Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pairing : Sasuke X Naruto
Warn : OOC, Yaoi, BL, Typos
Don't Like, Don't Read
You Like, Read It
.
.
.
.
.
"Ayo kita bercerai"
Kedua pasang bola mata beda warna itu saling memandang satu sama lain. Saling mengungkap dan mencari keseriusan dari tiga kata yang terucap tadi
"Kau sudah punya calon suami baru?" Pemuda tampan berambut raven mengajukan pertanyaan
"Kenapa? Cemburu?" balas si pirang sambil tersenyum tipis
Si Raven yang ditanya seperti itu pun hanya menatap datar kemudian memalingkan wajahnya menatap jalanan luar melalui kaca jendela di sampingnya
Pukul delapan pagi.
Mereka berjanji untuk bertemu di sebuah cafe favorit mereka–dulu– untuk membicarakan suatu hal yang penting. Dan hal penting yang mereka bicarakan adalah
Perceraian
Naruto menatap calon mantan suami yang ada di hadapannya dengan sendu. Dia tidak pernah berharap untuk mengucapkan kata perceraian dalam hubungan pernikahan mereka. Karena dulu mereka saling berjanji untuk selalu bersama selamanya, sampai maut memisahkan
Sasuke yang merasa ditatap pun memalingkan wajahnya balas menatap seseorang di depannya. Ditatapnya lekat-lekat pria yang sampai detik ini masih berstatus sebagai 'istri'nya tersebut. Masih cantik seperti biasa. Matanya masih indah seperti biasa. Dan senyumannya masih menawan seperti biasa
Keheningan tercipta diantara keduanya. Didukung oleh suasana cafe yang juga sepi di pagi hari seperti ini.
"Sasuke, jika kau sibuk, aku saja yang akan mengurusnya" naruto memulai pembicaraan, "Biar aku saja yang menjadi penggugat" sambungnya
"Kenapa baru sekarang?" sasuke balas bertanya. Naruto mengernyitkan dahinya heran, "Apa maksud mu?"
"Kenapa kau menggugat cerai setelah satu tahun berjalan? Kenapa tidak sebelum-sebelum ini?" sasuke bertanya panjang lebar kepada naruto
"Jadi kau ingin lebih cepat bercerai dari ku, ya?" naruto memsang wajah sedih yang dibuat-buat
"Hentikan wajah dobe mu itu" ucap Sasuke sarkas. Tanpa sasuke sadari, kedua ujung bibirnya tertarik sedikit ke atas
Naruto yang melihat pergerakan kecil pada bibir Sasuke pun langsung mencubit gemas kedua pipi Sasuke dengan kedua tanganya
"Kalau tersenyum tidak usah irit-irit begitu, tuan uchiha yang terhormat" sasuke menangkup kedua tangan Naruto yang ada di pipinya. Menurunkannya perlahan dan menggenggammnya erat
Di atas meja cafe itu, ibu jari sasuke mengelus mesra tangan naruto yang ada di genggaman nya.
"Aku sudah lelah Sasuke, hubungan tarik ulur begini memang harus disudahi"
"Aku memberi waktu untuk otak dan hati ku agar selaras dalam berpikir, dan ternyata aku butuh waktu satu tahun. Cukup lama ya" Naruto tertawa renyah atas penjelasannya
"Aku kira kau sudah mempunyai calon suami baru" ujar sasuke menyahuti pernyataan naruto
"Aku juga sudah memikirkan itu dengan matang, mungkin aku tidak akan menikah lagi untuk waktu yang agak lama"
"Tapi untuk kekasih sepetinya aku akan segera mencarinya" sasuke langsung mencubit tangan naruto karena penjelasannya itu. Naruto pun refleks segera menarik tangannya yang di genggam sasuke
"Sakit teme!" naruto mengelus-elus tangannya sambil cemberut
Sasuke menatap jam di pergelangan tangannya, "Naru, aku ada meeting di kantor, aku pergi dulu"
Sasuke bangkit dari kursinya dan mendekati Naruto. Di kecupnya pucuk kepala Naruto dengan lembut dan ditatapnya mata saphire indah itu, "Terserah apa yang mau kau lakukan, aku menyerahkan semuanya padamu"
Naruto menatap kepergian Sasuke dengan wajah datar. Terserah apa yang mau dia lakukan katanya? Naruto menggeleng tidak percaya
Kenapa sasuke sama sekali ttidak terbebani dengan semua ini? Kenapa dia terlihat sangat santai dengan masalah mereka?
Dia saja membutuhkan waktu satu tahun untuk bisa dengan kuat dan tegar untuk mengucapkan kalimat 'Ayo kita bercerai' tanpa menumpahkan air mata
Naruto mendongakkan kepala. Menahan air di matanya agar tidak tumpah. Tapi semakin di tahan justru semakin banyak, dia tidak kuat lagi
Diletakkannya kepala pirang diatas meja. Dia tidak boleh menunjukkan air matanya pada siapapun, pada sasuke sekalipun
Ah, bicara tentang Sasuke, bagaimana bisa dia tetap bertingkah romantis dan manis terhadapnya? Tidakkah sasuke sadar bahwa mereka sebentar lagi akan bercerai?
Sungguh, mereka berdua itu lebih terlihat seperti pasangan baru menikah ketimbang pasangan yang akan bercerai
.
.
.
.
.
Naruto melihat jam tangannya. Sudah dua puluh menit dia duduk di ruang tunggu tapi orang yang di nanti masih belum memperlihatkan batang hidungnya. Panggilannya pun juga tidak diangkat
Naruto berjengit kaget saat seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Dengan segera Ia menolehkan kepalanya, "Shikamaru?"
"Naruto, maaf membuatmu menunggu. Aku sedang mengemudi tadi" shikamaru memberi penjelasan dengan sedikit terengah, "Kalau begitu langsung saja ke ruanganku" Shikamaru menarik pergelangan Naruto
Si pirang yang tidak siap pun mengikuti langkah kaki jenjang Shikamaru dengan kepayahan, "Hei-hei Shika, pelan-pelan!"
Tak berselang lama, sampailah mereka di ruangan Shikamaru. Naruto pun di persilahkan duduk
"Jadi, bagaimana?" Shikamaru memulai pembicaran. Naruto mendesah pasrah, "Sudah diputuskan"
"Butuh Mediasi? Aku akan memberikanmu waktu mediasi untuk beberapa bulan kedepan jika kau bersedia" Shikamaru memberi usulan
Naruto tertawa kecil, "Untuk apa mediasi? Tergugat bahkan sudah menyetujui"
Shikamaru menatap klien di depannya dengan iba. Seumur-umur, baru kali ini dia merasa iba dengan klien nya. Sudah ratusan gugatan cerai yang dia tangani dengan motif gugatan yang bermacam-macam. Tapi kenapa kasus yang satu ini bisa menyentuh hatinya?
"Shika, Shikamaru! Kenapa kau malah melamun?" Naruto menggoyang-goyangkan tangannya di depan wajah Shikamaru
"Huh, Mendokusai. Cobalah untuk kau pikirkan lagi Naruto, tidak perlu terburu-buru" saran bijak meluncur dari mulut Shikamaru. Naruto tersenyum menanggapi saran Shikamaru. Padahal mereka baru berteman satu tahun ini, tapi rasanya seperti kawan lama saja
"Tidak apa Shika, toh kami bercerai dengan baik-baik, damai, tanpa pertikaian" Naruto menggenggam tangan pria di depannya, "Kami bahkan melakukan sarapan romantis kemarin"
"Jika kau sudah seyakin itu, aku sudah tidak bisa berbuat banyak. Akan aku siapkan berkasnya segera" Shikamaru bangkit dari duduknya, Naruto pun melakukan hal yang sama
Secara tiba-tiba Naruto memeluk Shikamaru, Shikamaru terbelalak kaget dan berdiri dengan kaku, "Apa yang kau lakukan Naru?"
"Aku hanya merasa ingin memeluk seseorang" Naruto semakin mengeratkan pelukannya. Shikamaru melingkarkan tangannya di pinggang Naruto dan mengucapkan sesuatu tepat di telinga nya,
"Kau tau Naruto, sebenarnya pria sangat takut untuk ditinggalkan pasangannya. Hanya saja mereka lebih memilih menyembunyikan perasaan itu agar tidak terlihat lemah"
Naruto melepas pelukannya dan mulai menatap Shikamaru, "Mungkin saja Sasuke merasakan kesedihan seperti yang kau rasakan, tapi dia tidak menunjukkannya pada mu. Jadi, cobalah mencari tahu. Mungkin itu bisa menjadi alasanmu untuk mencabut surat gugatan nanti"
Shikamaru mengusap helaian pirang naruto, "Baiklah, aku akan mencari tahu"
.
.
.
.
.
Naruto berjalan pelan menuju meja resepsionis di gedung Uchiha corp milik calon mantan suaminya, dan langsung di sambut teriakan histeris, "NAMIKAZE-SAN!" , yang diteriaki hanya meringis sambil menyentuh telinganya
"Shizune-neechan tidak perlu berteriak begitu kan?"
"Aku sangattttt merindukanmu naruto, kau kemana saja?! Kenapa tidak pernah menghubungi ku?!" raut kesalpun tercetak jelas di wajah wanita berambut pendek itu
"Ahh, Sasuke di kantor?" Naruto mengalihhkan pembicaraan. Shizune yang pertanyaannya tidak dijawab pun melipat kedua tangan di dada, mulutnya membisu, masih dengan wajah kesal
"Shizune-nee ini sangat penting dan harus dilakukan sekarang, jadi pertanyaan tadi disimpan dulu saja, ya?" mohon Naruto memelas
"Hah, baiklah baiklah. Suami mu sudah selesai rapat tiga puluh menit yang lalu, jadi kemungkinan dia ada di dalam ruangannya sekarang" ujar Shizune sambil membuka catatan di Ipad nya
"Aku akan menghubunginya dulu" tangan Shizune yang akan memegang gagang telepon pun di hentikan Naruto, "Tidak perlu neechan, aku akan membuat kejutan" kata Naruto dengan cengiran khas nya
"Jaa~ aku akan ke ruangannya dulu" naruto melambaikan tangannya pada Shizune dan melangkah menuju lift
.
.
.
.
.
Dan disinilah Naruto, lantai tiga puluh. Tempat dimana ruangan suami–calon mantan– nya berada. Melangkah perlahan menuju satu-satunya ruangan yang ada di lantai tersebut.
Pintu kayu besar yang indah menyambut penglihatannya. Terpampang tulisan Executive Director di pintu itu. Tidak banyak yang berubah di perusahaan ini walaupun sudah satu tahun Naruto tidak melihatnya
Perlahan tapi pasti Naruto membuka pintu tersebut.
Dan matanya langsung disambut dengan pemandangan erotis, dimana seorang wanita berambut coklat sedang berada dipangkuan sang Executive Director yang duduk di kursi kebesarannya. Tak lupa tangan kekar yang memeluk pinggang si wanita dengan mesra
Kedua manusia yang yang sedang duduk itupun langsung berdiri terkejut, ekspresi takut-takutpun diperlihatkan sang wanita
Sasuke membersihkan tenggorokan, "Well, kau bisa keluar dulu, aku sedang kedatangan tamu istimewa" Sasuke mempersilahkan–mengusir– si wanita keluar dari ruangannya
"Tidak kah seharusnya aku yang keluar? Sepertinya aku mengganggu" sahut Naruto menimpali perkataan Sasuke
"Kau-tetap-disini-Naruto" kata Sasuke penuh penekanan. Si wanita yang mendapat tatapan tajam dari Sasuke pun segera keluar dari ruangan tersebut, tak lupa menutup pintu dengan tergesa
Sasuke mendudukkan lagi tubuhnya, "Apakah istriku kemari membawa bekal makan siang?" kata sasuke disertai seringai sexy nya
"Sepertinya kau sudah 'makan' suamiku, jadi bekal makan siang tidak akan berguna" naruto menekankan kata makan dalam kalimatnya
Naruto berjalan mendekati kursi Sasuke, "Tidak perlu cemburu, kau juga boleh duduk di pangkuanku"
Naruto memukul kepala Sasuke keras dengan berkas yang dibawanya, "teme mesum laknat"
"Aww" sasuke meringis mendapat pukulan dari Naruto yang tidak main-main
Naruto kemudian meletakkan berkas yang Ia gunakan untuk memukul kepala Sasuke ke atas meja, "Aku membawa ini, Sasuke"
"Apa ini?" Naruto tidak menjawab dan malah berjalan menuju jendela kaca besar di belakang kursi Sasuke
Sasuke yang menyadari keterdiaman Naruto pun segera membuka berkas yang disimpan di dalam map tersebut
Divorce Agreement
Sasuke tersenyum kecut memandang isi map tersebut. Sempat tadi, Ia merasakan gejolak kebahagiaan saat sang istri mendatangi ruangannya. Ia pikir Naruto kemari karena rindu atau sekedar berkunjung, tapi tidak Ia sangka justru berkas ini yang jadi alasannya
Sasuke ingin berteriak marah sejak dua hari yang lalu. Saat dengan lancangnya Naruto mengucapkan kata 'cerai' di hadapannya. Kenapa setelah satu tahun tidak bertemu justru kata itu yang muncul pertama kali dari bibir si pirang kesayangannya?
Sasuke meremas ujung meja untuk menyalurkan kemarahan. Dia tidak boleh marah. Karena sasuke sadar, ini semua memang salahnya, dari awal memang kesalahannya
"Sidang pertama akan diadakan dua minggu setelah kau menandatangani surat itu, Sasuke" Naruto berujar dengan membelakangi sasuke. Matanya dengan asyik memandang keluar jendela
"Aku bahkan belum menyiapkan kuasa hukum" kata sasuke menimpali
"Kalau begitu kau harus segera mencarinya Sasuke, bukankah semakin cepat semakin baik? Kita bersidang tidak hanya satu kali, tapi masih ada sidang kedua, ketiga, keemp––
Ucapan naruto terhenti saat Sasuke secara tiba-tiba memberikan back hug padanya. Mengeratkan tangannya pada perut naruto dan meletakkan kepalanya pada pundak kecil si pirang. Dan sebagai sentuhan terakhir, Ia memberikan kecupan pada pipi kanan Naruto
"Kenapa harus cepat-cepat? Lebih baik lambat asal selamat"
"Aku...sudah tidak sanggup menggenggam mu lebih lama lagi Sasuke" Naruto menyentuh tangan Sasuke yang ada di perutnya
"Apa sangat menyakitkan?"
"Baka Teme. Coba kau rasakan sendiri jika berada di posisiku" Naruto tertawa getir menanggapi pertanyaan Sasuke
Sasuke membalik tubuh Naruto. Membuat posisi mereka saling berhadapan satu sama lain. Membuat mata mereka bertatapan satu sama lain.
Sasuke menangkup wajah cantik naruto dengan kedua tangannya. Mendekatkan wajah kemudian memberikan ciuman dalam penuh perasaan di bibir plum Naruto
Naruto tidak tahan lagi, dia tidak sekuat itu.
Air mata yang sedari tadi Ia coba tahan perlahan mengalir disela ciuman mereka berdua.
Sasuke menghentikan ciumannya dan mencoba menghapus air mata dari saphire itu
Naruto menghentikan tangan sasuke, "Jangan dihapus Sasuke, biarkan mereka mengalir. Aku sudah membendungnya terlalu lama" air mata turun semakin deras dari kedua pelupuk mata itu. Sasuke memeluk Naruto erat
"Naruto, kau boleh pergi, hanya saja saat melakukannya, kau harus lebih bahagia daripada saat datang"
.
.
.
.
.
TBC
HAHAHAHA AKHIRNYA KESAMPAIAN JUGA BUAT NULIS FANFICT~
Gimana gimana pendapat para reader? Saya sangat-sangat newbi di dunia penulisan fanfict.
Jadi para reader sekalian, aku minta tips dan saran dalam menulis fanfict untuk menghasilkan yang lebih baik
Jangan lupa Like, Follow, Comment yaww:*
