Angel and The Beast

Himkyu's Present

SEVENTEEN fic_JungCheol / SeungHan ( x Jeonghan)

Genre : Romance Humor

Disclaimer : SEVENTEEN's cast are owned by PLEDIS, this fic by me (Himkyu as Miyu)

"Apa jadinya jika bidadari sekolah dan iblis mematikan menjadi sepasang kekasih?"

.

.

.

.

Belum usai masa hiatus, Miyu udah gatel pingin bikin fic lagi. Miyu lagi gatel-gatelnya dengan couple terunyu, mamah-papah SEVENTEEN ini. Jadi sebagai penyegar, Miyu baru bisa menyuguhkan openingnya (jadi harap maklum masih cukup pendek chapter ini). All 7stan! Happy reading ^^v

.

.

.

.

.

.

.


Ketak-ketik keyboard laptop saat itu begitu asyik terdengar dalam satu ruangan sarat kegelapan. Lampu tidak ada yang dihidupkan, dan penghuni bergumul dalam selimutnya. Cahaya laptop cukup menerangi dunia sempitnya yang ia huni sendiri dalam goa selimut yang cukup menyesakkan. Mouse nya mengklik bagian gambar di dalam monitor. Dentang tengah malam telah berbunyi 2 menit yang lalu. Namun dirinya tidak ada tanda-tanda akan memasuki alam tidur.

Horoscope today , Leo (23 Juli-22Agustus)

Colour : Red

Stuff : Bracelet

"Jadi, hari ini merah, ya?"

Pemuda dengan alis tebalnya itu, tampak berpikir matang akan sesuatu. Sampai akhirnya ia menutup monitor dan melompat dari balutan selimutnya. Melempar punggung dengan posisi terbaik di atas ranjangnya, tak lupa menerawang sejenak ke atas langit-langit kamarnya.

"Aku tahu apa yang harus kupakai…"

Pemuda itu tampak tersenyum-senyum sendiri dengan puas. Hingga gedoran pintu terdengar dari luar,

"CHOI SEUNGCHEOL! PERGI TIDUR, ATAU KAU TIDAK DAPAT JATAH SARAPANMU!"

.

.

.

.

.

.

.


Namaku adalah Choi Seungcheol. Umurku saat ini sudah 17 tahun. Aku lahir pada tanggal 8 Agustus, berzodiak Leo.

Di sekolah ini, tempat sekarang aku berdiri, Yunseo High School, adalah sekolah swasta khusus laki-laki yang terletak di Seoul. Tidak ada yang spesial dari sekolah ini—menurutku. Tidak juga ada laki-laki satupun yang berhasil menarik perhatianku untuk dijadikan teman.

Ya, pengecualian untuk 3 orang idiot yang kini tengah berlari meneriaki tidak waras namaku. Pria dengan wajah blasteran Amerika dan terlihat bahkan lebih 'bad boy' , bernama Choi Vernon, zodiac Aquarius. Pemuda dengan wajah tampan, namun paling tidak bisa diam, Won Woo, zodiac Cancer. Dan satu lagi yang…eumm… mungkin tampan dan 'normal', Kim Mingyu, Zodiac Aries.

Yah.. mereka tidak dikatakan teman juga, karena mereka hanyalah 'bawahanku'.

"Hey, Seungcheol. Kau hampir telat lagi , hebat juga kau bisa datang 5 menit sebelum bel. Tidak biasa." Wonwoo, pemuda sok tampan ini sudah merangkulku dan tertawa tidak jelas hingga membuatku memicing padanya.

"Lihat-lihat! Kau pakai kaos merah sekarang! Padahal kemarin kau ditegur pakai kaos warna hitam." Vernon, pemuda kurang ajar satu ini menarik-narik kaosku hingga angin luar bahkan meniup bagian perutku yang terbuka. Aku langsung menghajarnya hingga ia terperosok ke tanah. Tapi, ia hanya membalasnya dengan tawa bercanda. "Kau mau mati ternyata, Seungcheol."

Dari ketiganya, aku memperhatikan Mingyu yang hanya berdiri keren dan tertawa kecil. Sejauh ini ia tidak membuatku jengkel dengan perlakuannya. Tapi perlakuan semua perempuan di sekolah ini yang membuatku mual, terpesona dengan sosok atletis Mingyu dan segala kesempurnaannya. Menghiraukan siapa pria paling 'menakutkan' di sekolah ini tengah jengkel bukan kepalang.

Mungkin sejauh ini, kami layaknya siswa normal dan baik hati yang dapat berbaur dengan siswa lainnya. Dengan tingkah menyedihkan 2 pemuda keparat, 1 pemuda tampan nan angelic, dan aku, sebagai si pemuda dengan watak dingin, tidak setuju untuk disamakan dengan para siswa lemah di sekolah ini.

Splash!

Seorang pemuda dengan kacamata besar memuakkannya, dengan sangat tidak hati-hati malah menjatuhkan sebotol tinta hitam yang dibawanya. Apa yang terjadi membuatku sangat murka. Baju merah sebagai jimat keberuntunganku, luntur dengan warna gelap yang tidak kuharapkan.

Seluruh siswa yang berada di lorong sekolah dan melihat kejadian naas ini pun, terdiam tanpa sepatah kata pun setelah aku mendecak jengkel dan memelotot kasar pada si culun sialan ini.

GREP

Aku menjambak rambutnya tanpa ampun.

"Sudah punya mata empat, masih belum bisa melihat juga, eum?" nadaku tegas. Saliva pemuda di hadapanku begitu berat ditelannya. Hingga membuatku mendecih jijik melihat aksi memohon maafnya yang berulang kali ia perlihatkan. Aku tidak sudi mengampuni.

"Kenapa tidak sekalian saja, kau tidak usah memakai ini—" aku melepas kacamatanya. Menyodorkannya pada Vernon yang berdiri mengikik bagai kuda, dan menerima senang hati kacamatanya. Aku tahu apa yang akan dilakukan si idiot di sampingku tanpa kuberi perintah.

"Kumohon, Seungcheol-ah. Kembalikan kacamataku." Matanya menyipit mencoba mencari-cari bayang-bayang kacamatanya sudah bernasib sampai dimana. Namun sayang sekali, ia pasti sudah sangat kecewa ketika ia mendengar suara patahan yang cukup keras. Malang sekali. Kacamata itu telah terbagi dua di tangan Vernon dan Wonwoo.

"Kau sudi meminta kacamata dariku setelah kau mengotori pakaianku?! Bahkan kau tidak bisa membersihkan nodanya kembali hari ini. jadi, ya sudah. Katakan selamat tinggal untuk kacamatamu yang berharga."

Pemuda itu menangis dalam cengkeramanku. Tapi aku masih belum puas menyakiti orang yang telah membuat suasana hati ini panas. Aku juga belum puas melihat ekspresi mengasini yang berada di sekitarku.

Tubuh rentan itu kulempar ke lantai. Mingyu (yang kalian kira adalah seorang pangeran berkuda putih) melempar keras tas si culun dengan tendangan kuat khas pemain sepak bola. Vernon mengambil botol tinta yang masih ada isinya. Dan Won woo memegangi kuat dua lengan pemuda itu hingga ia tak lepas berbaring di lantai.

Walaupun berkali-kali meronta dan meminta tolong, tak ada siapapun yang berani menolongnya. aku tertawa kasihan. Bahkan guru-guru pun akan enggan mengurusi jika sudah berhadapan dengan 'kami'.

Sekali lagi, aku menjambak rambutnya hingga kepalanya benar-benar mencium lantai. ia meraung-raung memohon ampun. "Apa zodiakmu, bodoh?"

"G-Gemini.."

Senyum miringku tersungging. Aku meminta Vernon menyodorkan botol tintanya, dan hendak kujatuhkan semua isinya ke atas wajah pemuda malang ini. "Baguslah. Karena hari ini, Gemini tidak beruntung."

Namun sebelum aku berhasil melakukannya..

"BERHENTI SAMPAI DISITU, CHOI-SEUNG-CHEOL!"

Tanganku seketika berhenti. Dan aku menghela nafas dengan tidak suka.

"S—Seungcheol, sepertinya sang bidadari sedang marah pada kita—lagi." Vernon memberi instruksi padaku yang tengah membelakangi 'sang bidadari' yang ia maksud. hatiku semakin dibuat jengkel ketika tapak sepatu itu terdengar menggema di lorong yang hening.

Aku bangun dengan perlahan. Berdiri angkuh. Mencoba berhadapan dengannya dengan ekspresi sesantai mungkin, yang malah membuatnya semakin kesal.

"Oh, hai, Bidadari cantik yang baru saja turun dari surga. Apa pagimu menyenangkan?" aku sedikit menggodainya. Dan dia hanya memicing padaku, dengan 1000x kemurkaan terpancar daripada sebelumnya ia pernah menegur kami.

"Kau lagi?! Sudah berapa kali aku menegurmu untuk seminggu ini?!" ia mengeluarkan notesnya yang berharga. Berisi catatan-catatan pelanggaran yang paling keramat pernah dilakukan para siswa. Termasuk kami, sebagai—

"Kalian memecahkan rekor sebagai pelanggar paling rutin setiap harinya!" ia dengan berani mengulurkan catatannya tepat di hadapan wajahku. Seolah ia menunutut penjelasan dengan segala kelelahan yang ia hamburkan untuk melayani kami.

Namun aku justru semakin suka untuk menggodainya.

"Kalau kau ingin membuatku berhenti melakukan pelanggaran, kenapa kau tidak jadi pacarku saja dulu, Yoon Jeonghan?"

Skak mat! Ia terdiam dengan pelototan kasar. Namun aku merasa tergelitik dan tertawa tiada henti melihatnya tidak bisa berkata-kata mendengarkan pertanyaanku yang keterlaluan. Memang hanya bercanda.

Karena Jeonghan adalah pemuda paling cantik di sekolah ini, bahkan semua orang memanggilnya "Bidadari". Semua siswa sepertinya sering berpikir seperti aku, ingin menjadikannya sebagai 'pacar' jika dia adalah perempuan. Makanya tidak sedikit yang sudah menggodainya. Dan tidak sedikit itu pula, si Ketua Osis cerewet ini akan menghukum satu persatu yang telah menggodainya.

Namun, pengecualian untukku.

Dengan wajah serius dan lenguhan nafasnya yang terdengar putus asa.

"Kalau itu bisa menghentikanmu dan teman-temanmu, maka aku mau jadi pacarmu."

"APA?!"

Dan seketika, keheningan kembali terjadi.

Ketika kali ini aku yang berwajah serius menanggapi pernyataannya, meminta kesungguhan dari penyataannya barusan. Ia justru puas meremehkanku dengan senyumnya. Menantangku dalam permainannya, yang justru membuatku bergidik.

Kenapa candaanku barusan ditanggapinya serius?

"Sekarang, lepas gelangmu. Tidak diperbolehkan menggunakan pernak pernik ke sekolah." Jeonghan dengan gesit dan tanpa ampun merampas gelang keberuntunganku.

"dan ganti bajumu yang jelek itu, atau—" ia pun mencengkeram pakaianku, dan menatapku terlalu dekat, hingga membuat jantungku kehilangan kendali. Aku baru sadar, ia terlalu cantik jika dilihat sedekat ini. "Aku yang akan melepaskannya untukmu."

.

.

.

.

.

.

.

.

.


Author's POV

Seungcheol seolah kehilangan nyawanya. Ia merebahkan kepalanya yang berat di atas meja. Menyembunyikan wajah menyedihkannya saat ini. Ketiga temannya yang kini mengitarinya, begitu iba dengan kejadian yang menimpa ketuanya itu.

"Jika aku harus menangis, aku ingin menangis saat ini juga." Seungcheol pertama kalinya dipermalukan sejauh ini. Ia sangat sulit menerima bayang-bayang dirinya dipermainkan Jeonghan , masih tersangkut di dalam kepalanya. Ia ingin membersihkannya segera. Tapi ia tidak tahu caranya.

"Jujur, aku juga tidak bisa berkata apapun saat ini." Mingyu mulai angkat bicara setelah sebelumnya ia hanya bisa jadi pemuda baik hati yang pendiam dan tidak bermasalah. "Tapi, jika seorang Jeonghan berkata begitu, aku rasa kau cocok-cocok saja dengannya."

"Ya, lagipula dia cantik. Tidak ada bedanya dengan perempuan. Bahkan ia bisa lebih cantik dari kakakku." Ucap Wonwoo sambil membayangkan wajah kakak perempuannya.

"Bahkan kalau aku jadi kau, aku tidak keberatan." Vernon pun ikut berbaur.

Namun semua dukungan itu malah membuat Seungcheol semakin murka. Ia menegapkan posisi duduknya, dan dengan berani menampar ketiga temannya tepat di wajah. Seluruh siswa di dalam kelas saat itu, sampai bergidik melihat aksi Seungcheol yang tiada ampun. Memang tidak bisa diganggu mood seekor singa buas.

"KALIAN SAJA YANG BERPACARAN DENGANNYA! Kalian semua itu kan tidak normal!"

Vernon, Wonwoo, dan Mingyu meringis sambil menunduk sesal kepala mereka.

Seungcheol menangkupkan tangannya. Ia memicing, begitu serius menatapi papan tulis di depannya. Adrenalinnya mulai mengendalikan sesuatu.

"Jika memang ia ingin bermain dalam permainan ini, akan kulakukan. Akan kubuat dia menyesali perbuatannya. Siapa yang akan tahan dengan hubungan menjijikkan ini?"

Vernon, Wonwoo, dan Mingyu saling bertatapan. Sejauh ini mereka belum bisa menangkap maksud Seungcheol berbicara pada dirinya sendiri.

Seungcheol hanya bisa tersenyum.

"Ia musuh terbesarku saat ini."

.

.

.

.

.

Horoscope Today

Someone who unpredictable can ruin your day, today. Be careful. You take the challenge, but you have to handle this by yourself.

Enemy : Libra

.

.

.

.

.

TBC


Mohon maaf sebesar-besarnya Miyu menghilang tanpa bilang-bilang. Sekarang Miyu punya catatan besar untuk melanjutkan banyak fic yang bersambung (termasuk ini). Memang Miyu nyesel bikin ff chapteran banyak-banyak di masa-masa Miyu lagi ngadepin bulannya ujian TvT

Tapi, Miyu mengusahakan akan melanjutkan kembali kegiatan mengetik. Jika tidak ingin tertinggal, diharapkan readers 'follow' ceritanya saja dulu. Karena kemunculan Miyu udah kayak hantu aja -_-

Miyu lagi suka sama SEVENTEEN nih. Mereka unyu-unyu. Apalagi bias Miyu (aka si Cantik Jeonghan) sempet-sempetnya berhasil bikin Miyu kesemsem. Ditambah couple JeongCheol yang manis hampir bikin diabetes. _ Siapa disini yang bernasib sama? Harap acungkan bias kalian! hahaha

Ok, sampai disini dulu.. Karena fic ini (kemungkinan) hanya 2 chapter, jadi Miyu bisa percepat updatenya (aminn).

MAY TO REVIEW?