Langit menangis.

Air hujan turun dengan derasnya, menyejukkan dan membawa bau yang enak, petrichor. Petrichor adalah kesukaan mereka, mereka yang berdiri di bawah halte dengan jarak 2 meter dan sama-sama tersenyum.

Karena menikmati hujan bersama adalah favorit mereka, dulu.

Dulu saat mereka bisa bermain hujan bersama, berdua menikmati ribuan tetes air yang membasahi mereka, menikmati petrichor yang menyegarkan, menikmati waktu berdua, karena hanya mereka orang dewasa yang suka bermain hujan dan berlari-lari seperti anak kecil.

Hanya mereka, dan itu dulu.

Kini mereka canggung, jarak dua meter saat hujan adalah cobaan terberat bagi masing-masing mereka.

Jungkook dan Taehyung adalah sahabat yang sama- mencintai waktu saat langit menangis, dan tersenyum bahagia saat ada pelangi setelah hujan, indah dan selalu jadi kesukaan.

Jarak dua meter saat ini seperti paku.

Inginnya mereka berjalan dan mendekat untuk kembali berbahagia atas langit yang menangis, namun setiap centi yang seolah paku seakan melukai mereka. Satu centi membawa mereka menuju harga diri yang terkuat. Inginnya berjalan lalu memeluk sang sahabat, namun memori yang lalu terlalu menusuk bagi Taehyung, dan terlalu rendahan untuk Jungkook yang tampak angkuh.

Taehyung dewasa, dan selalu begitu, seharusnya.

Taehyung hanya mencoba mempertahankan harga dirinya yang hanya seperti satu tetes air yang sekarang jatuh dihadapan Jungkook.

Dulu tidak pernah ada rasa sungkan diantara mereka, bermain, mandi bersama, tidur dan makan, semua- tentang Taehyung dan Jungkook. Bagaimana Jungkook yang menganggap Taehyung sebagai abangnya, dan Taehyung yang menganggap Jungkook sebagai adiknya. Taehyung ingat binar mata cantik itu saat tau bahwa mereka akan tidur bersama dan berakhir mengobrol sampai larut malam.

Karena semua hanya soal Jungkook banyak bercerita hanya pada Taehyung, dan Taehyung yang suka mendengar Jungkook berbicara, sederhana.

Dan Taehyung ingat betul bagaimana dengan netra hitam itu berbinar, menatap apa saja untuk menaruh kekagumannya saat menceritakan seseorang laki-laki cantik pujaan hatinya, Park Jimin.

Ya, Park Jimin.

Yang satu bulan lalu tiba-tiba datang ke rumahnya bersama dengan Hoseok dan Namjoon, teman kuliahnya. Malam itu, saat Namjoon dengan bahagianya mentraktir minuman dan segala makanan atas kencan suksesnya dengan Seokjin. Termasuk minuman keras.

Mereka meminumnya. Dan terbang dalam pikiran masing-masing, melepas beban pikiran dalam setiap tegukan. Berujung dengan Namjoon dan Hoseok yang pulang dijemput Seokjin, dan Jimin yang menginap di rumah Taehyung yang kosong.

Awalnya semua baik, tapi mabuk membawa mereka menuju jalan yang salah. Buta arah, dan nafsu yang tiba-tiba datang.

Berakhir dengan Taehyung mengukung Jimin di bawahnya, membuat Jimin mendesah atas namanya, membuat Jimin meremat rambutnya, membuat mereka lupa segalanya. Melakukan hal yang salah berjam-jam, karena mereka sudah buta.

Dan Taehyung sedang dalam kesialan.

Desahan pria dibawahnya membuatnya tuli, desahan halus tepat di telinganya beserta jilatan kecil hanya membuatnya semakin liar menghantam pria di bawahnya dan membuat decit ranjang semakin keras.

Tanpa menyadari pintu kamarnya terbuka pelan.

"Tae-tae-Taehyung?"

Ia ingat, waktu seolah berhenti detik itu.

Menyadari bahwa kegiatan berdosanya diketahui orang ia sudah malu, dan bertambah hancur saat ia menengok penuh dramatis saat tahu, itu suara lembut sahabatnya, suara lucu sahabatnya, itu suara yang selalu dengan ceria menceritakan tentang pria yang telanjang dibawahnya.

Jeon Jungkook melihatnya bermain dengan Jimin.

.

.

.

.

TBC

(:

Yhaaatt:) jd saiaa keknya ga lanjutin love fighter deh soalnya bingung sama ngatur kelasnya si taekook yg saya sendiri g ngerti wkwk, lagian love fighter nya kurang peminat wkwk tp kalo masih ada yg minat mungkin bisa ya dilanjut y liat ntar:) e ko jd panjang bener a/n nya HAWKWK! Review say- gils finally w bawa jimin diantara taekook lagi wkwk