram, aku yakin ia sedang memikirkan cara apa yang cocok untuk membunuhku'pikirnya.
Berdo'a dalam hati semoga Sasuke membiarkannya mati dalam pose elit.
-lol-
Di bawah langit Konoha yang indah, untuk pertama kalinya ia menyadari bahwa langit bisa seindah itu. Dan cahaya matahari di musim panas. Menyilaukan. Membuatnya berpaling, namun ketagihan di saat yang sama.
Angin berhembus, menerbangkan helaian-helaian matahari dan mata bak langit biru, kini menatapnya lembut. Membuat Sasuke terpesona untuk pertama kalinya, dan jatuh dalam pesona yang indah itu.
Dirinya bak remaja ababil, dengan pipi bersemu dan jantung yang berdebar-debar. Membuat Sasuke hampir gila, karena terus memimpikan senyuman dari bibir yang merah merekah milik gadis musim panas yang ditemuinya di halte bus.
Untuk pertama kali ia merasakan jatuh cinta.
Uchiha Sasuke "jatuh cinta" kawan-kawan.
Semua yang ia inginkan pasti akan ia dapatkan, termasuk gadis yang berada dalam daftar teratas keinginan Uchiha Sasuke, menggeser posisi menjadi businessman yang sukses dan kuliah di Harvard University.
"aku mencintaimu"kata-kata itu meluncur mulus dari bibir Sasuke, tersenyum saat melihat wajah gadis itu bersemu dan mengangguk.
Setelah itu, masa-masa SMA-nya berjalan sangat indah. Gadis yang baru di kenalnya itu bernama Namikaze Naruto, seorang siswi dari sekolah khusus wanita, kini resmi menjadi pacarnya.
Lupakan mobil mewahnya, ia lebih memilih menaiki bus hanya sekedar untuk berangkat bersama wanita yang sukai. Sasuke benar-benar tampak seperti seorang remaja pada umumnya.
SMS-an sebelum tidur, kencan di hari minggu. Dan semua hal yang ia anggap konyol, kini ia jalani tanpa paksaan sedikitpun. Benar-benar tidak Uchiha sekali.
Dan untuk pertama kalinya juga dalam dalam hidup Sasuke, ia mengalami patah hati. Mengalami perasaan para fansnya saat ia menolak mereka.
Wanita itu meninggalkannya.
Gadis musim panasnya pergi.
-lol-
Bruuk...
Tubuhnya tersungkur di antara tumpukan kardus, membuat beberapa kardus itu menimpa tubuhnya. Haah... luka di kakinya saja belum sembuh, kenapa mereka malah menorehkan luka lagi.
"bukankah sudah ku katakan untuk menjauhi Sasuke"ucap Karin kesal, berkacak pinggang sambil menatap bengis Naruto.
Wanita dengan surai coklat mendengus geli, mengejek. "mungkin dia amnesia, Karin"guraunya.
"yeah, atau mungkin dia bodoh"tambah wanita berambut biru memanas-manasi.
Kemudian mereka bertiga tertawa, tawa jahat seperti nenek sihir dalam pendengaran Naruto. Shh, sepertinya luka di kakinya terbuka lagi, si Teme itu memang tak becus memerban kakinya.
Dengan satu gerakan tangan Karin, ketiganya berhenti tertawa. Melangkah pergi setelah memberikan kode kepada kedua pria yang berada di sana, yang dibalas seringai keduanya.
Menutup pintu gudang, kedua pria itu melangkah menuju Naruto yang kini sudah berdiri tegak dengan tubuh yang babak belur.
Melawan dua orang pria dengan stamina yang kurang dan luka kaki yang parah, bukanlah hal baik.
Ia hanya berharap semoga seseorang menolongnya saat ini.
Keduanya menatap tubuh Naruto lapar, meski tampak babak belur tapi gadis itu tetap cantik. Saat tangan salah satunya hendak menyentuh wajah Naruto, tapi dengan sigap gadis itu menepisnya kasar, seolah tak sudi di sentuh oleh tangan kotor itu.
Merasa terhina dengan apa yang Naruto lakukan, tangannya langsung menampar gadis itu untuk ke sekian kembali tersungkur, dengan ujung bibir yang mengeluarkan darah.
Masih berusaha mempertahankan kesadarannya, ia memberontak saat salah satunya mengukung tubuhnya yang terbaring di lantai. Membuat perasan jijik menjalar di setiap inci tubuhnya.
Braak...
Ketiga pasang mata itu langsung menoleh pada pintu, membuat raut syok di wajah kedua pria itu. Bernapas lega, saat pria yang mengukungnya terjungkal karena mendapat bogem. Untuk pertama kalinya dalam beberpa minggu ini, ia merasa bersyukur Sasuke ada di sampingnya.
Tanpa meninggu aba-aba, kedua pria itu langsung berlari keluar dengan wajah ketakutan. Sementara Sasuke berdiri di samping tubuhnya yang masih terbaring, mata hitamnya memandang Naruto dingin.
"apa ini yang kau inginkan, hime?"tanya Sasuke dengan nada menusuk.
Naruto tak bergeming, tapi matanya memandang lurus Sasuke.
"apa kau masih tak mau kembali padaku, Naruto?"
Naruto sedikit tersentak, namun kemudian ia tersenyum mengejek. Dan untuk pertama kalinya Sasuke bungkam saat gadis itu berkata.
"lie ne, Onii-chan"
.
.
.
Tbc or end?
review, please.
