Fanfic

Rated M - Because a bit gore.

(MyungJong Shipper/BlackLemon~ )

.

Insanely

.

Prolog

SRAKK!

Sungjong merenggut selimut tebal yang menutupi tubuh Myungsoo dengan satu tarikan.

Ia berkacak pinggang dan memiringkan kepalanya dengan polos.

"BANGUN ,HYUNG!" Teriaknya seketika.

Myungsoo yang sejak tadi hanya menggeliat sambil tetap menutup matanya, mulai mencoba mengumpulkan kesadaran. Ia menggeliyat singkat, bangkit duduk, lalu mengambil nafas dalam-dalam.

Mencoba bersabar pada Sungjong.

"Aku tidak tidur semalaman. Ini masih jam 5 pagi…" Myungsoo mendongak pada Sungjong, mencoba memberitahu kekasihnya dengan lembut.

Sungjong tidak menjawab. Ada kesan ia tak mendengarkan perkataan Myungsoo. Atau pura-pura mengabaikan ucapan Myungsoo. Ia justru seperti orang linglung, tersenyum lebar, dan menggerak-gerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan seperti sedang kesenangan mendengarkan musik.

Myungsoo memperhatikan tingkah kekasihnya. "Kenapa kau membangunkanku?" Tanyanya dengan sabar.

"Ada serangga di dapur."

"Se…? tunggu, sedang apa kau pagi-pagi di dapur?"

"Lenganku gatal, hyung."

Myungsoo menoleh pada lengan yang Sungjong sembunyikan di balik punggung sedari tadi.

"Sangat gatal. Jadi aku mencari pisau." Sungjong terkekeh, entah karena alasan apa.

Myungsoo membelalak. Ia bergerak untuk meraih lengan Sungjong. Tapi Sungjong menghindar. Dan sejenak ia terlihat ketakutan. "Kasihan tanganku… jangan di tarik."

"Sungjong tunjukkan tanganmu!" Myungsoo bangkit. Mulai khawatir.

Sungjong menggeleng. "Aku mau cerita serangga. Bukan lenganku."

"Lee Sungjong kumohon…" Belum selesai Myungsoo bicara, setetes darah jatuh ke lantai putih di samping kaki Sungjong. Myungsoo seketika menatapnya dengan tatapan horor. Lalu ia beralih menatap tepat pada mata Sungjong. Menatapnya dengan tak percaya.

Senyuman di wajah Sungjong hilang seketika.

Myungsoo bergerak cepat. Meraih bahu Sungjong dan menarik lengan Sungjong ke hadapannya.

Dan saat itu juga nafas Myungsoo tercekat. Jantungnya berdegup dua kali lebih cepat. Dan rasanya seperti tak bisa menarik nafas lagi.

Lengan Sungjong tersayat panjang.

Satu sayatan terbuka, mengelupas, dan berdarah luar biasa banyak. Tampak sangat menyakitkan. Myungsoo tak bisa membayangkan bagaimana Sungjong melakukannya.

Myungsoo menutup kedua matanya rapat-rapat. Luka yang disengaja dan terlihat sangat tak wajar itu membuat kepalanya pening. Sungjong lagi-lagi melukai dirinya sendiri karena alasan bodoh.

"Hyung…? Aku tak apa kok."

"Sungjong… sudah kubilang…! BERHENTI MENYAKITI DIRIMU SENDIRI!"

Bahu Sungjong tersentak.

Myungsoo mengacak rambutnya sendiri. "Tak bisakah kau sehari saja tidak membuatku takut?! Sehari saja tidak mengacaukan apapun?! Sehari saja berhenti bersikap tak wajar! Dan berhenti bertingkah seperti orang ….." Myungsoo terkejut pada ucapannya. Segera ia membungkam mulutnya sendiri.

Ia tak bisa mengatakan apapun yang menyinggung mental kekasihnya.

Myungsoo melangkah maju. Dan segera merengkuh Sungjong dalam-dalam. Secepatnya membenamkan lelaki itu pada pelukannya.

Ia menyesal…

"Seperti orang apa maksudmu ,hyung?" Bisik Sungjong sambil balas memeluk Myungsoo dengan kedua lengannya. Membuat T-shirt Myungsoo penuh bercak darah.

Myungsoo diam. Mencoba menahan air matanya.

"Aku menyayangimu…"

.

.

"Serangganya terbang di sebelah sana." Sungjong menunjuk dengan lengan kanannya yang sehat.

Myungsoo diam. Ia sibuk merawat lengan kiri Sungjong. Memberinya banyak obat merah dan menyiapkan perban.

"Aku mengejarnya. Membuka jendela supaya dia keluar. Tapi dia terbang kemana-mana. Kan jadi susah menangkapnya… jadi aku lempari saja dia.." Sungjong beralih menatap Myungsoo dengan mata bulatnya yang tampak cerah. "Terus… dapurmu jadi berantakan. Hehe"

"Karena itu kau membangunkanku?" Myungsoo mendongak dan tersenyum.

"Iya."

"Supaya aku yang bereskan?" Tebak Myungsoo. Masih sambil tersenyum.

"Kan kata hyung aku tidak boleh pegang beling…" Sungjong mengatakannya dengan nada kecewa. Seolah larangan Myungsoo agar tidak memegang beling adalah semacam larangan agar ia tidak memegang mainannya.

"Pisau juga tidak boleh. Kau lupa?"

"Habis lenganku gatal. Dan kuku-ku tidak panjang. Hyung selalu memotongnya tiap kali kuku-ku tumbuh."

Myungsoo ingat alasan ia harus rutin memotong kuku Sungjong. Adalah karena Sungjong sangat suka 'bermain' dengan kuku-nya. Sungjong sangat benci gatal. Ia selalu menggaruk dengan brutal. Kau mungkin tak ingin membayangkan apa yang Sungjong lakukan jika yang gatal adalah bagian matanya.

Myungsoo harus menasehatinya baik-baik. Ia tak ingin kekasihnya mengalami sesuatu yang mengerikan hanya karena ia punya kebiasaan buruk pada kelakuannya.

"Sudah selesai." Myungsoo merekatkan plester terakhir. "Aku akan bereskan dapur. Kau mau nonton TV?"

"Mau main di halaman." Sungjong menepuk-nepuk perbannya.

"Baik. Tapi jangan keluar gerbang." Myungsoo menangkap tangan Sungjong dan menghentikan tepukan Sungjong pada lukanya yang masih basah.

Sungjong membuat tanda OK dengan jemarinya. Lalu ia beranjak pergi.

Myungsoo memperhatikan Sungjong sebelum kekasihnya itu menghilang di balik pintu samping yang menuju pekarangnnya.

Setelah Sungjong melenggang dengan satu lompatan kecil, Myungsoo menghela nafas.

Memikirkan kekasihnya itu…

Ia melamun sejenak.

Myungsoo mengingat, dulu ia pernah mengambil sebuah tindakan. Yang kemudian menyebabkan semua berubah menjadi kesalahan.

Ya, semua ini adalah kesalahan Myungsoo.

Salah Myungsoo, Sungjong jadi seperti sekarang ini.

Salah Myungsoo yang pernah membuat kekasihnya itu menderita sekian lama…

Hingga jiwanya terganggu dan perlu di rawat di institusi mental.

Dan bahkan Myungsoo tak ada di sampingnya kala itu…

Salah Myungsoo yang terlambat menyadari bahwa dirinya-lah penyebab seluruh penderitaan Sungjong.

Satu kesalahan. Yang akan ia sesali seumur hidup…

.

.

TBC