Distance
Disclaimer: Captain Tsubasa (c) Yoichi Takahashi
Story by: Azura Shinzui
Rated: K-T
Genre: Family, Friendship
Warning: OOC, Typo bertebaran, alur berantakan, dll.
Chapter 1: Matsuyama Hikaru & Misaki Taro
21 Juni xxxx
Kelahiran adalah awal dari kehidupan. Meski dalam proses kelahiran itu sendiri juga mempertaruhkan nyawa, baik nyawa sang ibu maupun calon anak.
Di dalan ruang bersalin sebuah rumah sakit, seorang wanita muda menjerit kesakitan. Semua rasa sakit dalam melahirkan yang diceritakan ibunya kini benar-benar ia rasakan. Tak terhitung berapa kali tangan kirinya mencakar wajah sang suami, sedangkan tangan kanannya mencengkeram pinggiran ranjang rumah sakit.
Namun, ia berhasil. Tiga bayi kembar laki-lakinya lahir dengan selamat.
~ShnAzr~
Desember, sembilan tahun kemudian...
"Kaa-chan, selamat pagi!" sapa seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun lebih. Ia turun dari kamarnya di lantai dua. Wajahnya masih terlihat setengah tidur dan terus mengucek matanya.
"Hikaru, selamat pagi!" sang ibu membalas sambil tersenyum, mulai menata sarapan untuknya serta sang anak. "Cepat mandi sana! Nanti telat loh.." tambahnya.
Sang anak, yang bernama Hikaru Matsuyama, meregangkan badannya, seperti kucing dan mengangguk. Ia menggaruk surai coklatnya kemudian berlalu ke kamar mandi.
~ShnAzr~
"Namaku Taro Misaki. Mohon kerjasamanya ya!" Misaki tersenyum riang, memperkenalkan dirinya di depan kelas. Hari ini, hari pertamanya sekolah di SD Furano setelah beberapa minggu yang lalu ia sekolah di Meiwa.
Matsuyama menatap datar kearah Misaki. Dahinya kemudian mengkerut saat menyadari wajah Misaki yang hampir menyerupai wajahnya. Ia menatap Misaki secara Intens. Misaki yang seolah sadar bahwa ia sedang ditatap oleh seseorang kemudian menoleh ke arah Matsuyama. Ia tersenyum begitu manis saat menangkap basah Matsuyama yang tengah menatapnya.
"Nah, baiklah, Misaki. Kamu boleh duduk di sebelah Matsuyama. Matsuyama, angkat tanganmu!" Matsuyama mengangkat tangan, pandangannya belum terlepas dari wajah Misaki, meneliti wajah yang hampir mirip dengannya.
Setelah mengucapkan terimakasih pada sensei, Misaki berjalan ke bangku kosong disebelah Matsuyama.
~ShnAzr~
Misaki berjalan di pinggir lapangan sepakbola, ia melihat beberapa anak sedang bermain. Usai menyerahkan formulir ekstrakurikuler, sebenarnya ia ingin ikut bermain sepakbola sekarang, sayangnya hari ini ia tidak membawa baju ganti. Ia merapatkan jaketnya, huh, Furano memang sangat dingin, pikirnya.
"Matsuyama, awas!" teriak salah satu pemain.
"Eh?" Misaki menoleh, lalu menyadari ada sebuah bola yang melambung di atasnya. Dengan reflek ia melompat, menahan bola itu dengan dadanya kemudian saat bola tersebut telah jatuh ke tanah, ia menendangnya kearah gawang hingga mencetak gol.
Semua pemain menatapnya dengan kagum. Ah, Matsuyama memang hebat. Beberapa pemain kemudian menghampirinya.
"Matsuyama, itu tadi gerakan yang bagus!" - "Seperti biasa, Kapten memang hebat." - "Matsuyama, kamu baik-baik saja?"
Beberapa kalimat pujian dan kekhawatiran dilontarkan. Misaki mengerjapkan mata.
"Ano.. maaf, aku Taro Misaki Bukan Matsuyama." Misaki tersenyum polos saat pemain-pemain itu menatapnya intens.
"Ada apa ini?" sebuah suara bernada tegas terdengar. Sontak semuanya menoleh, mendapati Matsuyama menatap tajam mereka. Ah, memang pada dasarnya tatapan Matsuyama itu tajam sih..
Semuanya -selain Misaki- menjadi salah tingkah, tak berani menatap kapten kesebelasan Furano itu.
"Ada apa?" tanya Matsuyama lagi.
"Anoo.. Matsuyama ada dua?" tanya salah satu pemain tadi. Matsuyama menyipitkan matanya, seolah bertanya 'apa maksudmu?'
"Soalnya kalian mirip, kaya anak kembar." Tambah yang lain, menatap Matsuyama dan Misaki bergantian.
Matsuyama dan Misaki saling pandang, yah, Matsuyama memang sudah menyadari kalau mereka mirip sih. Tapi, masa iya mereka sampai tidak bisa membedakan mereka? Dilihat dari segi tinggi dan senyumanpun seharusnya mereka sudah tahu. Karena Matsuyama jarang, atau tidak pernah tersenyum sepolos itu. Ia kemudian menggelengkan kepala.
"Aku tidak peduli soal itu. Aku akan menyampaikan pesan dari pelatih pada kalian. Mulai besok Misaki akan bermain bersama kita." Matsuyama menatap teman-teman sepermainannya sebelum kembali menatap Misaki.
"Benarkah kapten?" tanya semua pemain.
"Ya. Mohon bantuannya semua," Misaki berujar mewakili Matsuyama.
"Misaki, aku kapten dari tim ini. Mulai hari ini dan kedepannya, mohon kerjasamanya!" Matsuyama berujar tegas. "Jika ada kesulitan silahkan katakan padaku," tambahnya sedikit melembut.
"Baik, Kapten.." Misaki menjawab sambil tersenyum senang.
~ShnAzr~
Matsuyama adalah seorang pemimpin yang cerdas, ia dikenal atas ketelitian dan pengamatannya yang sangat hebat. Sudah hampir tiga bulan Misaki bermain sepakbola dengan kesebelasan Furano. Dan Matsuyama sadar betul bahwa permainan Misaki sangatlah baik, jauh lebih baik dibandingkan pemain lain yang dipimpinnya.
Hanya saja, yang membuatnya bingung akhir-akhir ini adalah bagaimana ia melihat permainan Misaki yang gerakannya hampir mirip dengannya. Meniru? Mungkin saja, namun, Matsuyama tahu jika semua gerakan itu alami. Jika meniru, sekalipun itu hal yang simpel seperti caranya berlari, maka akan terlihat kaku. Namun, Misaki melakukannya dengan sangat luwes. Lagipula Matsuyama menyadari ini saat beberapa hari mereka latihan bersama. Tidak mungkin 'kan jika ada orang yang mampu meniru gerakan sedetil itu dalam waktu beberapa hari saja?
Meski gerakan Misaki lebih kalem dari pada Matsuyama yang frontal, namun, Matsuyama tahu jika gerakan Misaki itu mirip dengannya. Bahkan kecepatannya juga sama.
Saat ini, Matsuyama sedang di pinggir lapangan. Ia mengawasi jalannya latihan timnya. Namun, pengamatannya jatuh pada Misaki yang tengah mendribble bola. Entah mengapa melihat Misaki, hatinya jadi merasa hangat. Ada rasa ingin melindungi yang begitu kuat untuk Misaki.
Misaki terlalu mirip dengannya. Entah itu fisik seperti wajah, rambut, warna mata, hingga bentuk badan. Hanya saja, Misaki lebih pendek darinya, mungkin sekitar lima centimeter.
Selain fisik, Matsuyama tahu jika ada persamaan lain. Mulai dari hal sepele seperti caranya makan, caranya mengusap peluh, caranya mengganti baju, pola pikir, sampai cara bermain sepakbolapun ia dan Misaki sangat mirip.
Tapi, dalam persamaan-persamaan yang ada diantara mereka, tetap saja ada yang membedakan. Yang membedakan mereka hanyalah tinggi badan, sifat, dan sorot mata. Matsuyama memiliki sorot mata yang selalu tajam dengan sifat yang keras, sedangkan sorot mata Misaki seperti anak kecil yang polos dengan sifat yang lebih kalem.
Ah, bagaimana Matsuyama tahu semua itu? Matsuyama tertegun, ia sadar jika ia bukanlah orang yang perhatian. Tapi, bukan berarti ia tidak bisa mengamati, kan?
Akhir-akhir ini hubungan Matsuyama dan Misaki terbilang akrab. Dan semua orang tahu, Matsuyama bukan tipe orang yang mudah akrab dengan orang baru. Di sekolahpun tidak ada yang memanggil Matsuyama dengan nama kecilnya, mungkin karena Matsuyama orang yang judes, tegas, dan jarang tersenyum membuat orang disekitarnya menjadi segan.
Meski seperti itu, tapi, bukan berarti ia tidak punya teman. Ia punya teman, sungguh. Teman seklub, teman sekelas, teman sekolah. Namun, diantara semua temannya, mungkin belum ada yang berhasil mencairkan sifat Matsuyama yang 'agak' dingin itu.
Mungkin karena pembawaan Misaki yang hangat, supel, dan bersahabat, perlahan-laham Matsuyama jadi mau membuka diri. Satu hal yang sepertinya sulit dipercaya.
"Hikaru nii-chan, kemarilah! Apa hari ini kamu tidak mau main?" Misaki memanggil Matsuyama.
Matsuyama tersentak dari lamunannya, ia menoleh mendapati Misaki menatapnya polos. Beberapa pemain berhenti untuk sekedar memperhatikan. Barusan Misaki panggil Matsuyama apa?
"Nanti saja, Taro." Matsuyama menolak ajakan Misaki.
"Kamu sakit, Nii-chan?" Misaki menghampiri Matsuyama. Matsuyama menatap datar Misaki, kemudian tatapannya beralih kearah lapangan dan melihat semua temannya berhenti bermain, menatap mereka berdua dengan pandangan tak percaya.
"Ada apa? Kenapa kalian berhenti?" tanya Matsuyama. Yang ditanya gelagapan dan segera melanjutkan latihan. Matsuyama menghela nafas.
"Aku baik-baik saja, Taro. Hanya sedang memikirkan beberapa hal." Matsuyama kembali berbicara.
"Kalau begitu ayo main! Aku ingin berduel denganmu lagi, Hikaru-nii!" Misaki berujar sambil tersenyum riang.
"Baiklah.." Matsuyama mengalah dan berlari ke lapangan.
~ShnAzr~
Jika ada yang bertanya, kenapa Matsuyama dan Misaki sama-sama memanggil dengan nama kecilnya, apalagi Misaki yang memanggil Matsuyama dengan sebutan kakak. Itu berawal dari sebulan yang lalu saat ia dan Misaki berjalan beriringan menuju lapangan.
"Kau tahu Matsuyama? Banyak yang bilang kita ini kembar loh," kata Misaki, tatapannya menerawang kedepan.
"Aku tahu. Lalu?" Matsuyama menatap Misaki lurus.
"Tidak apa-apa. Hanya saja, aku ini anak tunggal. Aku tidak tahu rasanya punya saudara. Ayahku juga sering keluar untuk melukis," Misaki balik menatap Matsuyama.
"Sama," Matsuyama kembali mengalihkan pandangan.
"Eh? Apanya?" Misaki menatap lawan bicaranya bingung.
"Aku juga anak tunggal. Maksudku, aku tidak tahu punya saudara atau tidak. Mama tidak pernah memberitahuku," tatapan Matsuyama kembali menerawang. "Orangtuaku berpisah saat aku berumur empat tahun. Aku tidak ingat pasti, tapi kurasa aku punya adik," ia tersenyum kecil mengingat kenangan itu, meski hanya sama-samar.
"Eh? Orangtuamu berpisah?" Matsuyama mengangguk. "Kalau begitu, maaf!" tambah Misaki.
"Tidak apa-apa. Dan kau bisa memanggilku kakak jika kau mau," sampai detik ini, Matsuyama masih bingung dengan perkataannya sendiri.
"Benarkah?" tatapan Misaki berbinar, Matsuyama menangguk. "Kalau begitu, mohon bantuannya Hikaru nii-chan!" Misaki tersenyum riang, kemudian berlari kecil menuju lapangan.
Matsuyama tertegun, mengingat kilas balik saat ia memperbolehkan Misaki untuk memanggilnha kakak. Sampai sekarang ia masih mencerna apa yang baru saja ia katakan. Kenapa ia menceritakan tentang keluarganya? Kenapa ia menyuruh Misaki memanggilnya kakak? Mungkin karena ia merindukan adiknya, mungkin karena mereka mirip, atau mungkin Misaki satu-satunya teman terdekat Matsuyama, entahlah. Yang jelas, Matsuyama tidak keberatan untuk berbagi dengan Misaki.
~ShnAzr~
Awal bulan April di Hokkaido adalah musim semi. Meski dibilang musim semi, namun suhu udara di Hokkaido masihlah dingin. Mungkin karena masih ada sisa sisa musim dingin, atau mungkin karena iklim ekstrim di Hokkaido itu sendiri.
Matsuyama memandang sarapannya dengan pandangan kosong. Awal musim semi inipun ia masih harus berlatih sepakbola karena musim panas nanti akan diadakan turnamen.
"Hikaru, ada apa?" tanya sang ibu, menangkap basah anaknya sedang melamun saat makan.
"Ah, tidak.. Kaa-chan, boleh aku bertanya?" komentar Matsuyama.
"Eh? Apa?" jawab ibunya.
Matsuyama terdiam, menyusun kata yang cocok untuk bertanya. "Kenapa mama berpisah dari papa?" tanyanya kemudian, membuat sang ibu gelagapan.
"Kenapa kau tanyakan hal itu?" ibunya menatap Matsuyama.
"Tidak.. hanya saja.. akhir-akhir ini ada yang menggangguku," jawabnya, "Boleh aku bertanya satu hal lagi?" tambah Matsuyama, sedikit menunduk.
"Apa saja, asal tidak aneh-aneh," Matsuyama mendengus pelan, memang aneh jika ia menanyakan ayahnya? Dirinya kan juga ingin merasakan kasih sayang ayahnya..
"Apa aku punya saudara?" ibunya tersentak, lalu dengan cepat mengendalikan diri.
"Tentu, kamu punya dua orang adik," jawab ibunya, membuat Matsuyama terdiam.
"Dua, ya? Lalu, kenapa mama hanya membawaku?" kali ini ibunya yang terdiam, dan Matsuyama tahu, itu bukan hal bagus.
"Sudahlah! Satu hal yang harus kamu ketahui, Hikaru. Kamu adalah anak yang paling beruntung dibanding kedua saudaramu." Matsuyama mendongak, menatap ibunya yang memandangnya sendu. Oke, ia akui jika ia sudah keteraluan.
"Habiskan sarapanmu, Hikaru! Mama berangkat kerja dulu," tambah ibunya, mengecup kening Matsuyama sekilas lalu berangkat berkerja.
Matsuyama mendesah, sepertinya akan sulit.
~ShnAzr~
Matsuyama menatap datar jalanan di depannya. Seharusnya hari ini ia dan teman-temannya berlatih sepakbola, bukan malah terdampar di halte bus ini.
Yah, karena ini hari terakhir Misaki berada di Furano yang rencananya akan pindah lagi karena pekerjaan ayahnya, bukan berarti mereka harus mengesampingkan latihan mereka kan? Meski Matsuyama sama sekali tidak keberatan, bukan berarti ia senang jika jadwal latihannya tertunda.
"Maaf ya, Hikaru nii-chan. Aku tidak bisa ikut turnamen bersama kalian. Dan maaf jadi menunda latihan kalian," ucap Misaki sedikit menyesal. Ia selesai berpamitan dengan teman se-klub yang lain, dan kini giliran Matsuyama.
"Ah, tidak apa-apa," Matsuyama tersenyum simpul, mereka berpelukan singkat.
"Sampai jumpa, Hikaru nii-chan," Misaki berujar sambil tersenyum lebar, dan Matsuyama membalas dengan menepuk kepala Misaki.
"Sampai jumpa, otouto. Aku yakin kita akan bertemu di turnamen!" Matsuyama meyakinkan, senyum Misaki semakin lebar. Ia kemudian masuk ke dalam bus bersama sang ayah.
"Terimakasih sudah berteman dengan Taro," ayah Misaki, Ichiro Misaki, tersenyum lembut kepada mereka sebelum menaiki bus.
Bus melaju dengan perlahan. Semua teman Misaki melambai saat bus yang ditumpanginya melaju. Misaki mengeluarkan sedikit kepalanya serta tangannya keluar jendela bus. Ia melambai sambil tersenyum riang untuk pada teman-temannya. Sampai bus itu menghilang dari pandangan mereka, mereka masih meneriakkan ucapan selamat tinggal.
A/N:
Yosh, ini adalah fanfic pertama aku di fandom Captain Tsubasa. Selain itu, fanfic ini juga sebagai perayaan karena ditayangkannya telah kembali Captain Tsubasa di Gl*baltv (setiap senin sampai jumat jam 12.00)
Yah, sebenarnya aku juga penghuni baru disini, salam kenal semua, kalian bisa panggil aku Azura atau Shinzui, terserah kalian dehh..
Fanfic ini juga dibuat untuk meramaikan kembali fandom Captain Tsubasa Indonesia yang sepi.. Buat Author fandom Captain Tsubasa yang lain, ayo dong ramaikan lagi fandom ini. Jadikan fandom ini seramai fandom sebelah, hahaha..
Di fanfic ini aku buat beberapa karakter di CT kembar. Kalian bisa nebak dong siapa aja yang kembar, hehe. Dan chapter selanjutnya paling lambat dua minggu kedepan yaa.. Ayo tebak siapa yang bakal ketemu.. Dan ayo tebak siapa kembaran yang lain!
Yahh, mungkin alur sama ide ceritanya sedikit pasaran. Maaf soal itu. Hahaha. Fanfic ini sangat berbeda dengan Canon. Aku nggak terlalu ngikutin serialnya, yang jelas, mohon maaf kalau ada banyak adegan yang nggak sesuai sama aslinya. Maaf kalau banyak typo.
Oke, sekian, terimakasih. Mohon reviewnya yaa ^^ ramaikan terus fandom Captain Tsubasa!
