Our Love Story

Pairing: HinataXSasuke slight SasukeXino, NarutoXHinata, ShikamaruxHinata

Gendre: romance, hurt comfrot, friendship

Warning: gak janji kalau fic ini bakal berakhir dengan happy ending. Gak suka ceritanya, ya udah... gak usah dibaca.

Disclaimner: Masashi Kishimoto

Summary: Sedari kecil, aku selalu bermimpi tentang banyak hal. Mulai dari mimpi kecil, hingga mimpi besar yang tidak mungkin akan tercapai.

Our Love Story

Namaku Hyuga Hinata, dan inilah kisahku...

Terlahir sebagai anak kedua dari keluarga yang hidupnya sangat amat sederhana, sejak kecil aku sudah terbiasa hidup susah, karena itu... meskipun sekarang kehidupan keluargaku tidak pernah menjadi lebih baik, aku tetap tidak mempermasalahkannya. Bagiku, yang penting kami bisa hidup dengan nyaman dan aku masih bisa melanjutkan pelajaran sampai di bangku kuliah seperti sekarang pun rasanya sudah sangat menyenangkan.

Harapanku sangat besar, aku harap... jika aku bisa menyelesaikan kuliahku, aku akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari sekarang dan aku akan memperbaiki kehidupan keluargaku, membuat mereka bahagia dan selalu tersenyum.

Sedari kecil, aku selalu bermimpi tentang banyak hal. Mulai dari mimpi kecil, hingga mimpi besar yang tidak mungkin akan tercapai. Karena aku berasal dari keluarga yang sangat sederhana, aku selalu berkhayal menjadi orang kaya yang punya banyak uang. Sebelum tidur, aku selalu memikirkan apa yang akan kulakukan jika aku punya banyak uang. Aku ingin membelikan Touchan, Kaachan, Neji-niichan dan hanabi baju yang bagus dan mahal, aku ingin membeli rumah mewah, aku ingin membangun usaha kecil-kecilan untuk keluargaku, dan aku ingin membelikan sebuah mobil untuk Touchan.

Aku tahu mimpiku sangat tinggi dan banyak, tapi aku tidak akan pernah berhenti untuk menggapainya. Selain mimpi-mimpi yang telah aku sebutkan tadi, aku masih punya satu mimpi yang tidak akan mungkin pernah tercapai. Mimpiku yang satu ini adalah...

Aku, ingin menjadi seorang gadis yang punya kisah hidup lebih dari kata biasa, aku ingin mempunyai peran yang penting dalam kehidupan, aku ingin berhenti menjadi gadis pojokan yang selalu dilupakan oleh orang lain. Aku ingin... dikenal oleh banyak orang, diterima oleh banyak orang dan... disukai oleh banyak orang.

Inilah kisahku,

Kisah dimana, secara perlahan mimpi yang aku pikir tidak akan bisa menjadi kenyataan itu terasa semakin mendekati kenyataan.

Our Love Story

"Shikamaru," Pria yang kupanggil namanya tersebut langsung menoleh kearahku saat aku berteriak memanggil namanya.

"Hinata-nee..." gumamnya pelan, dan terkesan malas memanggil namaku.

"Hm..." Aku tersenyum padanya, menarik nafasku dalam-dalam dan langsung berlari mendekatinya. Shikamaru terlihat menguap saat melihatku berlari seperti sekarang, haaaahhh... dia selalu terlihat mengantuk setiap kali berada didekatku.

"Shikamaru, maaf... aku membuatmu lama menunggu, maafkan aku!" Setelah aku berada tepat didepan pria yang sudah kuanggap adik ini, aku langsung membungkukkan badan, meminta maaf karena telah membuatnya lama menunggu.

"Merepotkan," kata Shikamaru malas.

"Maaf..." kataku pelan.

"Apa Bos gendut mu itu melarangku untuk pulang tepat waktu lagi, Neechan?" tanya Shikamaru yang sudah hafal dengan alasan kenapa aku selalu telat seperti sekarang ini. Aku hanya mengangguk, mengiyakan semua perkataannya.

"Haahh... merepotkan, ayo pulang!" kata Shikamaru yang langsung berjalan melewatiku.

Aku tersenyum lebar dan mengejar Shikamaru agar bisa berjalan disampingnya.

"Shikamaru, bagaimana kuliahmu hari ini?" tanyaku saat kami sudah berjalan beriringan.

"Sama seperti biasa, tapi hari ini aku harus berurusan dengan salah satu dosen paling killer di kampus..." Shikamaru pun mulai bercerita tentang apa yang dilakukaannya hari ini.

Nara Shikamaru, dia adalah salah satu teman terbaik yang aku punya. Usianya lebih muda satu tahun dariku, karena itu dia selalu memanggilku Neechan.

Aku mengenalnya lewat teman sekelasku saat sekolah yang merupakan sepupu dari Shikamaru, sejak pertama kali bertemu dua tahun yang lalu kami sudah sangat dekat, sampai sekarang.

Dulu, setelah lulus sekolah aku sempat menganggur karena tidak punya biaya untuk melanjutkan kuliah. Karena itu, sekarang aku dan Shikamaru sama-sama menjadi mahasiwa baru, tapi di Universitas yang berbeda.

Shikamaru anak yang sangat pintar, dia bisa masuk Universitas paling terkenal di tokyo tanpa tes, sedangkan aku yang hanya memiliki otak udang, hanya bisa masuk ke Universitas negeri biasa yang levelnya sangat amat jauh berbeda dari Universitas tempat Shikamaru kuliah. Universitasku dan Universitasnya seperti langit dan bumi.

Meskipun kami berbeda Universitas, tapi hal itu tidak menjadi halangan untuk kami selalu bertemu hampir setiap hari. Karena jarak antara kampus Shikamaru dan tempatku bekerja paruh waktu sangat dekat, dia selalu menungguku agar kami bisa pulang bersama seperti sekarang ini.

Aku sangat bahagia bisa memiliki seorang sahabat, seorang adik seperti Shikamaru.

Di tokyo ini aku tidak punya siapa-siapa, aku hanya punya Shikamaru. Keluargaku tinggal di sebuah desa terpencil yang sangat jauh dari tokyo.

Hampir lima belas menit kami berjalan kaki, akhirnya kami sampai ditempat dimana aku tinggal, sebuah sebuah rumah plat kecil dan kumuh yang ku sewa secara perbulan. Shikamaru sendiri tinggal berseberangan dengan tempatku tinggal, rumah susun yang disewanya secara pertahun itu benar-benar jauh berbeda dengan tempat tinggalku.

"Shikamaru nanti malam kita makan sama-sama lagi ya? Aku akan memasak mie ramen special untuk kita." Shikamaru yang berjalan sedikit didepanku langsung menoleh, menatap wajahku dengan tatapan malasnya dan kemudian menguap lebar.
"Haaahhh... mie ramen lagi? Neechan, aku ini bukan Naruto. Cinta pertamamu yang setiap hari tidak pernah bosan dengan mie ramen," kata Shikamaru dengan tampang malasnya. Sepertinya Shikamaru tidak suka jika aku sering-sering memasak mie ramen untuknya.

"Baiklah, kalau kau tidak suka mie ramen, aku akan memasak makanan yang lain." Aku menundukkan wajahku, sedikit sedih karena shikamaru tidak mau makan mie ramen lagi malam ini. Aku mungkin harus mengambil uang tabunganku untuk membeli bahan makanan untuk nanti malam, karena jujur aku sudah tidak punya banyak uang. Aku gajian minggu depan, jadi persiapan uangku untuk minggu ini sudah sangat menipis.

Sebenarnya aku bisa saja tidak mengajak Shikamaru untuk makan malam bersama di rumahku, tapi aku tidak suka makan sendirian.

"K-Kau ingin makan apa nanti malam?" tanyaku pelan.

"Mie ramen..."

"Eee?" Aku langsung mendongak, tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar.

"Jangan melihatku seperti itu Neechan, aku tadi hanya bercanda." Shikamaru langsung berjalan cepat didepanku. Aku yang tadi sempat berhenti melangkahkan kaki, hanya bisa tersenyum tipis dan kemudian berlari mengejar Shikamaru.

Shikamaru memang suka bercanda, tapi kadang candaannya benar-benar tidak lucu. Tapi tetap saja aku menyukainya.

Our Love Story

Malam harinya, aku benar-benar memasak mie ramen. Shikamaru datang ke rumahku sekitar pukul tujuh, lima menit kemudian kami langsung duduk didepan tv, dan kemudian makan dengan tenang, sambil sesekali mengobrol ringan. Rumahku ini benar-benar kecil, hanya ada satu ruangan yang sediki besar, diruangan inilah aku tidur, makan, belajar, bersantai dan menonton tv, benar-benar ruangan yang serba guna. Di samping pintu masuk kamarku ada sebuah dapur kecil yang biasa aku gunakan untuk memasak. Di sampingnya lagi adalah kamar mandi sekaligus wc. Benar-benar rumah yang sempit, tapi aku nyaman disini. Harga sewanya yang rendah dan keadaannya yang tenang benar-benar membuatku betah. Apalagi tempatnya berdekatan dengan tempat tinggal Shikamaru, hal itu menjadi poin tambahan, mengapa aku memutuskan tidak ingin pindah dari rumah kecil ini.

Setelah menghabiskan makan malam, aku dan Shikamaru memutuskan untuk bersantai di beranda kecil, dimana biasanya aku menjemur pakaianku. Disana ada dua buah kursi kayu yang biasa kami gunakan untuk duduk sambil menatap langit tokyo yang secara perlahan keindahannya mulai menghilang akibat semakin pesatnya pembangunan.

Di kota besar ini, aku tidak bisa dengan mudah menatap bintang dilangit. Polusi cahaya yang sangat banyak tidak memungkinkan untuk melihat indahnya cahaya bintang di malam hari.

Kota ini, adalah kota yang tidak pernah mati, jadi wajar saja jika cahaya lampu tidak pernah berhenti menerangi kota besar ini, hingga membuat cahaya bintang tidak lagi terlihat.

Di beranda kecil ini, aku dan Shikamaru biasa bercerita tentang banyak hal, aku akan menyeritakan semua masalahku dengannya, dan Shikamaru akan selalu mendengarkan. Meski kadang-kadang dia akan ketiduran saat mendengar aku bercerita.

Meskipun kami berteman dengan sangat dekat, tapi Shikamaru tidak pernah mau berbagi masalahnya denganku. Apakah karena dia memang tidak ada masalah atau memang dia orangnya sangat tertutup, aku juga tidak tahu.

Mungkin juga... aku bukanlah teman yang bisa dipercayainya. Entahlah, selain aku, Shikamaru juga punya banyak teman yang lain, mungkin dia menceritakan masalahnya pada salah satu temannya itu.

Selain aku, Dia punya tiga orang sahabat lain yang merupakan teman dekatnya sejak masih sekolah. Yang pertama adalah Sai, dia adalah pria yang selalu tersenyum, sifatnya yang tenang dan baik hati selalu menjadi nilai tambahnya. Ino dia adalah satu-satunya wanita diantara mereka berempat, dia adalah gadis yang sangat cantik, anggun, menawan, pintar dan baik hati. Semua orang menyukai gadis yang selalu berbicara lemah lembut itu, aku hanya pernah bertemu dengannya satu kali, dan sudah langsung mengkaguminya. Dan yang terakhir adalah Sasuke, aku belum pernah bertemu dengannya, tapi Shikamaru bilang, dia adala yang paling kekanak-kanakan, dia jago dalam menghafal, dan dia adalah yang paling muda diantara mereka berempat, usianya satu tahun di bawah Shikamaru,Sai dan Ino. Itu artinya dua tahun di bawahku.

Menurut cerita dari Shikamaru. Sai, Ino dan Sasuke terlibat dalam cinta segitiga. Sasuke sudah jatuh cinta pada Ino sejak mereka pertama kali bertemu di sekolah menengah, sedangkan Sai, tidak ada yang tahu kapan tepatnya dia mulai jatuh cinta pada gadis cantik yang selalu jadi primadona kelas tersebut. Shikamaru bilang, hubungan Sasuke dan Sai sempat merenggang, mereka bahkan hampir bermusuhan hanya karena memperebutkan seorang gadis.

Sasuke pernah menyatakan perasaannya pada Ino sebanyak dua kali, dan Sai pernah menyatakan perasaannya satu kali saat masih sekolah. Tapi Ino menolak mereka, dengan alasan hanya menganggap mereka sebagai seorang sahabat. Terakhir kali aku dengar, Ino berpacaran dengan Kabuto, senior mereka yang sangat terkenal dengan kepintarannya.

Kadang, aku sedikit iri dengan Ino. Dia gadis yang pintar dan selalu dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayanginya. Dia selalu menjadi primadona dimanapun dia berada, dia selalu menjadi pusat perhatian, dia adalah wanita yang sempurna. Sangat jauh berbeda denganku, aku hanya gadis biasa, terlalu biasa malah. Sekuat apapun aku berusaha, aku tidak akan pernah menjadi seperti dirinya.

"Nee... Shikamaru," panggilku.

"Nani?" Shikamaru yang tadinya hampir tertidur langsung menegakkan kembali kepalanya dan kemudian memandangku heran.

"Suatu saat nanti, aku ingin berhenti jadi gadis pojokan. Aku ingin... menjadi orang yang berguna bagi orang lain. Aku akan membuat, semua orang yang mengenalku tersenyum saat mereka memanggil namaku." Aku menatap langit malam sambil tersenyum. Shikamaru masih menatapku heran, tapi tidak lama kemudian dia langsung tersenyum dan kemudian mengacak rambutku pelan.

"Berusahalah, Neechan."

Tbc ...

Saya tahu, ceritanya mungkin sangat membosankan dan terkesan sangat datar. Saya minta maaf, saya hanya bisa membuat cerita yang seperti ini.

Terima kasih karena sudah membaca fic jelek dan abal saya ini.

Sampai ketemu di chapter yang akan datang. :D