Disclaimer : Death Note belong to Takeshi Ohbata & Tsugumi Ohba, SM Entertaintment miliknya Lee So man XD (maap om pinjem)OC milik akuh ._.
Warning : OOC, abal, gaje, typos
hai minna, aku author baru nih, ini ff pertama yang aku publish di ffn, gomen klo masih banyak typo DX hiks.. oia aku masukin OC disni juga jadi kayak cross over ke korea ._. *plak yah gitu deh baca saja yak XD mohon kritik n sarannya ..
happy reading
.
.
.
.
Hujan deras tengah mengguyur kota Los Angeles sore ini. Terlihat mereka yang tidak membawa payung berlarian menghindari hujan yang cukup deras itu. Sedangkan yang lainnya memakai payung dan jas hujan bersiap menerjang hujan untuk sampai pulang ke rumah.
Gadis itu berlari menuju halte bus setelah pulang sekolah, di halte itu terlihat begitu sepi hanya ada satu orang dipinggiran yang sedang berjongkok dan menundukan kepalanya. Hari memang sudah hampir malam, ditambah dengan hujan lebat yang mengguyur membuat sosok yang sedang berjongkok itu hampir luput dari pandangan gadis itu. Dengan takut ia memperhatikan sosok itu dengan seksama, rambut raven yang agak basah terguyur hujan, kaos putih lengan panjang yang agak lusuh juga celana jeans belel yang ia gunakan menambah kesan seram.
Gadis itu menyimpulkan bahwa yang ada dihadapannya ini adalah seorang pemuda dan mungkin ia adalah salah seorang pengemis, karena ia melihat dari bentuk fisiknya meskipun ia tidak bisa melihat wajahnya karena pemuda itu terus menyembunyikan wajahnya diantara lututnya. Tubuhnya terlihat gemetar menahan dingin karena baju yang ia pakai pun kelihatan basah.
"Hei.. " sapa gadis itu dengan suara lirih, takut sang pemuda itu adalah salah satu dari orang tidak waras yang akan menyerangnya sewaktu-waktu. Otak dan fisik gadis itupun tidak sejalan. Otaknya memerintahkannya untuk mengabaikan saja pemuda itu, bahkan kalau perlu berlari sekencang-kencangnya dari tempat itu. Tapi fisik gadis itu malah terus menerus mendekati sang pemuda sampai berdiri dihadapan pemuda itu.
"Apa yang sedang tuan lakukan?" Tanya sang gadis perlahan. Mendengar ada yang menyapanya pemuda itupun mendongak, menatap gadis itu. Sang gadis terkesiap mendapati warna bola mata sang pemuda itu berwarna merah semerah darah. Menatapnya dengan tajam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Gadis itu pun bertanya lagi
" Tu-Tuan, apa tuan sedang sakit?" tanyanya ragu karena ternyata dapat ia simpulkan sang pemuda tidak jauh lebih tua darinya. Mungkin hanya selisih beberapa tahun saja, melihat dari wajah sang pemuda yang masih remaja.
Pemuda itu tetap tidak menjawab, hanya mengamati sang gadis. Entah apa yang ia fikirkan tentang gadis itu, ia terkesima atau terheran-heran karena gadis itu berani membalas tatapannya disaat orang-orang banyak yang mengucilkannya karena warna bola mata dan sikapnya yang aneh.
Mata merah itu pun menunduk, mengalihkan pandangannya pada aspal dibawahnya. Tiba-tiba sang gadis pun melepaskan syal merah yang ia pakai lalu mengulurkannya pada pemuda itu.
"Ini, pakailah kau pasti kedinginan" tawar gadis itu. Pemuda itu tetap diam dan malah melihat syal rajutan tebal berwarna merah yang diulurkan oleh gadis itu tanpa berniat untuk mengambilnya. Merasa diacuhkan sang gadispun menggerakan kepalanya lucu, mencoba untuk melihat mata sang pemuda untuk tau apa yang sedang difikirkannya karena sejak tadi ia hanya terdiam. Setelah beberapa menit tetap tidak ada reaksi akhirnya gadis itupun menyampirkan syal merahnya ke leher pemuda itu, lalu sedikit membelitkannya agar syal itu tidak terkena tanah.
"Ck! Kalau kau berada di luar rumah dengan baju seperti itu nanti bisa sakit" kata sang gadis sedikit kesal karena sejak tadi merasa tidak ditanggapi. Bus pun datang disaat yang sama.
"Busnya sudah datang, aku duluan ya" kata gadis itu yang langsung berlari menaiki bus dan meninggalkan sang pemuda yang masih tetap terdiam.
Setelah bus melaju dan hanya meninggalkannya seorang diri lagi, pemuda itu memandangi syal merah yang membelitnya itu sambil bergumam.
"Ayano Rezovka Von Durander" ia menggumamkan nama sang gadis yang sudah ia ketahui sejak pertama kali ia melihatnya tadi. Ya..matanya yang berwarna merah itu memiliki kelebihan diluar nalar, yaitu bisa melihat nama, tanggal lahir serta tanggal kematian orang yang dilihat. Mata shinigami, mungkin sering disebut seperti itu, entah itu adalah sebuah bakat atau kutukan? yang jelas Beyond Birthday, nama sang pemuda itu sudah memiliki mata itu sejak lahir.
.
.
.
.
.
Hari ini matahari begitu terik, membuat orang-orang memilih untuk berenang, ataupun melakukan kegiatan lainnya yang tidak membuat keluar keringat. Begitu juga Ayano, ia sekarang sedang berada di sebuah café pinggir jalan, hari ini ia berencana untuk membeli es krim rasa vanilla dengan topping wafer rolls kesukaannya. Tak lama pesanannya pun datang. Ayano memandang es krimnya dengan wajah yang berbinar-binar, tak sabar untuk menyantap dan membiarkan es krim itu meleleh melewati tenggorokannya yang lering. Ia pun mulai menyendok es krim itu dan menyantapnya. Sedikit terkejut dengan rasa dingin yang menyerang, namun tak lama sensasi lumeran manis dan dingin menyatu di mulut membuat rasa segar di hari yang sangat panas. Mungkin ayano terlalu fokus dengan eskrimnya sehingga ia tidak menyadari sudah ada seseorang yang berdiri disampingnya.
"Boleh saya duduk di sini?" sang suara baritone itu menginterupsi kegiatan Ayano menikmati suapan eskrimnya yang ketiga.
Ayano mendongakan kepalanya, melihat sang pemilik suara. Ayano sedikit terkejut dengan sosok itu, sosok yang ia lihat seminggu yang lalu, sang pemilik mata berwarna merah darah. Ya, sekarang pemuda itu telah berdiri er… tapi agak sedikit membungkukan badannya – (jika itu memang bisa disebut berdiri) di sampingnya sambil menjinjing sebuah kantung kertas.
"O-Oh..iya, silahkan" kata Ayano yang mempersilahkannya untuk duduk di bangku kosong dihadapannya. Hari ini memang Ayano tidak pergi bersama temannya, yah..tapi memang begitulah Ayano, ia tidak terlalu banyak mempunyai teman. Bukan, ia bukan orang yang antisosial ataupun orang yang susah untuk bergaul, justru ia adalah anak yang supel dan ramah terhadap semua orang. Ia hanya tidak ingin terlalu akrab dengan seseorang, karena ia takut rahasia yang selama ini ia pendam akan ketahuan nantinya.
Ayano terlihat seperti seorang gadis biasa berumur 16 tahun, ia tinggal bersama kedua orang tuanya yang notabene seorang pebisnis dan suka berpindah tempat. Ayahnya adalah orang keturunan Britannia dan bekerja di salah satu perusahaan industri mobil terkenal. Sedangkan ibunya adalah keturunan Korea-Jepang yang bekerja sebagai Designer salah satu majalah fashion ternama.
Kehidupan Ayano berjalan normal selayaknya anak-anak seumurnya, namun semenjak ia lolos audisi salah satu agensi besar Korea di Los Angeles ini setahun yang lalu ia diharuskan mengikuti training atau jadwal latihan yang sangat ketat.
Waktu yang seharusnya ia lakukan untuk bermain dan berkumpul bersama teman-teman pun jadi jarang ia dapatkan, bahkan hampir tidak pernah. Selain itu, tidak ada yang mengetahui tentang hal tersebut , kecuali kedua orang tuanya bahkan teman-temannya pun tidak ada yang tahu.
Sebenarnya Ayano adalah gadis yang sangat pintar, terbukti sejak ia duduk di sekolah dasar ia selalu mendapatkan peringkat pertama. Ia adalah anak yang sangat cepat tanggap menerima sesuatu yang baru diajarkan, bahkan yang ia lihat meskipun hanya satu detik, ia bisa langsung mengingatnya. Ya mungkin itu adalah bakat alam, jadi selama ini ia menyerap pelajaran di sekolah maupun dalam training hanya dengan cara mengingatnya dalam memori otak. Kemampuan Ayano luput dari pengetahuan kedua orang tuanya, mereka hanya berfikir bahwa Ayano adalah anak yang berbakat dan cerdas, bukan seorang dengan bakat Long Term Memory yang sangat menakjubkan.
Untuk kali ini Ayano harus merasa sedikit bersyukur karena ia mendapatkan hari libur selama beberapa hari menjelang musim panas. Hal yang sangat langka, mengingat sangat ketatnya jadwal yang ia hadapi sebagai calon artis.
"Ehm..tuan yang waktu itu kan?" Tanya Ayano agak canggung apalagi saat melihat sikap duduk yang aneh dari Beyond – jongkok (jika memang itu bisa disebut duduk) di kursi di hadapannya.
Pemuda itu tidak menjawab, lalu menyodorkan tas kertas itu kepada Ayano. Ayano yang mengerti pun langsung mengambilnya dan ia melihat isinya. Ternyata itu adalah syal merah yang waktu itu ia pinjamkan kepada Beyond, pemuda aneh di hadapannya sekarang.
"Terima kasih" kata Beyond singkat. Ayano masih saja terbengong saat mendengar Beyond mengucapkan kata itu tanpa ekspresi yang berarti. Namun Ayano pun tersenyum setelahnya.
"Iya, sama-sama, um..tuan..?"
"Rue Ryuzaki" katanya singkat, menggunakan nama palsu.
"Iya, tuan Rue Ryuzaki. Perkenalkan namaku Ayano " kata Ayano yang mencoba ramah masih dengan senyuman tipisnya.
"Apakah saya terlihat tua?" Tanya Beyond.
"Eh?" Ayano pun langsung mengerti maksud pertanyaan Beyond yang enggan jika dirinya dipanggil "Tuan" . Ayano mulai memperhatikan penampilan Beyond siang ini, memang terlihat sedikit berbeda dibanding seminggu yang lalu, sekarang bajunya terlihat bersih, yah walaupun ia masih memakai baju yang sama yaitu kaos putih lengan panjang dan celana jeans belel. Tapi setidaknya wajahnya terlihat lebih fresh, Ayano baru menyadari ternyata Beyond mempunyai rambut hitam legam yang sepertinya sangat kaku jika disentuh, seperti sengaja tidak disisir, wajah yang putih pucat, hidung mancung, bibir tipis tapi selalu terkatup, rahang yang tirus serta kantung mata yang bertengger di bawah mata merahnya yang besar dan tajam.
"Um..maaf, hehe kalau begitu er… kak Ryuzaki" kata Ayano tersenyum canggung. Sesaat mereka terdiam sampai seorang waiters menghampiri mereka untuk membawakan pesanan Beyond. Waiters itu meletakkan strawberry short cake di atas meja, melirik Beyond dengan tatapan yang sulit diartikan, lalu pergi meninggalkan mereka. Beyond mulai melirik sepotong kue pun mulai menyantap potongan-potongan strawberry yang menjadi topping kue itu.
"Um..kakak tinggal di mana? Sepertinya aku jarang melihat kakak" Tanya Ayano memecahkan keheningan yang membuatnya sedikit tidak nyaman.
"Saya tinggal diujung gang dekat halte bus" katanya sambil terus melahap mulai membelah kuenya dengan garpu lalu mencolek selai strawberry yang menjadi lapisan tengah kue itu.
"Oh, hum..kakak sangat suka strawberry ya?" Tanya Ayano yang melihat Beyond sejak tadi mencari-cari lapisan selai strawberry tanpa mempedulikan kuenya sudah terlihat hancur.
"Iya" jawabnya singkat
"Kakak masih kuliah atau sudah bekerja?"
Beyond mulai menghentikan kegiatan makannya dan menatap gadis itu dengan mata merahnya. Ayano sedikit bergidik ditatap oleh Beyond, ia takut kalau pertanyaannya itu malah menyinggungnya. Baru saja ia akan membuka mulutnya untuk meminta maaf, tapi Beyond dengan cepat menjawab
"Detektif"
"Apa?" Tanya lagi Ayano untuk memastikan jawaban Beyond yang terlalu cepat.
"Saya seorang detektif swasta" jelasnya.
"Oh benarkah?!Wah kakak hebat sekali!" kata Ayano yang menjadi sangat antusias. Bagaimana tidak, ia adalah salah satu penggemar cerita – cerita detektif dari novel - novel klasik, dan sekarang dihadapannya ia bertemu dengan seorang detektif sungguhan, ya walaupun penampilannya kurang meyakinkan, tapi entah kenapa Ayano langsung percaya saat Beyond berkata bahwa ia adalah seorang detektif. Percakapan antara Beyond dan Ayano memang sangat singkat dan hanya sebatas menanyakan hal yang umum saja. Setelah itu mereka tidak pernah berjumpa lagi satu sama lain.
TBC..
