Disclaimer : Hetalia Axis Powers / Hetalia World Series © Hidekaz Himaruya

Genre : ... mohon bantuannya, apakah ini cocok dimasukkan ke Tragedy?

Rating : T

Warning : OOC, Boys Love, AR/AU (jujur, saya masih bingung), miss-typo(s)

Summary : Tujuh dosa mematikan yang dilakukan oleh manusia. Berdasarkan series bikinan AkunoP

A/N: Mau dibilang lucu, sadis, apa kek. Saya emang lagi kacau mood-nya.

DON'T LIKE DON'T READ!

.

Seven Deadly Sins

~Superbia~

A Hetalia-Axis Powers Fanfiction

.

Pada suatu hari, ada sebuah kerajaan besar yang diperintah oleh seorang pangeran. Yang mengejutkan adalah, umur pangeran itu hanya empat belas tahun. Ia memiliki segala. Pesuruh yang menurutinya, benda-benda yang indah, dan kekayaan. Ia juga terkenal akan ketampanannya.

Tapi sang pangeran yang bernama Gilbert sangat takut jika ada yang ingin menggulingkannya dari tampuk kekuasaan. Ia memperlakukan rakyatnya semena-mena. Rakyatnya yang kesulitan hanya dianggap dari sebagian orang yang ingin menjatuhkannya. Ia ingin semua orang tunduk padanya.

Dia yang selalu benar, tak ada yang boleh menentangnya. Tak ada. Siapapun yang menentangnya hanya akan mati di tiang gantungan. Dialah yang paling sempurna, seperti yang selalu ia katakan pada dirinya sendiri.

Dia memang sangat tampan dan sempurna. Rambutnya yang berwarna keperakkan sangatlah indah bersinar layaknya sinar matahari. Matanya yang merah layaknya batu rubi dapat membuat orang tak berkutik.

Ia adalah seorang penyendiri, tidak percaya akan cinta, dan akan melakukan segalanya untuk menjadi kuat.

Namun ketidak percayaannya akan cinta itu runtuh seketika ketika dia bertemu dengan seorang lelaki di suatu konser. Lelaki itu begitu mempesonanya. Kepiawaiannya memainkan piano, wajah aristokratnya, membuat Gilbert terpana. Pangeran itu berasal dari negeri sebelah, Roderich.

Lelaki itu memiliki banyak penggemar. Gilbert tak peduli, yang ia inginkan hanya lelaki itu. Tapi yang membuatnya marah adalah bahwa Roderich telah memiliki seorang kekasih. Rambut coklatnya yang panjang dan mata hijaunya. Seorang putri dari negeri tetangga, Elizaveta.

Betapa murkanya Gilbert mengetahui hal itu. Tak ada yang boleh menentangnya, ya, tak ada satupun. Bahkan seorang putri sekalipun.

Ia lalu memanggil perdana menterinya. Dengan pelan ia mengunci kereta kuda yang dinaikinya. Lalu dengan suara yang amat pelan, ia memerintahkan sang menteri untuk menghancurkan negeri putri itu.

Setelah itu, malam harinya prajurit Gilbert membakar negeri sang putri. Semua rumah rata dengan tanah. Orang-orang berteriak kesakitan. Sangat menyayat hati. Tapi, demi menjalankan titah Pangeran, tak ada satupun yang memberi belas kasihan. Sang putri pun dibunuh oleh abdi Gilbert.

Gilbert senang sekali saat tahu negeri putri itu hancur. Sekarang tak ada lagi yang bisa menghalanginya tak ada.

Tapi, semua itu tak berlangsung lama. Kemarahan rakyatnya sendiri karena ketidak bijaksanaan Gilbert telah menggunung. Roderich, yang telah mendengar berita dihancurkannya negeri Elizaveta oleh Gilbert, murka. Ia lalu bersatu dengan rakyat Gilbert untuk menjatuhkannya dari tampuk kekuasaan.

Mengalahkan Gilbert memang bukan suatu yang mudah. Tapi kemarahan telah menumpuk selama bertahun-tahun. Semua orang yang menentang Gilbert bersatu tanpa takut. Mereka mengumumkan perang pada Gilbert.

Semua pesuruh yang mendengar akan perang itu kabur selagi ada waktu. Gilbert merasa terhina, merasa dikhianati oleh orangnya sendiri. Ketidak siapannya membuatnya ditangkap oleh penduduknya yang marah pada saat malam.

Kini, semua kekayaan yang ia bangun sendiri. Semua kesemenaannya, kebanggaannya akan dirinya sendiri, semuanya hancur.

Ia akan dihukum mati pukul tiga, hanya tinggal menunggu suara lonceng dari gereja.

Lonceng berbunyi, tanda waktu yang dinanti rakyat telah tiba. Gilbert digiring menuju tiang gantungan. Tanpa melihat wajah rakyatnya di keramaian. Ia meutup matanya, lalu berkata, "Sekarang kalian bisa membicarakanku tanpa pikir panjang," katanya angkuh.

Papan telah diturunkan. Gilbert tergantung. Sang pangeran yang keji telah mendapatkan balasannya.

-End of 'Superbia'-

(lines)

Ehm, ha-hai semua. Entah kenapa saya ingin membuat fic yang berkesan nyampah ini. Mungkin ketergila-gilaan saya pada lagu-lagu AkunoP. Aih, lagunya keren sih~ Dan selama ini yang diketahui dari 'Daughther of Evil' (superbia) adalah sang tersangka digantikan oleh kembarannya. Saya membuatnya tidak seperti itu, berhubung Gilbert tidak memiliki kembaran, yasudah..

Dan misalnya kalau ini ingin dilanjutkan, ada yang punya ide untuk 'Akujiki Musume, Conchita' (gula)? Tentang seorang yang rakus. Saya sudah punya kandidatnya, tapi kurang yakin sih.

Jangan bunuh saya, saya mohon! Tapi cerita ini boleh di flame kok! Silahkan! Saya tidak keberatan.

With Psycho smile,

Beth