Disclaimer : Rick Riordan
Warning : canon, fail hurt, typ, drabble
.
.
.
.
.
.
.
.
Semua kisah romansa selalu dan selalu berakhir bahagia. Tidak pernah ada rasa sakit di akhirnya, semua tersenyum gembira. Selalu saja begitu.
Pesta kemenangan dilaksanakan di Olympus. Pekemah dari dua perkemahan sama sama bergembira. Tak ada permusuhan karena perdamaian telah terlaksana. Para dewa-dewi ikut berpesta, sekalipun sebagian dari mereka kebingungan harus menggunakan sisi Yunani atau Romawi mereka. Jelas, Gaea telah terkalahkan, apa yang bisa membuat mereka cemas lagi?
Reyna agak menjauh dari keramaian—menempatkan dirinya di sudut ruangan. Reyna sempat melihat ibunya—wanita dengan bibir tipis dan ekspresi dingin yang sempat melirik sejenak ke arahnya. Sang praetor hanya menunduk, tak berani bertatap muka.
"Reyna." Seorang puteri dari Apollo menghampirinya. Reyna memaksa mengalihkan atensinya, "ada apa?"
"Kau dipanggil ke ruang singasana." Begitu katanya. Sekalipun ragu, Reyna tetap beranjak. Dirajutnya langkah menuju ruang tempat singasana para dewa-dewi itu. Ada apa?
"Dia datang." Suara itu ditangkap oleh indra pendengarnya begitu ia sampai didepan pintu megah berlapis emas itu. Dengan ragu, Reyna mendorong pintu, susah payah ia berusaha mengabaikan para pahlawan yang ada di dalam sana.
Reyna membungkuk sejenak. Jupiter—Zeus— mengamatinya sejenak sebelum menoleh ke sang dewi bulan. "Kau bisa bicara sekarang, Artemis."
Artemis. Reyna ingat sekarang.
"Reyna Avila Ramírez-Arellano." Suaranya tegas sekaligus merdu, membuat atensi seluruh penghuni ruangan yang hadir terpusat pada Reyna. Reyna rikuh juga, apalagi karena para pahlawan menatapya penasaran. "Aku menginginkan jawaban."
Thalia Grace—puteri Zeus sekaligus wakil Artemis— yang berada disana melayangkan tatapan 'apa-apaan-ini?' ke arah Reyna. Sang puteri Bellona sempat merasakan Annabeth terlonjak, Nico melirik tajam dan Percy mengguman, "jangan lagi."
Tapi tokohnya adalah Reyna. Keputusannya ada di tangan Reyna. Hazelnya melirik ibunya—yang duduk di kursi tamu, tengah menatapnya. Apa yang akan dipikirkan ibunya jika ia menerima? Siapa yang akan menggantikannya sebagai praetor?
Tapi, hati kecilnya berkata. Kau sudah melaksanakan tugas itu dengan baik, seseorang yang lebih pantas akan menggantikanmu. Dan Jason telah memutuskan untuk pergi. Jadi kenapa kau tidak bisa memulai semua dari awal juga. kau juga berhak untuk bahagia, Reyna.
Reyna menghela nafas, ditatapnya sang dewi dengan pendar rembulan. Bibirnya membuka, mengucap kata yang akan mengantarnya pada kehidupan baru.
"Aku bersumpah mengabdikan diriku pada dewi Artemis—"
"Rey, jangan—"
Itu suara Jason. Tapi Reyna telah membuat keputusan.
"—Aku lepaskan segala ikatan dengan laki-laki, menerima kegadisan selama-lamanya, dan bergabung dengan Perburuan."
"Aku terima."
Kau terlambat, Jason Grace.
kau tau, jason?
aku sudah lelah. lelah untuk jatuh. lelah untuk berusaha bangkit lagi. lelah untuk berusaha mengingatkanmu akan kenangan kita. lelah untuk mengejarmu. lelah membandingkan diriku sendiri dibanding gadis itu.
karena aku tak ada apa-apanya dibanding gadis sempurna itu.
karena aku sadar kita sudah tak bisa bersama.
karena untuk selamanya kau tidak akan pernah bisa menjadi milikku.
dan karena memang sudah saatnya untukku,
berhenti dan menetap juga,
menjauh,
darimu.
End.
