All I Need

Author : K. Yue

Genre : (?)

Cast : Luhan, Sehun, EXO members.

Rating : M

Chapter : 1/2

Disclaimer : Semua cast milik Tuhan YME, kecuali Luhan, ia milikku. :P. Cerita ini benar – benar murni dari otak saya yang selalu di penuhi oleh makhluk planet EXO. NO PLAGIAT! Thanks.

.

.

Summary : "Cinta tidak harus memiliki". SHIT! Kalimat macam apa itu? Sekali aku mencintainya, maka ia harus menjadi milikku!

.

Chapter 1

.

.

Seperti biasa, suasana di cafetaria kampus selalu ramai dan bising. Apalagi di jam istirahat saat sebagian besar mahasiswa mengisi perutnya yang melantunkan suara. Meski berisik, Luhan selalu menyukai suasana seperti yang lebih hidup seperti ini. Suara tertawa yang begitu kuat saat beberapa orang memperagakan dengan gaya konyol bagaimana dosen yang berwajah serius saat bicara di depan. Ada juga beberapa mahasiswa yang mulai berteriak karena tidak sabar mengantri di kasir. Beberapa mahasiswi yang membicarakan hal – hal tidak penting sambil sesekali berbisik saat melihat namja tampan lewat di dekat mereka. Belum lagi sorakan dan siulan namja genit jika mereka melihat cewek sexy.

Luhan memperhatikan itu semua sambil sesekali tersenyum. Orange juice yang ia pesan masih tersisa lebih dari setengah karena ia hampir lupa untuk meminumnya. Ia terlalu asyik dengan dunia bising yang terpampang di depannya.

"HOI!"

Luhan mengerjapkan matanya beberapa kali saat sebuah tangan kekar yang besar menampar mejanya dengan agak keras. Awalnya ia kesal karena ada yang menganggunya, namun saat melihat wajah konyol namja didepannya, ia tersenyum.

"Jangan mengagetkanku, Chanyeol. Apa kamu mau mengganggu kesenanganku?"

Chanyeol cuma memasang cengirannya. Ia langsung duduk dikursi yang ada di depan Luhan tanpa permisi karena ia tahu Luhan pasti mengizinkannya. Tadi ia memang sengaja mengagetkan Luhan.

"Kau bahagia mengganggu kesenanganku, Chanyeol?" Tanya Luhan.

"Ayolah Luhan… dari semua orang normal di dunia ini mungkin hanya kamu yang begitu menikmati suasana berisik yang berantakan seperti disini. Aku tahu kamu tinggal sendirian sekarang, namun kalau kamu memang ingin berada di keramaian, kenapa menolak untuk tinggal bersama kami eoh? Bukankah kamu tahu aku ini happy virus yang selalu membuat suasana menjadi lebih hidup?"

"Benar!" Sebuah suara manis menyahuti Chanyeol. Luhan memutar matanya bosan saat melihat siapa yang muncul, Baekhyun kekasihnya Chanyeol. Pasangan hyper yang luar biasa gila sudah muncul didepannya. Pasangan yang tidak segan – segan untuk melakukan french kiss dikeramaian hanya untuk menentukan siapa pemenang pertarungan lidah mereka lalu yang kalah akan mentraktir. Setelah semua orang yang melihat adegan itu menelan ludah, mereka akan menghentikannya sambil tertawa. Luhan tidak membenci mereka, sedikitpun. Ia hanya merasa seperti seorang pemimpi di siang bolong jika ia begitu ingin melakukan hal yang sama dengan pasangan gila itu. Sayangnya percintaannya tidaklah semulus dua sahabatnya.

"Luhan! Kamu melamun lagi!" Baekhyun mencubit pipi Luhan dengan kencang. Chanyeol tidak mau kalah, ia ikutan mencubit pipi Luhan yang sebelah lagi.

"Aw… appo… Dasar setan stress!" Luhan memaki sambil menggosok – gosok pipinya yang terasa panas. Dua namja di depannya sama sekali tidak merasa bersalah.

"Makanya Jangan melamun. Apa kamu tidak takut wajahmu jadi seperti kakekku? Penuh kerutan?"

Luhan menggeleng cepat. Ia masih muda dan kerutan merupakan ketakutan terbesarnya, selain kehilangan orang yg ia cintai. Saat ia mulus dan mempesona saja orang itu, orang yang ia cintai sama sekali tidak tertarik padanya. Meski ia sudah melakukan hal yang mungkin tidak akan dilakukan orang lain, orang itu tetap tidak menerimanya.

Baekhyun dan Chanyeol saling berpandangan karena Luhan kembali terdiam. Mereka saling menyenggol untuk menyuruh siapa yang harus berbicara. Akhirnya, sebagai calon suami yang baik, Chanyeol pun mengalah.

"Ehem!" Chanyeol pura – pura batuk untuk menarik perhatian Luhan. Setelah Luhan menoleh padanya, barulah ia mulai bicara.

"Luhan-ah… kamu jangan terus menyendiri seperti ini, ne? Masih banyak orang yang begitu menyayangimu. Seperti kami berdua misalnya." Chanyeol berhenti sebentar lalu merangkul Baekhyun dan Luhan tersenyum melihatnya. "Meski kedua orang tuamu meninggal dan adikmu,ahem, Sehun menghilang tanpa jejak sejak kalian hanya tinggal berdua, kamu tidak harus menutup diri. Tetaplah seperti Luhan yang ceria seperti selama ini. Luhan yang begitu innocent, manis, aktif di klub sepak bola. Jadi kamu jangan selalu merasa sendirian karena masih ada yang peduli padamu, okay?"

Luhan tidak langsung menjawab, tapi ia meminum jusnya. "Terima kasih," ujar Luhan sambil memamerkan senyuman manisnya yang palsu. Chanyeol dan Baekhyun ber high five ria karena mereka sama sekali tidak mengetahui kalau Luhan tidak sepenuhnya senang seperti yang mereka pikirkan.

"Aku harus pergi karena setelah ini aku ada mata kuliah lagi, aku duluan, ne?" Luhan langsung berdiri dan membereskan barang – barangnya. Sepasang kekasih dihadapannya mengangguk.

"Hati – hati Luhan…" Baekhyun melambaikan tangannya dan bicara dengan agak keras hingga sebagian orang melihat kearah mereka. Luhan tidak menjawab dan berjalan dengan cepat.

Suasana koridor yang tidak begitu ramai selalu mengingatkan Luhan akan sesuatu yang tidak ingin ia ingat saat ia berada diluar apartemennya. Suasanya yang sepi, tanpa ada keributan. Bahkan kadang merasa ia seperti orang yang kehilangan kemampuan bicara karena ia yang kebanyakan diam tanpa bicara, kecuali ada hal yang luar biasa penting yang mengharuskannya untuk berkata – kata. Sejak saat itu, hanya dengan beberapa orang saja ia bisa akrab. Teman – temannya banyak yang menjauh dan menyayangkan keadaannya yang berubah total dari seseorang yang periang dan penuh semangat menjadi seorang yang pemurung dan pendiam.

Karena berjalan sambil melamun, Luhan tidak menyadari ada seorang namja berkulit agak gelap dari orang Korea kebanyakan berdiri didepannya sambil melipat tangan di dada. Luhan mengelus keningnya yang menabrak dada namja itu.

"Mian…" Luhan membungkukkan badannya. Namun namja itu sama sekali tidak bergerak dari tempatnya. Saat Luhan mendongak, ia terkejut melihat wajah yang SANGAT tidak ingin ia lihat. Wajah yang begitu ia benci, yang ia anggap merebut hal yang sangat penting baginya.

"Hi..Luhan hyung!" namja itu menyapa Luhan sambil menampilkan seringaiannya yang menakutkan.

"Hi juga, Kai. Bisakah kamu menyingkir karena aku mau lewat?"

Namja bernama Kai itu menggelengkan kepalanya. "Tidak bisa Luhan hyung! Bukankah kamu tahu dengan jelas kalau aku selalu ingin membicarakan hal yang sama setiap aku bertemu denganmu?"

Luhan hanya membuang nafas berat.

"Tidak usah menampilkan wajah seolah kamu memang patut dikasihani karena hal itu tidak akan mempan padaku. Kamu tidak perlu menunjukkan penderitaanmu karena kehilangan orang yang kamu sayangi. Mungkin semua orang yang mengenalmu akan iba karena kamu berubah sejak kehilangan kedua orang tuamu dan adikmu, Sehun yang juga kekasihku!"

Deg. Luhan selalu merasa ia hendak menenggelamkan Kai di lautan paling dalam agar tubuhnya jadi makanan ikan buas setiap ia mendengar Kai membanggakan kalau ia lah yang lebih dipilih oleh Sehun daripada hyungnya sendiri.

"Aku tahu semuanya Luhan!"

"Tahu apa? Bukankah kamu memang tahu kalau aku sangat bersedih ka…"

"Apanya yang bersedih!" bentak Kai tiba – tiba. Ia selalu tidak bisa mengendalikan emosinya saat berhadapan dengan penipu ulung seperti Luhan. Orang yang memanfaatkan baby face miliknya untuk mengelabui orang lain.

"Sudah beberapa kali aku bilang kalau aku tahu semuanya! Pertama, tentang kematian orang tuamu, aku tahu kalau mereka tidak meninggal dalam kecelakaan karena rem nya blong. Tapi karena kamu sendiri yang memutuskan tali remnya hingga mereka jatuh kedalam jurang. Kamu melakukan itu bukan tanpa alasan, tapi karena mereka menentang hubunganmu dengan Sehun! Mereka tidak mungkin membiarkan jika anak mereka yang paling besar mencintai adiknya sendiri. Kamu yang sangat marah langsung membunuh mereka berdua. Kedua, mengenai Sehun. Ia menghilang sesaat setelah pemakaman ahjumma dan ahjusshi. Ia tetap tidak ditemukan meski polisi sudah turun tangan untuk mencari keberadaannya yang hilang seperti ditelan bumi. Aku yakin kalau kamulah yang menyembunyikannya. Benarkan?"

"Ka…" Kai, sepertinya kamu orang yang berbakat untuk jadi pengarang novel misteri, kenapa tidak mengambil jurusan sastra saja? "Kamu tidak sepantasnya berkata seperti itu! apa kamu tidak tahu kalau aku sangat merasa kehilangan?" Luhan tidak bisa mengucapkan kata – kata sok polos saat berhadapan dengan Kai.

"Kehilangan? Benarkah?" Kai memasang ekspresi pura – pura kaget.

"T-Tentu saja! Siapa yang tidak kehilangan saat orang tuanya meninggal dan adiknya lenyap?"

"Oh, kalau kamu memang bersedih, setidaknya aku akan melihatmu mengunjungi rumah orang tuamu, tapi kamu malah menjualnya. Kamu juga membiarkan pamanmu yang urak – urakan itu untuk menjalankan perusahaan appamu padahal kamu orang yang cukup pintar untuk mengambil alih. Lalu tentang Sehun, aku mengenalnya melebihi siapapun! Ia tidak mungkin menjauhkan diri dari orang karena ia benci kesepian. Apapun yang terjadi, aku pasti akan menemukannya dan membongkar semua kebusukanmu, Luhan! Percuma aku menghargaimu dengan memanggilmu dengan sebutan hyung jika kelakuanmu sama sekali tidak pantas untuk dihargai. Aku sepertinya harus memanggilmu dengan sebutan Luhan…keparat?"

Luhan sudah hampir membenturkan kepala Kai kedinding saat ia mendengar suara yang ia kenal dibelakangnya. "Siapa yang keparat, Kim Jong In?" Luhan menoleh, ternyata itu Chanyeol dan Baekhyun.

"Huh! Kalian lagi!" Kai mencibir.

"Apa maksudmu 'kalian lagi'? Kami memang akan selalu mengawasi Luhan darimu karena kamu pasti akan mengatakan hal yang aneh – aneh lagi tentangnya. Kami tahu kamu sedih kehilangan Sehun, tapi kamu sangat tidak pantas untuk menyalahkan Luhan!" Bentak Baekhyun.

Kai memutar matanya bosan. Berurusan dengan dua namja tolol ini hanya akan menghabiskan waktunya saja. "Baiklah.. baiklah. Aku mengalah! Aku pergi dan tidak akan mengganggunya lagi!"

"Rasanya sudah ratusan kali aku mendengarmu mengatakan hal seperti itu. Tapi kamu selalu mengulanginya lagi. Maumu apa sih sebenarnya?"

"Tidak ada, Chanyeol hyung! Aku hanya ingin membongkar kejahatan dan menemukan kekasihku. Itu saja kok. Benarkan, Luhan hyung?" Kai berbisik ditelinga Luhan dan sesaat ia merasa jantungnya hampir berhenti berdetak saat melihat sebuah bercak ungu kemerahan dileher Luhan. Ia cepat – cepat menyingkir dan meninggalkan mereka bertiga yang bingung dengan tingkahnya. Ia juga tidak mempedulikan gerutuan Chanyeol dan Baekhyun dibelakangnya.

Kai merasa pikirannya dipenuhi oleh berbagai hal saat ini. Bercak yang ia temukan tadi adalah kiss mark. Ia tidak sebodoh itu untuk tidak mengenalinya. Luhan namja yang setengah mati mencintai Sehun tidak mungkin melakukan itu dengan namja lain sekalipun Sehun telah raib. Luhan hanya menginginkan Sehun. Kalau sampai ada bekas seperti itu ditubuh Luhan, berarti pelakunya tidak lain Sehun! Dan itu berarti kalau…Luhan memang benar menyembunyikan Sehun seperti perkiraannya!

*.~.*

Luhan menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidurnya yang empuk. Ia menyetel AC kuat – kuat untuk mendinginkan kepalanya. Kejadian saat tadi siang bertemu dengan Kai alias Jongin masih membuatnya kesal! Kenapa namja itu tidak terima nasib saja Sehun pergi dari sisinya? Dan lagi Luhan ketakutan karena Kai seolah detektif handal yang bisa menebak semuanya dengan jelas seolah ia ikut menyaksikannya. Luhan merasa malam ia kembali tidak bisa tidur karena Kai pasti akan mengajak polisi untuk menggeledah rumahnya.

Dugaan Luhan sama sekali tidak meleset karena beberapa saat setelahnya rumahnya didatangi oleh lima orang polisi dan kembali menggeledah semua isinya entah untuk yang keberapa kalinya. Luhan hanya duduk manis di ruang tamu sambil menunggu mereka selesai dengan urusannya. Sebenarnya ia bisa saja menolak, namun jika itu ia lakukan maka Kai akan semakin yakin kalau ia menyembunyikan Sehun. Kai terlihat sangat bersemangat untuk memeriksa hampir setiap inci isi apartemennya. Namun seperti biasa, setelah mereka melakukan pencarian selama berjam – jam, hasilnya tetap nihil dan sudah pasti kekesalan Kai semakin memuncak.

"Untuk saat ini kamu masih menang, tapi berikutnya aku pasti akan menemukan Sehun!"

"Bagaimana mungkin kamu menganggap aku menyembunyikan Sehun eoh? Aku tahu kamu bersedih kehilangan kekasih, Kai. Tapi menuduh tanpa bukti adalah tindakan yang salah dan aku bisa saja menuntutmu jika aku ingin."

"Kiss Mark!"ujar Kai tiba – tiba.

"Eoh?" Luhan bingung. "Apa maksudmu?"

"Hentikan sikap bodohmu itu! Aku tahu bagaimana perasaanmu terhadap Sehun! Kamu sangat mencintainya hingga tidak mau berhubungan dengan orang lain. Kalau bukan ia yang melakukannya, siapa lagi?"

"Hmmfft…" Luhan berusaha menahan tawanya. "Kau terlalu polos, Kai. Aku punya kekasih dan apakah salah kalau ia melakukan hal seperti itu padaku?"

Kai mengerutkan keningnya. "Kau punya kekasih?"

"Tentu saja. Kau pikir aku namja yang tidak laku?"

"Kalau begitu, bisakah kekasihmu kemari hingga aku yakin?"

Luhan mengangguk dan ia pun menelepon seseorang. Sekitar lima belas menit kemudian, seorang namja berpipi chubby masuk ke ruangan itu.

"Ini namjachinguku, namanya Xiumin."

Xiumin pun menyalami Kai dan Kai menyambut tangan namja itu dengan sedikit ragu.

"Jadi kamu yang bernama Kai? Aku sering mendengarmu dari Luhan. Kuharap ini terakhir kalinya kamu memanggil polisi untuk menggeledah apartemennya karena kalau tidak, aku yang akan menghabisimu, bocah!"

Sebenarnya Kai masih ingin membalas, namun polisi itu sudah selesai menggeledah dan mereka tidak menemukan apapun. "Maaf, tuan Kai. Seperti biasa, Luhan sama sekali tidak memiliki bukti ia menyembunyikan adiknya. Dan kami harap anda tidak akan melakukan tindakan yang sia – sia seperti ini lagi."

Kai terdiam, kalau memang polisi pun tidak bisa membongkarnya berarti Luhan sangat hebat.

"Untuk Luhan-ssi, kami minta maaf karena telah menggangu waktu luang anda. Kami berjanji ini terakhir kalinya kami datang kemari."

Luhan tersenyum, "Tidak apa – apa. Aku tahu kalau kalian hanya melaksanakan tugas saja. Kalau memang ini yang terakhir, aku senang mendengarnya. Selamat malam."

"Selamat malam," polisi itupun menunduk dan mereka keluar dari apartemen Luhan, diikuti Kai paling belakang.

Begitu pintu tertutup, Luhan menghela nafas lega. Ia memang selalu yakin kalau Kai bodoh itu tidak akan menemukan apapun!

"Luhan…" Xiumin membalik tubuh Luhan hingga mereka berhadapan.

"A-ada apa?"

"Jangan pura – pura tidak tahu. Bukankah kita sudah berjanji kalau aku mau mengaku sebagai namjachingumu yang palsu, kamu akan memberiku imbalan dengan memperbolehkanku … menyentuh tubuhmu?"

Luhan masih ingin protes, namun tidak jadi karena Xiumin ternyata sudah memegang juniornya dengan erat. Meremasnya dari luar. Tidak cuma itu saja, Xiumin juga mulai menciuminya dengan kasar, menggigit sepanjang garis rahangnya dan meninggalkan jejaknya seolah ia adalah pemilik tubuh yang tengah ia nikmati ini. Luhan menggigit bibirnya untuk menahan desahan yang hampir meloncat keluar dari bibirnya.

Tapi ia hanya bisa menahannya sebentar saja karena kini ia sudah berada diatas ranjang dengan Xiumin diatasnya. Mereka berdua sudah naked. Namja itu memelintir nipple nya dengan sebelah tangannya dan sebelah lagi ia gigit dan mempermainkannya dengan lihai. Luhan mempersiapkan hatinya karena Xiumin tidak pernah berlaku lembut dan selalu menusuknya tanpa persiapan.

"Ah.. ahhh~" desahan Luhan semakin membuat Xiumin bersemangat dan terus mengerayangi tubuh tak berdaya yang ada dibawahnya. Tangannya terus turun dan membelai perut rata milik Luhan dan saat tangannya menemukan benda yang ia cari, namja itu menyeringai nakal.

"Bagaimana perasaanmu, hem?" Tanya Xiumin sementara tangannya terus meremas junior Luhan dan sedikit mengocoknya.

"Mmmh.. mmhh hh~"

"Aku yakin kamu menyukainya, darling.."

Kali ini Xiumin tidak hanya menggunakan tangannya saja, junior Luhan sudah mulai ia masukkan kedalam mulutnya dan memainkan twisball Luhan sambil sesekali meremasnya.

"Arrhhhh NO!" Luhan tidak lagi mendesah, tetapi berteriak. Ia sama sekali tidak nikmatinya, ia hanya ingin Sehun yang memasuki tubuhnya, satu satunya yang ia harapkan akan menumpahkan sperm di hole nya. Tapi mau bagaimana lagi, ia terpaksa mau melakukan ini jika tidak ingin Xiumin membocorkan semua hal yang telah ia lakukan selama ini.

Rasanya seluruh tubuh Luhan lemas dan tidak berdaya, apalagi saat Xiumin menelepon temannya, Kris dan mereka menikmati tubuh Luhan bersama – sama sepanjang malam. Mengerayangi tubuh mungilnya dan seenaknya meninggalkan jejak mereka disekujur tubuhnya. Luhan menangis, ini tidak termasuk dalam perjanjian. Tapi lagi – lagi demi Sehun yang ia cintai, ia tidak bisa memberontak. Lagipula bukankah ini terakhir kalinya seperti kata polisi tadi?

Seminggu sudah berlalu sejak kejadian itu dan Luhan merasa lega karena ia tidak perlu lagi melakukan hal yang menjijikkan seperti itu. Ia kembali dari kampus dengan berwajah ceria. Dengan langkah cepat, ia masuk kedalam kamarnya lalu membuka lemari pakaiannya. Luhan bukan hendak mengganti baju, tapi ia membuka lantai lemarinya dan ia pun tersenyum saat melihat tangga yang akan menghubungkannya dengan orang yang ia cintai. Ia sudah meletakkan banyak pewangi di dalamnya. Pasti tidak akan ada seorangpun yang menduga ada tangga tersembunyi di dalam lemari.

Luhan menyusuri tangga yang berbentuk melingkar tersebut dengan langkah pelan. Semakin kebawah kegelapan semakin mengerubunginya. Tapi hanya sebentar karena ia segera menghidupkan sakelar lampu. Ruangan bawah itu hampir sepenuhnya kosong. Tidak ada perabotan seperti lemari, televisi dan berbagai benda lainnya. Luhan berjalan dengan langkah yang mantap dan senyuman manis menghiasi bibir mungilnya. Wajah cerianya begitu kontras dengan ruangan yang ia tempati sekarang. Ruangan yang begitu suram seperti tidak ditinggali.

Ruangan yang ia tempati sekarang bukanlah ruang bawah tanah, melainkan apartemen biasa yang ada tepat dibawah kamar yang ia tempati diatas. Xiumin, yang menjadi pemilik gedung apartemen ini memberikannya fasilitas yang ia butuhkan dengan imbalan yang tidak tanggung – tanggung. Luhan harus memberikan tubuhnya pada namja itu. hatinya menolak dengan keras. Tapi lagi – lagi demi alasan yang mungkin tidak masuk akal bagi sebagian orang, ia mau saja melakukannya. Walau ia hanya ingin tubuhnya disentuh oleh orang itu, ia tetap bertahan.

Ditengah ruangan besar itu terdapat sebuah tempat tidur ukuran besar yang beralaskan kain berwarna ungu muda. Warna kesukaan orang itu. Kalau dilihat sekilas, sepertinya tempat tidur itu kosong. Namun setelah diperhatikan dengan seksama, bisa dilihat kalau ada seseorang diatasnya. Seseorang dengan tubuh yang teramat kurus hingga mungkin saja tulang rusuknya menonjol keluar. Hanya kepalanya yang menyembul keluar karena seluruh tubuh hingga lehernya ditutupi selimut tebal. Ia menoleh dan berusaha untuk tersenyum saat melihat kedatangan Luhan.

Luhan juga tersenyum, tapi bukan senyuman paksa seperti orang itu, melainkan senyuman kemenangan yang lumayan menakutkan. Bibirnya terangkat sedikit. Matanya berbinar jenaka dan selalu berhasil mengelabui orang diluar sana. Luhan menghentikan langkahnya tepat disamping orang itu.

Perlahan, bibir warna cherry miliknya bergerak mengucapkan sebuah nama. Memanggil nama orang itu dengan sedikit sensual karena ia berkunjung kemari hanya kalau ia menginginkan sentuhan tangan dingin namja itu. Walau ia tahu dengan jelas orang itu tidak mencintainya, tapi hanya sentuhannya saja yang mampu menguatkan jiwa dan raga Luhan. Ia membutuhkannya. Menginginkannya seperti mau gila. Namja itu juga mengerti kenapa Luhan mendatanginya.

"Hi Sehunnie."

Tidak ada jawaban.

"Lagi – lagi aku berhasil mengelabui si Jongin mu itu. Dia tidak sepintar perkiraannya. Buktinya kamu tetap mendekam disini walau ia berkali – kali menggeledah tempat tinggalku. Tidakkah menurutmu ini menyenangkan? Kau terkurung disini dan kita selalu bercinta, tapi Jongin malah selalu mengharapkan kemunculanmu dan tidak mengetahuinya. Walau sudah tahu aku seperti ini, apakah perasaanmu masih tetap tidak berubah pada Jongin?" Luhan bertanya dengan senyuman manisnya meski ada penekanan disetiap kata yang ia ucapkan.

Lagi – lagi Sehun hanya terdiam dan tersenyum, sedikit.

"Kenapa diam saja adikku? Apa kamu masih mencintainya?"

Sehun mengangguk perlahan dan itu sudah cukup untuk membuat amarah Luhan naik hingga ubun – ubun. Ia kesal! Kenapa perasaan Sehun tetap terpaut pada namja murahan yang jelek itu?

"Sehun! Akulah yang mencintaimu dengan sepenuh hati. Bukan si Jongin keparat itu! Ia hanya memanfaatkanmu! Aku yang selama ini selalu menyayangimu dan menjagamu. Kenapa tidak sedikitpun kamu membalas perasaanku? Appa dan omma sudah tiada, jadi tidak akan ada lagi yang menghalangi hubungan ini! AKU MENCINTAIMU OH SEHUN! BISAKAH KAU MEMBALAS PERASAAN INI?"

Sehun memandang Luhan dengan lemah. Ia sudah cukup menderita karena dengan bodohnya diam saja saat Luhan mengurungnya disini dengan tangan yang diborgol, dan untungnya borgolnya dihibingkan rantai ia bisa bergerak sedikit leluasa. Makanan yang diantarkan Luhan hanya sedikit ia makan. Sebenarnya ia sudah siap untuk mati, sudah terlalu banyak rasa sakit yang menumpuk didadanya. Namun karena ia masih ingin melihat wajah orang yang ia cintai ia bertahan. Dengan segala penderitaan yang ia alami.

"JAWAB AKU OH SEHUUUUUUUUUNNNN!" Luhan berteriak karena ia benar – benar kesal. Sehun mengabaikannya. Dadanya sakit karena sedih. Kepalanya pening karena ia menahan amarah yang luar bisa. Setelah ia sangat sering bercinta dengan Sehun, tidak sedikitpun adiknya membalas perasaannya? Ia bahkan sudah menyekapnya agar adiknya itu hanya memandangnya saja. Namun cintanya tetap bertepuk sebelah tangan? Ini…menyakitkan!

Karena kesal, Luhan langsung menyingkirkan selimut yang menutupi tubuh Sehun dengan kasar. Ia juga menampar pipi Sehun. Tapi ia melakukan semuanya dengan air mata yang mengaliri pipinya. Ia terlalu mencintai Sehun hingga ia tidak tahu hal apa lagi yang harus ia lakukan agar ia bahagia dengan adiknya tanpa ada yang menghalangi. Namun penolakan yang tetap ia terima membuatnya tidak bisa lagi berpikir jernih. Ia langsung menanggalkan pakaian Sehun hingga namja itu naked total.

Luhan menampilkan smirknya setelah menghapus air mata yang ia benci itu. dengan gerakan perlahan ia menaiki tempat tidur Sehun. Sehun yang sudah bisa menduga apa yang akan terjadi selanjutnya hanya pasrah saja. Ia… terlalu lemah untuk menghilangkan perasaan ini. Perasaan cintanya yang begitu besar pada hyung kandungnya sendiri, Luhan.

*.*.*.*.*

*.*.*

.

Te Be Ce

.

.

.

.

Di FF ini aku menistakan Luhan. Dan akan selalu begitu. XD

Kalo responnya bagus, Kiela bakal memposting lanjutannya dengan semangat.

.

.

Mind to RnR?