Alunan dari harmonika mengalun dengan merdunya. Terdengar jelas ada perasaan yang tersampaikan dalam setiap nada yang dilantunkannya membuat siapa saja terbuai saat mendengarkannya.

Musim gugur, daun momiji yang berguguran menambah kesan dramatis dan juga romantis bersamaan. Alunan itu terhenti saat sang pemain kini membuka kedua kelopak matanya hingga menampilkan mata sehitam arang yang mempesona.

"Apa aku datang terlambat?"

Satu pertanyaan dari sosok yang baru saja datang dengan napas terengah-engah. Sosok perempuan dengan Coat hitam dan tudung putih yang menutupi kepalanya. Pandangannya terus tertuju kepada sosok yang masih terdiam menatap guguran daun momiji.

Pria yang sejak tadi memainkan harmonika, kini berdiri tanpa menghadap perempuan itu.

"Aku mengejarmu dan mengatakan jika aku sungguh-sungguh. Kau tetap tidak percaya akan usah ku memperjuangkan cinta ini. Aku tahu kau terluka karena masa lalu mu itu dan karena itu aku datang untuk menghapuskan luka itu. Semua lelaki brengsek dan aku meng iya kan itu. Karena pada kenyataan ya aku brengsek karena terus ingin mendapatkan mu. Jadi saat ini..."

Pria itu berbalik dengan tangan terlentang, menyambut untuk semua pelukan datang kepadanya.

"...tidak sama sekali Sakura. Kapan pun aku akan tetap menunggumu."

Detik itu pun, pelukan hangat bersambut dengan senyuman kelegaan dan setetes cairan bening turun melintasi kedua sisi wajah sang perempuannya.

Ketakutan akan menghadapi kenyataan yang menyakitkan adalah di khianati cinta yang sudah di percayai nya dan Sakura takut itu terulang. Namun, Kakashi membuktikan semuanya dan perasaannya itu sungguh-sungguh. Butuh waktu untuk memastikan hatinya juga dan kini semua sudah di putuskan akan pilihannya jika,

"Aku ingin hidup denganmu."

Kakashi mendengar ungkapan tulus Sakura akhirnya tersenyum lega dan mengelus surai merah muda lalu menciumnya lembut.

"Ya. Mari kita hidup bersama-sama."

Let Me Love You

Disclaimer : Naruto Masashi Kishimoto

Story by Me

Hatake Kakashi x Haruno Sakura

Hari itu hujan untuk pertama kalinya turun saat musim semi. Genangan air pada setiap jalanan terhentak saat langkah kaki menginjak dengan keras. Tidak perduli akan tubuh yang basah karena hujan terus menghujaminya, ia terus melangkah pergi dan sebisa mungkin pergi sejauh mungkin ke mana pun yang dapat membuatnya tidak merasakan kesakitan seperti saat ini.

Semua sama. Menyakitkan, dan penuh dengan kebohongan.

Hari ini, kita berjanji akan memperkuat perasaan ini dalam ikatan yang lebih mendalam. Namun kau mengingkarinya dengan sangat cara yang sangat menyakitkan.

Untuk apa perasaan cinta selama ini kau berikan?

Untuk apa janji yang kau tawarkan itu?

Untuk apa semua kau berikan kepadaku jika pada akhirnya kau melakukan semua ini kepadaku?

Tuhan, aku berharap semoga ini hanya mimpi dan aku terbangun dengan kebohongan yang semua tidaklah nyata. Aku lelah, karena dia adalah orang yang sangat aku cintai dan satu-satunya yang selama ini bersamaku.

.

Berlari melintasi jalan penuh genangan air dan menerjang hujan, pria yang melindungi diri hanya dengan tas jinjing yang di gunakannya seketika menghentikan langkahnya saat netra hitamnya melihat sosok perempuan dengan gaun putih berlari seperti tanpa arah.

Seharusnya yang ia lakukan adalah memberinya jalan, akan tetapi apa yang dilakukan nya kini membuat diri sendiripun keherananan akan tindakan yang dilakukannya.

Perempuan itu menubruknya dan memeluknya erat.

"Selamatkan aku, aku lelah."

"..."

"Sakit, sangat sakit."

Hujan rupanya tidak bisa di ajak berkompromi saat ini. Hujan masih sama derasnya dan mereka -ah pria itu tidak bisa bergerak karena pelukan erat dari perempuan yang entah siapa. Tangisan itu terdengar jelas walaupun suara hujan mendominasi saat ini.

Sebenarnya apa yang terjadi?

Kenapa hatinya ikut berdenyut mendengar tangisan yang terdengar sangat menyakitkan ini?

Tidak tahu kenapa dengan gerakan tangannya yang menyambut perempuan itu dan membalasnya. Mengusap punggung yang masih bergetar hebat itu ia hanya bisa membisukan sesuatu yang entah kenapa dengan ajaibnya membuat perempuan itu menghentikan tangisan nya.

Kini mereka saling menatap satu sama lain. Jemari pria itu terangkat dan menghapus butiran air mata yang bercampur hujan.

"Jangan takut, aku disini."

Pria itu bersumpah akan menampar mulutnya yang entah kenapa bisa mengucapkan kata-kata seperti itu kepada sosok asing ini. Dan ia Bersumpah jika ia sendiri tidak mengerti kenapa ia merundukan wajah dan mencium perempuan asing itu di tengah hujan dan sakura yang bermekaran.

.

.

.

Akatsuki apartement dimana mereka kini berada. Pria tadi membawa perempuan itu ke apartementnya yang terletak tidak jauh dari Hotel Akatsuki.

Pria itu adalah Hatake Kakashi, memiliki rambut silver dan luka di mata kirinya. Akan tetapi hal itu tidak menutup ketampanannya. Dia bekerja di Hotel Akatsuki sebagai GM dan tentu saja di apartemen ini kebanyakan adalah para karyawan Hotel. Oke, balik kepada topik awal. Karena tidak tahu harus bagaimana akhirnya pria itu membawa perempuan yang sampai saat ini hanya terdiam itu ke tempatnya dan ia harus meminta maaf akan tindakannya tadi.

"Sebelum kita berbicara silahkan bersihkan diri dulu nona." pria itu menyerahkan sebuah handuk dan juga pakaian ganti untuk perempuan itu. Kaos putih dengan celana pendek miliknya dan itu yang ia miliki di lemarinya.

"Maaf aku tidak mempunyai pakaian perempuan."

Perempuan itu masih terdiam dengan tatapan kosong.

Pria itu mendudukkan diri di samping perempuan itu dan ikut terdiam. Untuk pertama kalinya perasaanya berkecamuk dan merasakan ketidak enakan.

"Maaf atas-"

"Semua lelaki brengsek."

"Maksud-"

"Mereka semua sama dan hanya mempermainkan perasaan."

Pria itu memilih diam saat tahu jika perempuan itu sedang mengeluarkan isi hatinya. Tapi kata 'semua' membuatnya sedikit tidak suka. Bukan apa, tidak semua lelaki seperti itu bukan?

"Hari ini aku menunggunya di altar dan dia tidak datang. Aku mencemaskan nya takut akan terjadi sesuatu. Tapi," perempuan itu tertawa pelan dan itu sangat jelas jika dia menertawakan dirinya sendiri. "Aku hanyalah perempuan bodoh yang masih percaya dan menunggunya."

Perempuan itu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya -menangis kembali- dan terus Bergumam.

'Sakit.'

Tidak tahan lagi, pria itu menarik tubuh ringkih itu dan memeluknya.

"Sttt, semua akan baik-baik saja."

Siapapun pria itu, ia bersumpah jika yang dilakukannya kepada perempuan ini sangat keterlaluan.

.

.

Tidak lama setelah berganti pakaian, perempuan yang menyebutkan namanya itu dengan nama Haruno Sakura pergi setelah mengucapkan ;

"Terima kasih."

Meninggalkan Kakashi dengan perasaan aneh yang mengusiknya dan sesuatu yang entah apa itu membuatnya serasa sangat enggan melepaskannya.

"Ada apa denganku?" tanyanya kepada diri sendiri yang tidak mengerti dengan gejolak yang ada di hatinya.

"Ah, mungkin aku harus periksakan jantungku besok." gumamnya setelah menutup pintu dan berbalik menuju kamarnya.

Kalian tentunya percaya akan takdir bukan?

Ya. Seperti sudah menjadi benang merah jika aku harus kembali bertemu dengannya di situasi yang sama, saat dia dalam kesedihan dan lagi-lagi ia menolongnya dan membawa semuanya akan perasaan yang menjelaskan bagaimana jantungnya berdetak tidak normal saat melihat Haruno Sakura.

.

.

.

E N D (?)

Entah kenapa pengen bikin KakaSaku :D