K 'n Q –alpha-
Disclaimer : EXO never be mine, terinspirasi sedikit banyak dengan ff serigala author MiraMira. But the plot and story are originally mine!
Cast : All of EXO members, especially Xiumin. With hints Lumin (yang lain menyusul), Yunho-Yoochun DBSK
Rate : T
Genre : fantasy, hurt/comfort, au!wolf
Author's note : center!Xiumin, need more Lumin ffs, terburu-buru, ga jelas, member lain muncul chapter 2 :D
Enjoy it. J
Gelap. Tak ada kedipan bintang diatas langit. Hanya rembulan yang menjadi satu-satunya penghias permadani luas tersebut. Suara gagak bersahut-sahutan diantara pepohonan menambah suasana tak bersahabat di malam itu. Gemerisik angin nakal sesekali menggoda lilin-lilin kecil yang menerangi koridor mansion di tengah hutan.
"Eomma? Waeyo?" Tanya bocah kecil setengah mengantuk ketika tidur malamnya diusik oleh seorang wanita cantik dengan gaun tidurnya yang berwarna cokelat gelap. Tak menjawab, wanita cantik yang dipanggil Eomma tersebut langsung menyeret bocah kecil itu keluar dari kamarnya, menelusuri koridor yang bercahaya lilin.
Tak tok tak tok.
Gemeletuk sepatu menjadi pemecah kesunyian antara dua manusia yang terjaga di tengah-tengah bulan purnama. Bocah kecil itu sibuk mengamati keindahan bulan dari ventilasi yang terbuka walaupun sedikit menyipit karena belum terbiasa dengan cahaya terangnya. Namun beberapa detik kemudian kelopak matanya mulai terbuka lebar, memperlihatkan warna irisnya yang selalu cokelat gelap kini memudar perlahan. Berganti dengan putih dengan aksen biru lembut ditengahnya. Sebuah tanda terukir didada kirinya. Membuat bocah kecil itu spontan terduduk, menahan kesakitan.
"Eomma! Appo," rintih sang bocah menahan sakit di tubuhnya seperti terbakar. Wanita cantik itu mengulurkan tangan satunya, mencengkeram kedua lengan putra tunggalnya yang meringis kesakitan. Iris gelapnya berubah hijau zamrud.
"Bangun, Xiumin. Kau tidak ingin Ayah marah karena lama menunggumu kan?" Bujuk Ibunya bernada lembut. Mendengar nama ayahnya disebut, bocah kecil itu -Xiumin- langsung mencoba bangkit berdiri walaupun rasa perih itu tak berkurang sedikitpun. Kedua kaki kecilnya berusaha menyamai langkah cepat wanita cantik yang berada didepannya.
Akhirnya Ibunya berhenti di ujung koridor, tepat di depan pintu mahoni besar dengan ukiran rumit yang terlihat indah dan menyeramkan secara bersamaan. Xiumin yang semula terengah-engah kecapaian dan kesakitan langsung beringsut dibalik tubuh wanita cantik yang sedari tadi menarik pergelangan tangannya. Indera pembaunya dapat menangkap bau makhluk lain yang sejak dulu menjadi musuh abadi kaumnya.
"Eom-ma, A-Ayah bersama siapa?" Tanya Xiumin takut-takut. Namun Ibunya tak menjawab pertanyaannya, hanya ekspresi datar yang tertangkap di iris putih beraksen birunya. Perlahan jemari lentik wanita cantik itu meraih gagang pintu dan memutarnya.
Sorot cahaya rembulan menjadi penerangan satu-satunya di ruangan gelap tersebut. Menyinari kaki hingga kepala seorang pria yang memakai topi tinggi dan jubah hitam-merah serta seorang pria memakai jubah kulit serigala. Pria berjubah kulit serigala itu menoleh dan tersenyum ke arah Xiumin. Namun bocah kecil itu tak merasa lebih baik, terlebih bau makhluk lain yang bersama ayahnya semakin kuat. Sekuat aura yang dipancarkannya.
Pria berjubah kulit serigala mengulurkan tangannya kearah Xiumin, mengisyaratkan agar bocah tersebut masuk kedalam ruangan gelap tempat ia menunggu sedari tadi. Dengan langkah ragu-ragu, Xiumin mendekati pria berjubah kulit serigala tersebut diikuti suara blam dari arah pintu. Xiumin langsung menoleh kebelakang, tak mendapati lagi wanita cantik yang ia panggil 'Eomma' selama 5 tahun ini. Dan ruangan kembali gelap.
Tik!
Lilin-lilin yang digantung di tempat lilin langsung mengobarkan api kecilnya. Diikuti lilin-lilin yang diletakkan di lantai, mengikuti pola bintang yang sengaja dipahat di kaca marmer. Dan Xiumin yang berdiri di tengah-tengah gambar bintang langsung menggeliat kepanasan. Teriakan demi teriakan keluar dari mulut kecil bocah malang tersebut. Namun tak satupun dari dua pria dewasa itu datang menolongnya.
"Sepertinya kita akan mengetahui siapa dirinya sebenarnya," ujar pria berjubah kulit serigala kepada pria satunya. Entah bagaimana, sinar rembulan langsung terfokus pada Xiumin yang terkurung di tengah-tengah pola bintang yang menyala merah.
"Kau benar. Lihatlah, iris matanya. Bening dengan aksen biru ditengahnya, bukankah itu adalah iris serigala yang hanya ada satu di setiap masanya?" Balas pria bertopi tinggi panjang lebar. Sembari menahan sakit yang terus membakar dada kirinya, Xiumin masih bisa bergidik ngeri melihat sepasang taring yang muncul saat pria bertopi tinggi tersenyum lebar kearahnya.
"Yeah, jika dia memang seperti dugaanmu akan kuberikan dia untukmu," kedua tangan pria berjubah kulit serigala tersebut terentang kedepan, rangkaian kata mantra terucap dari mulutnya menyebabkan Xiumin kembali merasakan panas yang luar biasa dari dalam tubuhnya.
Perlahan namun pasti, kulit tubuhnya mengelupas diikuti dengan rusaknya pakaian tidur yang ia kenakan. Kulitnya yang terkelupas digantikan dengan bulu putih layaknya salju. Teriakan yang menggema ruangan besar tersebut berubah dengan suara geraman khas serigala. Detik selanjutnya Xiumin kecil telah berubah menjadi serigala berbulu putih dengan lambang khusus yang terukir di dahinya.
"Grrr."
"Oh, lihatlah geraman pertamanya, Yunho-ssi. Begitu lucu," ujar pria bertopi tinggi itu dengan nada lucu yang dibuat-buat. Pria berjubah kulit serigala -Yunho- menatap tajam kearah pria satunya.
"Bisakah kau lebih serius, Yoochun-ssi? Apa yang bagus dari geraman lemah bocah kecil itu?" Desis Yunho tajam, namun pria yang ia panggil Yoochun-ssi tak menghiraukannya. Ia malah mendekati Xiumin, melewati pola bintang yang merupakan kekkai level 3 tanpa masalah. Yoochun berjongkok lalu mengelus bulu lembut serigala kecil itu.
"Tentu aku serius, Yunho-ssi. Bukankah dia alpha yang kau tunggu-tunggu selama ini? Bagaimana bisa kau mengatakan hal sekejam itu tanpa merasa bersalah?" Balas Yoochun dengan nada sedih dibuat-buat. Belum sempat Yunho menjawab, Yoochun melanjutkan ucapannya. "Ah, aku bisa melihat lambangnya, Yunho-ssi. Q di dahinya, apa artinya, Yunho-ssi?"
"Itu artinya dia milikmu, Yoochun-ssi. Dan untuk alpha, aku bisa mencari yang lain," terang Yunho tanpa ekspresi namun nada kekecewaan terdengar kental dalam ucapannya. Yoochun kembali memasang ekspresi yang berlebihan, kini dengan ekspresi terkejut.
"Benarkah, Yunho-ssi? Jika aku menjadi kau, aku takkan melepaskannya. Lihatlah wajah manisnya, setidaknya aku akan menjadikannya dia anjing penjaga yang penurut di mansion berhargaku," jelas Yoochun sembari membelai kedua belah pipi serigala kecil itu, seolah-olah menepis air mata yang mengalir dari kedua bola mata bulat kecil serigala tersebut.
Yunho kembali mendengus, "Kau tak perlu bersikap malaikat padanya. Bukankah kau ingin membunuhnya agar kau hidup abadi, Yoochun-ssi?" Sepasang mata yang sebelumnya menatap kasihan kini berbentuk bulat sabit seiring senyuman lebar yang terbentuk di bibirnya. Menampilkan sepasang taring runcing yang dipersiapkan untuk menusuk leher mangsanya.
"Kau benar, Yunho-ssi. Untuk apa aku bersikap malaikat jika nantinya aku membunuhnya demi kepentinganku sendiri?" Serigala kecil itu mengaing, takut akan makhluk kuat dihadapannya. Terlebih jika ia melihat sepasang iris merah darah pria bertopi tinggi itu. Mungkin ia akan pingsan jika tidak cepat-cepat mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Yunho-ssi, bagaimana caranya agar dia kembali menjadi manusia lagi? Aku tak mungkin menggigit lehernya jika bulu-bulu lembutnya terus menggelitik hidungku," tanya Yoochun serius namun sanggup mencairkan sedikit ketegangan yang ada. Yunho tersenyum kecil, sedikit merutuki kebodohan teman masa kecilnya.
"Tekan saja lambangnya dengan darahmu, maka bulu putih sialan miliknya tak mengganggumu lagi," jawab Yunho kembali tanpa ekspresi disambut dengan protes dari Yoochun.
"Tidak adil! Kau tahu kan jika darah adalah hal yang berharga bagi kaumku? Aku tak boleh menyia-nyiakan darah keturunan nenek moyangku."
"Jika setetes atau dua tetes darah ditukar dengan keabadian yang kau dapat, apakah itu masih dikatakan sia-sia, Yoochun-ssi?" Yoochun terdiam sejenak lalu kembali tersenyum lebar.
"Ah maafkan aku, Yunho-ssi. Terkadang aku memang sedikit bodoh," Yoochun menggigit ibu jari kanannya hingga darah segar mengucur perlahan. Cepat-cepat ia tekan lambang Q di dahi serigala kecil itu dengan darahnya.
Serigala kecil itu kembali menggeram kesakitan, tubuhnya terasa terbakar lagi. Dan perlahan ia bertanformasi menjadi bocah yang sering dipanggil Xiumin dalam keadaan buruk. Tubuhnya yang merah tak berbalut kain sedikitpun, menampakkan lambang Q besar di dada kirinya. Tepat di jantung.
Xiumin ambruk, cepat-cepat Yoochun menangkapnya lalu menggendongnya.
"Cepat kau bawa pergi dia, aku tak mau kamarku kotor karena perbuatanmu," perintah Yunho tanpa melihat bocah kecil yang mengalir darah yang sama dengannya. Yoochun menyeringai kecil.
"Kau benar-benar ayah yang jahat, Yun."
"Begitulah aku," setelah percakapan singkat mereka selesai, Yoochun menghilang bersama Xiumin. Dan lilin yang menerangi ruangan besar tersebut mati, menutupi ekspresi yang tampak di wajah Yunho.
-TBC/Discontinued?-
A.N : saya ngerti harusnya saya update ff saya yg lain tapi apa daya xiuhan feels mengalahkan segalanya. tapi mungkin romance disini tidak begitu terlihat, apa boleh buatl.
Review please.
