WHY?

Main cast: Daehyun, Youngjae, Baekhyun

Other cast: Jongin, Kyungsoo, Kris, Tao, Chanyeol, Taehyung (yang satu ini belum tau kapan bakal muncul atau mungkin malah gak jadi muncul)

.

A/n: Aku ngetik ff ini uda sejak dua bulanan yang lalu, tapi karena comeback-nya VIXX & B.A.P aku jadi sibuk nonton MV trus gak sempet ngetik jadilah cuma segini aja T.T
Sebenernya belum mau publish ff ini, rencananya mau selesaiin dulu baru di publish per chap, tapi karena pas nonton video-nya Ren lewat twitter gak sengaja baca #Baekhyun Taeyeon jadi trending topic, iseng-iseng klik, eh ternyata ada berita Baekhyun pacaran sama Taeyeon, jadilah aku publish aja ff ini seadanya, apa yang udah diketik kemarin-kemarin aku publish aja semuanya, jadi maaf kalau TBC-nya disaat yang gak tepat / gak bikin penasaran...
.

Enjoy reading!

But, don't read if u don't like it...

.

.

.

CHAPTER 1

Malam ini kediaman keluarga Jung menjadi sangat ramai akibat adanya pertengkaran antara Tuan Jung a.k.a Jung Daehyun dan Nyonya Jung a.k.a Jung (Byun) Baekhyun yang ditengarai karena Nyonya Jung yang terus meminta suaminya untuk membeli semua barang yang diingininya, sementara Daehyun selalu memperingatkan istrinya untuk hidup hemat, tidak menghambur-hamburkan uang seperti itu walaupun mereka adalah orang kaya.

"Yak! Jung Daehyun! Barang ini benar-benar bagus dan ini limited edition, kalau tidak dibeli sekarang keburu habis dibeli orang," Baekhyun – sang istri – memberikan alasan pada Daehyun yang tidak mau memberikan kartu kreditnya sambil berkacak pinggang di hadapan suaminya.

Daehyun menghela nafas sambil melonggarkan dasi – yang bahkan belum sempat ia lepas karena sepulang dari kantornya ia langsung 'disambut' oleh sang istri.

"Yak! Daehyun-ah! Cepat berikan kartu kreditmu," Baekhyun mengulangi perintahnya.

"Kenapa? Kenapa harus pakai punyaku, kenapa tidak punyamu sendiri saja?"

"Punyaku sudah limit sejak seminggu yang lalu, dan kau tau, selama seminggu ini aku melewatkan berbagai diskon menarik karena kartu kreditku itu, seharusnya kau segera meng-upgrade-nya menjadi tidak terbatas. Ah, sudahlah, yang penting sekarang kau berikan milikmu padaku."

"Pokoknya aku tidak mau!" tolak Daehyun.

Seandainya Baekhyun bukan seorang istri pemboros yang selalu menghabiskan ratusan juta –untuk belanja barang-barang tidak jelas – setiap minggunya Daehyun pasti akan merelakan kartu kreditnya melihat sang istri sebegitu inginnya membeli barang itu.

Sejak awal pernikahan mereka setahun yang lalu keduanya memang sering bertengkar karena masalah Baekhyun yang suka sekali belanja, bahkan setengah tahun yang lalu keduanya telah sepakat untuk bercerai, namun berkat campur tangan Himchan dan Yixing – eomma dari Daehyun dan eomma Baekhyun – perceraian pun dibatalkan.

Setiap hari, mereka sama-sama selalu mengeluh. Daehyun mengeluh pada Youngjae – sekrestarisnya – tentang kelakukan istrinya, sedang Baekhyun kerap kali mencurahkan isi hatinya termasuk rasa tidak puasnya terhadap Daehyun pada sahabat sekaligus rekan kerjanya, Park Chanyeol.

"Sudahlah, aku lelah, aku mau istirahat. Sebaiknya kau telpon Park Chanyeol-mu itu, mungkin dia mau meminjamkan kartu kreditnya padamu." Daehyun melenggang masuk ke dalam kamarnya – dan Baekhyun – yang berada di lantai atas, meninggalkan seorang namja cantik yang berstatus istrinya tersebut di ruang keluarga.

.

.

.

Pagi ini, begitu membuka mata Daehyun langsung melihat puluhan shopping bag berserakan di kamarnya, seingatnya tas-tas berbahan karton, plastik, dan kain tersebut belum ada saat ia memejamkan mata kemarin malam.

"Ya! Baekhyun hyung! Semalam kau pergi ke midnight sale lagi eoh?" Daehyun berbicara pada istrinya yang masih berbaring dengan keadaan setengah sadar-setengah tidur di sampingnya.

"Hmmm… Daehyunnie… Aku lelah, aku baru pulang pukul empat," jawabnya tanpa membuka mata.

Daehyun mendengus kesal kemudian menyingkapkan selimut yang menutupi bagian bawah tubuhnya, beranjak menuju ke kamar mandi yang terletak di dalam kamar. Sedangkan Baekhyun melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu oleh pertanyaan sang suami.

Beberapa menit kemudian Daehyun keluar dari kamar mandi dengan tubuh masih setengah basah dan hanya mengenakan handuk berwarna putih dari pinggang sampai setengah paha. Namja tampan itu menatap sengit pada tumpukan shopping bag hasil 'kerja keras' istrinya semalam saat ia tertidur pulas. Selalu saja seperti itu setiap harinya, kalau ditanya kenapa membeli barang sebanyak itu, Baekhyun selalu memberikan jawaban yang hanya itu-itu saja.

"Aku membelinya karena aku suka…"

"Ini limited edition, aku akan sangat menyesal kalau kehabisan nantinya…"

"Diskonnya sangat banyak, sayang kalau kesempatan emas seperti ini dilewatkan begitu saja…"

"Aku membutuhkannya…"

Ya, Daehyun sudah hafal beberapa jawaban yang selalu diucapkan istrinya, padahal ia yakin ada maksud lain dibalik semuanya itu. Maka dari itu Daehyun ingin sekali-kali menemani Baekhyun belanja, bukan hanya mengantar dan menunggu di mobil atau berpencar ke toko yang berbeda namun benar-benar menemani sang istri, memantau bagaimana cara Baekhyun melihat-lihat barang, membeli barang, dan melakukan transaksi jual-beli tersebut.

Setelah mengeringkan tubuhnya Daehyun membuka lemari pakaiannya, hampir semua pakaian yang ada di lemarinya adalah pilihan Baekhyun, dibelikan Baekhyun lebih tepatnya walaupun namja cantik tersebut akan meminta uang ganti setiap kali ia membelikan pakaian-pakaian itu. Setelah mencoba beberapa baju dan celana kemudian mengembalikannya lagi ke tempat semula pilihan Daehyun jatuh pada celana kain panjang berwarna hitam dan kemeja putih dengan motif garis-garis hitam.

.

.

.

Selesai memakai pakaian dan sedikit 'berdandan' Daehyun berjalan menuruni tangga, menuju ke dapur mencari sedikit camilan, sekadar untuk mengganjal perut. Belum sempat namja tampan tersebut membuka lemari es pandangan matanya tertuju pada beberapa kantong plastik yang tergeletak di atas meja makan. Daehyun duduk di kursi makan sambil membuka satu per satu kantong plastik tersebut, sesuai dugaannya plastik-plastik itu berisi makanan yang – ia yakini – dibeli oleh Baekhyun semalam.

"Huft… Tak ingaktah dia kalau di rumah ini hanya ada aku dan dia, hanya berdua. Bagaimana mungkin makanan sebanyak ini habis kalau hanya dimakan berdua, siang nanti dia juga pasti akan beli makanan baru lagi," gerutu Daehyun sambil memasukkan kembali makanan-makanan itu ke plastiknya semula. Memang Daehyun suka makan, tapi tidak sebanyak itu juga, lagipula siang nanti untuk makan siang Baekhyun pasti sudah masak dan beli makanan lagi. Selama ini setiap harinya selalu ada makanan yang terbuang karena terlalu banyak dan tidak termakan.

Setelah mengembalikan semua makanan itu ke plastiknya Daehyun beranjak mengambil satu kantong plastik besar yang berada di laci dapur, memasukkan plastik-plastik makanan tadi ke plastik besar yang baru diambilnya. Kemudian membawanya pergi keluar rumah, sepertinya ia melupakan tujuan utamanya ke dapur, mencari camilan.

.

.

.

Seorang namja cantik berkemeja biru laut tengah berkutat dengan komputer di hadapannya ketika pintu dibuka dengan tidak berperikepituan oleh atasannya, Jung Daehyun, yang – lagi-lagi – menampakkan raut wajah kesal.

"Selamat pagi, Jung," sapanya.

"Selamat pagi, Yoo Youngjae," balas Daehyun sambil meletakkan kantong plastik berisi makanan – yang ia bawa dari rumah tadi – di meja. "Sudah sarapan?" tanya Daehyun pada sekretarisnya, Youngjae.

Youngjae menggelengkan kepala tanpa mengalihkan padangannya dari layar komputer.

"Kerjakan nanti saja, sekarang makanlah, aku membawa cukup banyak makanan enak hari ini," ajak Daehyun yang sudah mulai mengambil sepotong kue dan bersiap memasukkannya ke dalam mulut.

Karena perintah dari atasannya dan juga dorongan dari cacing-cacing di perutnya yang sudah menangis minta diberi makan akhirnya Youngjae beranjak dari tempat duduknya untuk menikmati sarapan pagi bersama Daehyun.

.

.

.

Sementara itu di rumah Daehyun-Baekhyun….

Denagn berat hati Baekhyun terbangun dari tidurnya dan berlari menuju ke kamar mandi yang berada di dalam kamar.

"Hoek… Hoek…" terdengar suara Baekhyun yang sedang memuntahkan semua isi perutnya di wastafel kamar mandi.

Setelah itu Baekhyun terduduk lemas di lantai dengan tubuh yang disandarkan di pinggiran bathtub.

Merasa haus dan lapar setelah seluruh isi perutnya terkuras habis, Baekhyun bangkit berlahan dan berjalan keluar kamar setelah sebelumnya memakai kardigan rajut yang tergeletak di atas meja rias, sedikit untuk menghangatkan tubuh kurusnya.

Sesampainya di dapur namja cantik tersebut meraih sebuah cangkir dan mengisinya dengan gula pasir serta teh, kemudian menuangkan air panas yang berada di dalam termos ke cangkir itu, mengaduknya sebentar kemudian meninggalkannya di atas pantry, menunggu teh dan airnya benar-benar merasuk.

Baekhyun terlonjak kaget ketika mendapati plastik-plastik makanan yang ia letakkan di atas meja makan semalam telah menghilang.

"Seingatku kemarin aku meletakannya disini," gumamnya sambil mencari-cari ke dalam lemari es dan lemari dapur namun ia tidak juga mendapatkannya. (ya kan tadi makanannya uda dibawa sama Daehyun).

Ia merogoh saku kantong celananya dan mengeluarkan sebuah benda persegi berwarna putih, menyentuh layarnya beberapa kali kemudian menempelkan smartphonenya itu ke telinga.

"Yeoboseyo…"

"….."

"Yeobo, kau bawa semua makanan yang ada di atas meja makan?"

"….."

Baekhyun membulatkan matanya mendengar jawaban dari Daehyun.

"Mwo? Habis? Semuanya?"

"….."

"Aigoo… Ya sudah, tapi nanti saat sebelum jam makan siang kau bawakan gantinya kesini, araseo?"

"….."

"Nanti aku sms apa saja makanan yang aku ingin."

"….."

"Okay, sampai nanti. Bye…"

Baekhyun kembali memasukkan smartphone-nya ke dalam saku celana kemudian mulai menyeduh teh manisnya sebelum dingin. Tepat saat ia meneguk tehnya untuk yang terakhir kali, smartphone-nya kembali berbunyi, menandakan ada panggilan masuk. Namja cantik tersebut kembali mengeluarkan benda persegi itu dari dalam saku celana setelah sebelumnya meletakkan cangkir di tangannya ke dalam dishwasher.

PARK CHANYEOL is calling….

Baekhyun menekan tombol hijau di layarnya untuk menerima telepon dari Park Chanyeol.

"Yeoboseyo, Park Chanyeol…."

"….."

"Hahaha… Araseo…"

"….."

"Ne, lima belas menit lagi, aku mandi dulu…"

"…"

"Bye…"

.

.

.

Park Chanyeol, seorang namja bertubuh tinggi setinggi tiang bendera #ngawur, yang merupakan teman sekantor sekaligus sahabat dari Byun/Jung Baekhyun tengah berdiri menyandarkan tubuhnya di pagar rumah keluarga Jung sambil sesekali melirik jam tangan berwarna silver yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

Chanyeol menampilkan senyum lima jarinya ketika mendengar suara derap kaki dari arah dalam rumah tersebut.

"Maaf membuatmu menunggu lama," ucap Baekhyun sembari menutup kembali pagar rumah yang baru saja dilewatinya.

Park Chanyeol mengangguk penuh pengertian. "Gwenchana, aku juga baru saja sampai."

Keduanya kemudian berjalan beriringan menuju ke tempat kerja mereka yang kebetulan tidak terlalu jauh dari rumah Baekhyun-Daehyun.

.

.

.

Di ruang kerjanya, Daehyun terlihat tengah sibuk mengunyah sesuatu di dalam mulutnya sambil terus 'mengamati' sang sekretaris yang sedari tadi masih berkutat dengan komputer di hadapannya. Entah mengapa Daehyun tidak bisa fokus pada pekerjaannya karena Yoo Youngjae yang terus saja menggodanya secara tidak langsung, tidak terhitung sudah berapa kali dalam sehari ini Youngjae mempoutkan bibir kissable-nya, membuat Daehyun terus mengunyah makanan yang ia bawa dari rumah tadi untuk menyalurkan hasratnya(?).

"Jung! Jangan tatap aku seperti itu." Youngjae merasa terganggu juga akhirnya terus-terusan dipandangi oleh atasannya seperti itu.

Bukannya berhenti menatap Youngjae, Daehyun justru bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Youngjae yang berada tak jauh dari tempatnya tadi.

Youngjae menghentikan aktifitas mengetiknya melihat Daehyun semakin mendekat. "Ada apa?"

"Sudah kubilang, jangan menggodaku," bisik Daehyun tepat di belakang telinga kanan Youngjae. Sekarang posisinya sudah berada di belakang kursi yang diduduki Youngjae.

Kedua tangan nakal Daehyun bergerak ke depan, mencoba membuka kancing kemeja biru navy yang dikenakan Youngjae.

"Jung… shireo… Kalau kau ingin lakukanlah dengan istrimu, Jung," tolak Youngjae, ia berusaha menyingkirkan kedua tangan nakal Daehyun yang terus menggerayangi tubuhnya.

"Aku tau kau juga menginginkannya, Yoo," bisik Daehyun seduktif.

Kini Daehyun berhasil membuka semua kancing kemeja Youngjae, memanfaatkan Youngjae yang lengah karena satu tangan Daehyun yang entah sejak kapan menyusup ke selangkangannya, mengusap dengan lembut 'sesuatu' yang tersembunyi di balik kain celananya.

"Kau mulai menikmatinya kan?"

Youngjae tidak menjawab pertanyaan Daehyun, ia sibuk menggigiti bibir bawahnya, menahan agar tidak ada desahan yang keluar sehingga meningkatkan libido namja mesum di belakangnya tersebut.

"Mau dilanjutkan dimana, Yoo? Disini? Dirumahku? Di hotel? Di mobil? Atau kau mau…." Belum Daehyun menyelesaikan kalimatnya, pintu ruang kerjanya – dan Youngjae – terbuka, menampilkan sosok namja mungil nan cantik yang tengah berdiri terpaku di ambang pintu. Satu tangannya masih memegangi gagang pintu sementara satu tangan lainnya meremas tali tas kain berwarna merah hati yang digenggamnya.

Daehyun sontak menghentikan 'kegiatannya', ia menarik kembali kedua tangan nakalnya dan menyembunyikannya di belakang tubuh.

Sementara Youngjae kini sibuk membenahi pakaian yang ia kenakan, menutup kembali kancing-kancing yang tadi sempat dibuka oleh Daehyun.

"Daehyunnie… Aku tidak percaya… Kau dan Youngjae…"

"Baekhyun-hyung, bisa kujelaskan semuanya," potong Daehyun sembari berjalan mendekati sang istri yang masih saja berada di posisinya semula.

"Tidak perlu, dan… Maaf mengganggu," Baekhyun berbalik dan pergi begitu saja setelah menyelesaikan kalimatnya.

Daehyun berusaha mengejar Baekhyun, namun terlambat, Baekhyun telah terlebih dahulu menghilang. Entah kemana perginya tapi Baekhyun benar-benar menghilang dengan cepat, padahal lorong koridor ruang kerja Daehyun jauh dari lift dan tadi juga ia tidak mendengar suara langkah kaki Baekhyun yang berlari. Merasa istrinya itu belum pergi jauh, Daehyun mencari ke ruangan-ruangan lain yang ada di sekitar, menanyai satu per satu orang yang ada di dalam ruangan tersebut, saat ini Daehyun terlihat seperti sedang shooting RunningMan dan berada dalam 'offensive' sementara Baekhyun dalam 'defense' team.

Namja dengan tingkat ketampanan diatas rata-rata tersebut sampai di depan pintu terakhir yang belum ia masuki. Sebelum mengetuk dan membuka pintu berwarna abu-abu itu ia menghela nafas, ia sangat gugup saat ini, ini adalah ruangan terakhir, kalau Baekhyun tidak ada di dalamnya berarti ia benar-benar 'kehilangan' Baekhyun untuk saat ini, dan meminta maaf setelah mereka telah berada di rumah akan jauh lebih sulit ketimbang jika Daehyun menemukannya disini saat ini kemudian minta maaf serta menjelaskan semuanya dan membuat Baekhyun percaya – dengan sedikit kebohongannya tentu saja.

Tok… Tok… Tok….

Setelah mengetuk pelan daun pintu itu tiga kali, Daehyun meraih gagang pintu di depannya, membukanya perlahan dan melongok masuk ke dalam ruangan.

"Mianhae, Minah-ssi, apa kau melihat istriku, Baekhyun?" tanyanya pada seorang yeoja berrambut panjang yang tengah berkutat dengan tumpukan kertas di hadapannya.

Yeoja itu menggeleng sebagai jawabannya.

"Jinjja?"

Minah kini mengangguk, meyakinkan Daehyun kalau istrinya itu tidak masuk ke dalam ruangannya, lagipula ia juga tidak tau persis bagaimana rupa istri rekan kerjanya itu, ia hanya tau kalau istri Jung Daehyun itu bernama Byun Baekhyun, itu saja, tidak lebih.

"Ya sudah kalau begitu, sekali lagi maaf mengganggu, terima kasih."

Daehyun kembali menutup pintu di hadapannya, merogoh saku celananya, mencoba menghubungi ponsel Baekhyun. Namun sepertinya Baekhyun masih marah – tentu saja, istri mana yang tidak marah melihat suaminya bercumbu dengan sekretarisnya di dalam ruang kerja saat jam kerja, melupakan janjinya untuk membelikan makanan ganti dari makanan yang dihabiskannya pagi tadi – namja manis itu tidak mau menjawab panggilan telepon Daehyun.

"Huft… Sudahlah, lebih baik aku lanjutkan kegiatanku yang sempat tertunda tadi," gumam Daehyun sambil melangkahkan kaki kembali ke ruang kerjanya – dan Youngjae.

.

.

.

Baekhyun menghempaskan dirinya dengan kasar ke sebuah bangku panjang yang terletak tepat di samping stand es krim di taman. Park Chanyeol sedang membeli es krim dan ia cukup duduk menunggu saja. Mungkin satu cup es krim strawberry bisa mendingingkan hati dan kepalanya yang sudah sangat panas sepanas sinar matahari(?) akibat melihat 'unexpected scene' di ruang kerja suaminya beberapa menit yang lalu. Setelah berhasil melarikan diri sebelum Daehyun menangkapnya, berbicara yang manis-manis padanya, merayunya, dan berakhir pada dirinya yang percaya begitu saja pada semua kebohongan Daehyun – walaupun ia tau kalau suaminya sedang berbohong – kemudian memaafkan lagi seperti sebelum-sebelumnya; Baekhyun langsung menelpon Park Chanyeol dan mengajak namja tiang listrik tersebut untuk menemaninya makan es krim, disini, di taman ini, saat ini.

Sesaat kemudian Chanyeol sudah berada di samping kiri Baekhyun, menyodorkan satu cup es krim strawberry pada namja manis di sampingnya tersebut.

"Gomawo," ucap Baekhyun sebelum mulai menikmati es krimnya.

Sebenarnya Baekhyun sedikit merasa bersalah, bersalah pada Daehyun karena bukan dengan suaminya itu ia menghabiskan jam makan siangnya tapi malah berduaan makan es krim di taman bersama seorang namja yang hanya berstatus sebagai sahabat dan rekan kerjanya, Park Chanyeol. Namun tiba-tiba 'unwanted scene' antara Daehyun dan Youngjae yang tadi dilihatnya kembali berputar di otaknya secara otomatis, membuat rasa bersalahnya lenyap begitu saja. Bagaimana bisa ia merasa bersalah padahal hanya duduk makan es krim saja, sedangkan suaminya itu – menurut Baekhyun – tidak merasa bersalah sama sekali telah melakukan perbuatan mesum bersama orang lain dibelakang istrinya.

"Baekhyun," suara berat Chanyeol membuyarkan lamunan Baekhyun begitu saja.

"Ne?"

"Melamun eoh?"

"Aniyo," sangkalnya.

"Kalau ada masalah ceritakanlah, jangan disimpan sendiri, nanti jadi gila lho."

"Emang kamu pernah tau ada orang gila gara-gara enggak pernah curhat?"

Chanyeol menggeleng. "Banyak. Makanya ayo ceritakan masalahmu, siapa tau aku bisa membantu."

Dan Baekhyun pun mulai menceritakan masalahnya pada Chanyeol, ia tidak membutuhkan jawaban maupun solusi, ia hanya butuh orang yang bisa diajaknya berbicara, mengeluarkan semua keluh kesahnya.

.

.

.

Sorenya setelah mengantarkan Baekhyun pulang Chanyeol lantas pulang ke rumahnya sendiri, rumah kecil yang ia tinggali bersama tiga orang sahabatnya; Kim Jongin, Oh Sehun, dan Wu Yifan. Namun sejak dua minggu yang lalu Wu Yifan – atau yang lebih populer dengan nama Kris – pergi untuk kembali ke China, mengurus pekerjaannya disana hingga waktu yang belum bisa ditentukan.

Dari empat sekawan mesum ini, Park Chanyeol lah satu-satunya namja yang masih menyandang status single. Kim Jongin telah berhasil mendapatkan hati seorang Do Kyungsoo, namja bertubuh mungil dengan mata bulat yang sangat polos – walaupun kepolosannya harus dipertanyakan lagi sekarang mengingat statusnya yang sudah resmi menjadi namjachingu Jongin. Oh Sehun – maknae mereka – telah menjalin hubungan serius dengan LuHan, namja rusa asal China yang empat tahun lebih tua dari Sehun. Sedangkan Wu Yifan a.k.a Kris berpacaran dengan seorang namja mirip panda bernama Huang ZiTao.

Bukan karena tidak ada yang mau dengan Chanyeol, banyak yeoja-yeoja genit yang selalu berusaha mendekati Chanyeol, tapi Chanyeol meraas ia masih ingin sendiri, menurutnya memiliki kekasih itu merepotkan, sama saja dengan menyusahkan diri sendiri. Mungkin karena ia sering melihat bagaimana para sahabatnya tersiksa oleh para uke-uke mereka.

Seperti bulan lalu misalnya, Chanyeol melihat bagaimana Kris dipukuli oleh seorang namja yang lima tahun lebih muda darinya dan dicakar-cakar wajahnya oleh Tao gara-gara kedapatan sedang menggoda Ren – namja super cantik yang menuntut ilmu di universitas yang sama dengan Tao – di tempat parkir. Saat itu Kris hendak menjemput Tao, namun kebetulan Tao ada urusan dan keluar sedikit terlambat dari waktu yang dijanjikan, dan di waktu dan tempat yang sama Ren juga sedang menunggu kekasihnya, jadilah Kris yang pada dasarnya sedikit – kalau tidak mau dibilang banyak – mata keranjang dan berotak yadong iseng-iseng menggoda dan merayu Ren. Namun sepertinya dewi fortuna sedang tidak berpihak pada Kris karena saat itu entah bagaimana secara bersamaan Tao dan kekasih Ren datang, tentu saja Ren yang merasa terganggu dengan Kris langsung mengadu dan jadilah Kris babak belur dihajar kekasih Ren dan Tao. Tidak sampai disitu saja penderitaan Kris, setelahnya ia masih harus menguras tabungan untuk membelikan kekasihnya belasan – atau bahkan mungkin puluhan, entahlah, Chanyeol terlalu malas menghitung – sepatu, dompet, pouch, dan tas Gucci keluaran terbaru agar Tao mau memaafkannya.

Kemudian minggu lalu, Chanyeol mendapati koleksi majalah-majalah dewasa Jongin a.k.a Kai dibakar oleh Kyungsoo.

Dan tadi pagi ia melihat tetangganya bertengkar dengan kekasihnya di depan rumah, keduanya saling melempar barang-barang sehingga menyebabkan kegaduhan dan mengundang perhatian dari warga sekitar. Chanyeol memperkirakan kerugian yang diamali pemilik rumah tersebut mencapai belasan hingga puluhan juta mengingat barang-barang yang dilempar dan dirusak bukan hanya barang-barang murah seperti sandal jepit, piring, dan gelas namun juga LCD TV, laptop, i-pad, i-phone, i-pod, lemari es, dan barang-barang berharga lainnya.

Kejadian-kejadian tersebut membuat Chanyeol semakin malas menjalani hubungan dengan seseorang, ia ingin hidup bahagia seperti ini, selamanya.

"Woo… Chanyeol hyung sudah pulang," seru Sehun saat melihat Chanyeol di ambang pintu.

"Biasa aja kali, tiap hari juga pulang kan," sahut namja berkulit tan yang sedang sibuk dengan sebuah majalah di tangannya.

Chanyeol tidak menanggapi kedua makhluk berbeda warna di ruang tengah, namja tinggi semampai tersebut langsung masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu dari dalam.

.

.

.

"Pulanglah bersamaku, Jae."

"Aniyo, aku pulang sendiri saja." Youngjae menutup risleting ransel dan memakainya di punggung, bersiap untuk pulang.

"Rumah kita kan searah, daripada aku pulang sendirian dan kau masih harus menunggu bus di depan sana lebih baik kita pulang bersama."

Youngjae hanya terdiam, tapi ia menghentikan langkahnya beberapa senti sebelum sampai di pintu ruang kerja mereka yang sudah terbuka. Otaknya memerintahkan untuk menolak ajakan Daehyun dan tetap berjalan pulang mendahului Daehyun, tapi mulutnya tidak bisa berbicara lagi dan kakinya seolah membeku.

Sesaat kemudian Daehyun sudah berada di sampingnya, merangkul pundaknya, dan mereka berdua pun berjalan beriringan menuju ke lift yang siap membawa mereka menuju ke basement, tempat mobil Daehyun diparkir.

TBC

.

.

.

. aku gak tau apa setelah ini aku masih bakal lanjutin ff ini lagi atau enggak karena ByunTae (baekhyun-taeyeon) couple uda dikonfirmasi sama SM jadi rasanya gimana gitu bikin ff yang cast-nya Baekhyun... Di juga masih ada beberapa ff lain dengan cast lain yang masih dalam proses dan belum di publish sama sekali, jadi mungkin aku akan fokus ngetik lanjutan yang lainnya aja...

Satu lagi, aku enggak benci atau gimana sama ByunTae couple, cuma emang rasanya gak enak aja jadinya nulis ff yaoi yang cast-nya Baekhyun.

.

.

.

^_^ Congratulations for Baekhyun & Taeyeon...