DDS sedang dilanda kedamaian. Dua minggu berturut-turut tidak ada kasus yang menghampiri, sehingga kami harus menjalani hari2 biasa seperti anak sekolah lainnya.
"Huaaaaaaaaaaaaaaaaah.. hari yang melelahkan!" Kyu ngedumel
"Tumben ya 2 minggu ini Jepang sedang damai2nya." Kata Megu
"Aku merindukan kasus. Aku selalu jadi pemeran tambahan di setiap kasus." Kata Kinta sewot
"Kau kan sering membantuku, Kinta" Kata Kazuma menghibur
"Itu karena kau tak bisa bekerja sendiri, makanya harus ada aku baru kau bisa kerja dengan benar.. *PLETAK*"Kinta lagi2 jitak kepala Kazuma
"HEI! APA SALAHKU?" Kata Kazuma sambil mengusap kepalanya
"Sudah2, kalian berdua.." Megu sweatdrop
"Ngomong2, selesai kelas, kok Nia dan Ryu menghilang ya?" Kata Kyu memecah suasana
"Eh, iya ya? Aku daritadi nggak liat mereka." Megu menambahkan. Kazuma dan Kinta menghentikan perkelahian mereka.
Di ruang kelas…
"Nia, mau makan bareng?" Tanya Ryu
"Eh, ngga usah.. aku nggak lapar kok.." Kata Nia. Wajahnya terlihat lesu dan pucat.
"Kamu sakit?" Tanya Ryu sambil menyentuh kening Nia untuk mengukur suhu tubuhnya.
"Nggak, kok.. aku mungkin kecapekan aja.." Kata Nia yang mulai beres2
"Kamu marah? Nggak biasanya kamu kayak gini…" Ryu mulai khawatir
"Aku nggak marah.. buat apa aku marah? Aku mau pulang dan langsung istirahat.. kamu mau ikut?"
"Aku masih ada urusan sebentar dengan Pak Nanami. Kalau kamu mau tunggu sebentar, aku pulang bareng kamu."
"Oh, yaudah kalo gitu. Aku pulang sendiri aja." Kata Nia
"Tapi, bener kamu gapapa?" Ryu mulai mendekati Nia dan menyentuh wajah Nia.
"Iya, aku gapapa.. Kamu tenang aja, ya.." Kata Nia sambil mengecup pipi Ryu dan langsung keluar kelas.
Ryu memperhatikan Nia sesaat setelah Nia keluar kelas. Ryu langsung menuju ruang Nanami.
Kyu dan Megu sedang makan di sebuah restoran fast-food di lantai 2. Sementara Kinta dan Kazuma kembali ke alamnya masing2.
"Meg, kamu gak makan?" Tanya Kyu yang memesan cukup banyak makanan
"Nggak ah.. aku nanti saja.. aku minum soda dulu, nanti baru pesan makanan." Kata Megu sambil mengambil gelas soda-nya
Kyu mulai makan dengan lahapnya hingga keselek (astaga). Megu yang tertawa melihat tingkah Kyu mulai panik dan memberikan Kyu air minum. Namun, tak berapa lama setelah kejadian itu…
"Hei, Meg… Sepertinya aku kenal wanita itu." Kata Kyu sambil melihat ke seberang jalan.
"Hee? Yang mana?" Megu bingung karena cukup banyak wanita di seberang jalan.
"itu, yang pake tas coklat, baju kuning." Kyu menunjuk wanita yang di maksud lewat kaca
"Ooh.. Itu Nia kan?" Kata Megu.
"Iya yah? Tapi kok sendirian? Ryu mana?" Tanya Kyu pada Megu
"Entah.. Seharian ini dia juga terlihat lesu."
"Putus?" Tanya Kyu yang setengah serius
"HUS! Gosip aja!"
Tiga mobil van hitam tiba2 datang. Sekelompok pria berjas hitam mulai memaksa Nia untuk masuk ke dalam van hitam tersebut. Kyu dan Megu yang melihat kejadian itu berlari menuju arah Nia. Nia sudah berhasil dibawa masuk ke dalam van oleh pria2 itu dalam keadaan tak sadarkan diri. Kyu dan Megu mulai berlari mengejar van tersebut. Mengetahui bahwa Nia di ikuti seseorang, van itu mulai mempercepat kecepatannya dan menghilang setelah tikungan pertama. Kyu yang sudah kelelahan langsung menelepon rekannya. Ryu yang pertama kali dihubungi.
*RING RING RING*
"Ya, Kyu? Ada apa?" Ryu mengangkat teleponnya
"Ni.. Nia…" Kyu tersengal "Nia diculik!"
"APA? DICULIK? SAMA SIAPA? DIMANA POSISIMU SEKARANG?" Ryu mulai panik dan menaikkan intonasi suaranya
"Percuma… Se.. Sebaiknya kau.. tunggu kami di DDS… Kami segera kesana.." Kyu masih tersengal
Ryu mematikan teleponnya. Handphone miliknya di genggam sangat erat sehingga menyebabkan retak kecil pada casing luarnya. Ryu kecewa pada dirinya dan geram akan penculik yang berani menculik Nia. Untunglah Pak Nanami tidak mendengar hal ini karena ia sedang berada di ruang Pak Dan yang cukup jauh dari ruangannya. Sesaat setelah itu, Pak Nanami masuk. Ryu memutuskan untuk memundurkan waktu tentang hal yang akan dibicarakan dengan alasan urusan mendadak. Ryu bergegas menuju gerbang depan DDS.
Kyu dan Megu akhirnya tiba. Disusul dengan Kinta, juga Kazuma yang siap membantu. Demi penjagaan rahasia, mereka memutuskan untuk membicarakan hal ini di tempat kejadian.
Setibanya di tempat kejadian, Kinta mulai mengambil gambar TKP. Kazuma mulai membuat ilustrasi imajinatif sesuai dengan pencitraan Megu lewat ingatannya. Ryu dan Kyu mulai memperhatikan lokasi sekitar dan mulai mencari petunjuk.
"Ryu, mereka menyembunyikan plat nomor van mereka. Jadi, butuh waktu lebih lama untuk melacak keberadaan van tersebut." Kata Kazuma
"Berapa lama waktu yang diperlukan?" Tanya Ryu
"Bisa sekitar 2 minggu." Kata Kazuma
"Sial! Waktu 2 minggu tidak akan cukup untuk menemukan van itu dan menyelamatkan Nia! Bisa saja mereka memperkosa dan membunuhnya! Atau mungkin dijual sebagai tenaga kerja illegal!" Ryu mulai geram. Tangannya dikepal kuat2 seolah bersiap meninju seseorang.
Megu yang melihat ekspresi Ryu merasa sangat sedih. Belum pernah hal ini terjadi sebelumnya pada Ryu. Ryu begitu mencemaskan keadaan Nia.
"Kalian… Pulanglah… Biar ku urus masalah ini sendiri." Kata Ryu yang sudah setengah putus asa.
"BICARA APA KAU? NIA ITU TEMAN KAMI DAN KAMI BERHAK MENYELAMATKAN DIA!" Kinta mulai tersulut oleh api kemarahan.
Kyu dan Kazuma menahan tubuh Kinta yang marah. Kinta sudah bersiap meninju wajah Ryu. Megu datang dan menghampiri Ryu, menjelaskan semua kata2 yang ingin disampaikan oleh Kyu, Kinta, dan Kazuma.
"Ryu, kami ini satu tim. Kami tidak mungkin membiarkan dirimu terjerumus ke dalam masalah ini sendirian. Nia adalah teman kami juga. Kami ingin menyelamatkan orang yang juga kami sayangi. Bukan hanya kau yang menyayangi Nia. Kami juga. Kami mengerti perasaanmu saat ini." Kata Megu dengan bahasa yang lembut.
"Biarkan kami membantumu. Bekerja bersama akan lebih cepat daripada bekerja sendiri." Megu mulai menyentuh pundak Ryu.
Ryu hanya diam dan tertunduk. Pipinya mulai basah karena air mata yang mengalir dari kedua matanya. Keputus-asaan, rasa kecewa, amarah, sedih, semua bercampur aduk dalam dirinya. Ryu yang dahulu berpikir jernih, kini tak dapat berkata2. Pikirannya selalu di hantui oleh keselamatan Nia yang kini terancam. Ryu membalikkan badan dan pergi. Tanpa berkata apapun, dia terus mencari bukti2 tersisa di tempat kejadian hingga malam menjelang. Kyu, Megu, Kinta, dan Kazuma mulai menitikkan air mata karena melihat perjuangan Ryu yang begitu keras demi menyelamatkan wanita yang dicintainya.
Matahari mulai bangun dari tidurnya. Ryu yang duduk termenung di atas kasur tidak dapat menutup matanya. Ia bahkan tidak tidur karena pikirannya terus dihantui. Perut yang sudah lapar-pun dibiarkannya berbunyi. Segala aktifitas sehari2nya tidak dijalankan. Suasana kamar yang suram pun pecah dengan bunyi telepon.
*RING RING RING*
Ryu bergegas mengangkat telepon. Telepon itu berasal dari nomor Nia.
"NIA! KAMU DIMANA?" Ryu berteriak karena cemas dan khawatir akan keadaan Nia.
"… hehehehe… Jangan Khawatir, pria cantik. Dia masih hidup." Suara seorang pria yang disamarkan dengan mesin terdengar lewat telepon itu.
"Sialan.. APA YANG KAMU INGINKAN?" Ryu mulai terbakar api amarah
"ckckck… Jangan marah2.. nanti cepat tua. Sudah, makan dulu sana (iklan mie ayam special)"
"JANGAN MAIN2!"
"Ooo~ Mau serius ya? Padahal aku ingin bersenang2 denganmu, pria cantik!" Suara pria itu meledek Ryu yang semakin geram.
"Baiklah. Kita serius. Kita bermain secara cepat dan singkat. Peraturannya simple. Tidak ada pihak lain yang terlibat dalam permainan ini. Hanya kau, aku, dan Nia." Pria itu melanjutkan pembicaraannya.
"JANGAN KAU LIBATKAN NIA DALAM MASALAH INI! URUSAN INI HANYA ANTARA KAU DAN AKU!" Ryu membentak pria itu
"hahahaha… Kau tak mau libatkan dia? Ku berikan dua pilihan. Bunuh, atau main? Hahahaha….."
"SIALAN! LEPASKAN DIA!"
"Pria cantik, aku tak memiliki pilihan itu dalam pertanyaanku. Biar ku ulangi lagi. Jika kau menjawab salah atau tidak menjawab pertanyaanku, pilihan pertama-lah yang akan menjadi pilihanmu. BUNUH, atau MAIN?" Pria itu mulai menegaskan pilihannya.
"Baiklah. Dia main. TAPI JANGAN PERNAH KAU SENTUH DIA."
"Ups~ aku hampir saja melakukannya. Untung saja kau mengingatkanku, pria cantik." Pria itu terlihat sangat senang. "Aku ini pria baik. Aku akan memberikanmu kesempatan untuk berbicara kepada kekasihmu yang cantik ini. Berdoalah semoga ini tak menjadi perbincangan terakhir kaliaaaan~"
"Ryu…" Nia mulai mengambil alih pembicaraan
"Nia.. Maaf.. sungguh maafkan aku.."
"Itu tidak penting. Tolong… Jangan kemari… Jangan ikuti permainan mereka.. mereka telah memasang jebakan untukmu. Mereka akan…"
*CTAAAR* Suara cambuk memotong pembicaraan Nia, di ikuti oleh suara jeritan sakit dari Nia.
"NIAAA!"
"Waktumu berbicara sudah habis, cantik. Dan kamu sudah melewati batas pembicaraan yang seharusnya." Pria itu kembali mengambil alih pembicaraan
"JANGAN KAU SAKITI DIA!" Ryu mulai geram dan kembali menitikkan air mata.
"Aku tak menyakitinya. Anak buahku-lah yang menyakitinya." Pria itu terdengar sangat senang.
"… baiklah. Kita percepat masalah ini. Apa permainanmu?" Ryu mulai menenangkan diri di dalam keputus-asaannya.
"Cukup mudah. Kau hanya pergi ke taman Kaguya. Disana kau akan tau apa yang harus kau lakukan." Kata pria itu mulai serius.
"Kapan waktunya?"
"Besok. Jam 12.00 tepat. Bersantailah sejenak. Isilah tenagamu karena hari esok akan menjadi saaaaangat menyenangkan… HAHAHAHAHA" Pria itu tertawa senang. "Ingat… Tak ada pihak lain yang ikut dalam permainan ini. Hanya kau, aku, dan Nia." Pria itu langsung menutup teleponnya.
Keadaan ini membuat Ryu semakin terpojok. Apakah ia berhasil menyelamatkan Nia? Apakah yang dimaksud jebakan dalam kata2 Nia sebelumnya? Bagaimanakah kelanjutannya? Liat besok bisa lanjut atau ngga… :p
