Udah pada nonton Meteor Garden versi China, Let's Watch Meteor Shower Together? Belum? Disaranin nonton deh, soalnya ceritanya bagus (menurutku lho). Emang sih pemain2nya nggak seganteng BBF, tapi ceritanya keren. Jalan ceritanya beda bnget sama versi sebelumnya. Pokoknya bagus, deh! Kalo tertarik nonton, ya...

Fic ini terinspirasi dari drama China LWMST, dengan sedikit tambahan ide dariku:::::::: SEMOGA SUKA

Meteor Wings

(HYD/BBF/MG/LWMST versi NARUTO)

Pair: SasuSaku

Naruto milik Masashi Kishimoto

Warning: sedikit OOC, typo, gaje,dan masih banyak kekurangan lainnya. Mohon dimaklumi...

Chapter 1

Hari ini Tenten, sepupu Sakura pergi mengantar Sakura untuk mengambil hasil tes masuk SMU Konoha. Kemarin Sakura sudah menjalani tes masuk itu selama dua hari. Dan hari ini saat untuk mengambilnya.

"Sakura Haruno..." tiba-tiba loudspeaker berbunyi.

DEG'

Jantung Sakura mulai berdegup kencang.

"Yang semangat Sakura!" kata Tenten menyemangati.

"Baik... Tenten..." kata Sakura gemetaran.

Beberapa menit kemudian Sakura keluar dari ruang juri.

"HOREEEEEE..." teriak Sakura keras ketika ia keluar dari ruang juri.

"Bagaimana, Sakura?" tanya Tenten tidak sabar.

"Aku lulus Tenten, aku diterima di SMU Konoha..."

"Wah, selamat ya?" kata Tenten sambil memeluk Sakura. "Kalau begitu, ayo kita ke toko! Kita kan harus membantu bibi mengantar bunga...

"Iya, ibu pasti sudah menunggu kita... Ayo!"

Di saat yang bersamaan di RS Konoha...

"TIDAAAAAAAAAK...!" teriak Sasuke ketika mendapat surat dari SMU Konoha. Isi surat tersebut bahwa ia dinyatakan diterima di SMU Konoha.

Tepat pada saat itu, Mikoto Uchiha, ibu Sasuke, masuk ke ruang perawatan anaknya.

"Tunggu sampai kakimu sembuh. Setelah itu kau bisa masuk sekolah," kata Mikoto pada anaknya.

"Tidak mau! Aku tidak mau masuk kesana, bu!" Jawab Sasuke ketus.

"Kau harus mau!"

"TIDAK_"

"HARUS"

"TIDAAAAAK" Sasuke masih terus bersikeras.

"Ibu tidak mau tahu! Kau harus masuk kesana! Titik..." kata Mikoto sambil membanting pintu ruang perawatan anaknya. "DUAARR..."

Dan sosok ibu Sasuke akhirnya menghilang dari balik pintu.

"Huuh... Apa-apaan ini!" teriak Sasuke sambil menyobek surat dari SMU Konoha itu. Setelah itu, ia melepas selang infus yang masih menempel pada tangannya. Lalu mengganti pakaiannya dan mengambil kruk yang ada di pojok ruangan.

Sasuke mengendap-endap keluar dari ruang perawatan. Dengan menggunakan kruk, ia berhasil keluar dari rumah sakit tersebut. Begitu sampai di jalan raya, Sasuke menyetop taksi. Dan taksi itupun melaju dengan kecepatan tinggi

*Let's Read*

.

Nama: Sakura Haruno

Shan Chai / Geum Jan Di / Chu Yuxun / MakinoTsukushi

Umur: 16

Sekolah: SMU Konoha

Karakteristik: Berambut pink, bermata emerald

Hobi: Bersepeda, berolahraga, taekwondo, berenang

.

*Let's Read*

"Hey, Pak sopir! Bisakah kau lebih cepat!" kata Sasuke sambil menepuk-nepuk kursi pengemudi.

"Maaf, tuan, ini sudah kecepatan penuh," kata sopir menjelaskan.

"Ya sudah, aku saja yang menyetir!" Sasuke mulai melompat ke jok depan.

"Dengan kaki seperti itu...?" Sopir taksi tersebut tampak tak percaya.

"Sudahlah, jangan banyak tanya!" Sasuke mulai mengalihkan kemudi. Dan mulai memutar-mutarnya. Si sopir taksi itu menjadi terganggu karena ulah Sasuke. Mobil yang semula bergerak lurus, menjadi berkelak-kelok karena ulah Sasuke.

"AWAS TUAN, SEPEDA!" teriak si sopir ketika melihat sepeda yang tiba-tiba datang dari depan.

"HWAAAAAAAAA_ ##$%!"

"CKIIIIT_" Taksi tersebut akhirnya dapat direm dengan tiba-tiba.

Sasuke yang mulai kesal akhirnya turun dari taksi dan berjalan menghampiri gadis pemilik sepeda itu. Gadis berambut pink dan bermata emerald itu tampak sedang sibuk memunguti bunga-bunganya yang berjatuhan dari ranjang sepeda akibat bertabrakan dengan taksi tadi.

"Kau tidak punya mata, ya?" bentak Sasuke pada gadis itu.

"Huh..." Sakura bangkit dari jongkoknya. "Sekarang aku tanya padamu! Siapa yang tidak bisa menuyetir.

"KAU..." Sasuke mulai geram. Ia hampir memukul gadis dihadapannya dengan kruk yang dipakainya. Hal itu urungt dilakukannya karena melihat taksi yang tadi ditumpanginya sudah kabur begitu saja. "WOOOOIIIIII... Sial!"

"Kau harus ganti rugi!" kata Sakura ketus. "Gara-gara dirimu! Bunga-bunga ini jadi rusak!"

Sasuke mulai berpikir sejenak. "Baik... aku akan ganti rugi. Asalkan..."

*Let's Read*

"Huuh..." kata Sakura terengah-engah. "Kau ini berat sekali, sih!"

"Jangan banyak bicara!" jawab Sasuke ketus. "Kayuh saja yang benar!"

"Iya...iya... aku mengerti."

Saat ini Sakura sedang mengantarkan Sasuke ke rumahnya. Karena kalau tidak, Sasuke tidak mau ganti rugi atas apa yang terjadi tadi. Dan mungkin Sakura akan dimarahi habis-habisan oleh ibunya karena tidak mengantar bunga pesanan pelanggan. Jadi, Sakura terpaksa menuruti permintaan Sasuke.

"STOP...!" kata Sasuke tiba-tiba, membuat Sakura juga menghentikan laju sepedanya secara tiba-tiba.

"Ini rumahmu?" tanya Sakura tidak percaya. Gadis berambut pink itu tampak tercengang ketika melihat rumah yang besar dan mewah ada di hadapannya.

"Ya... kenapa? Kau tidak pernah melihat rumah sebesar ini?" Sasuke tersenyum sinis ke arah Sakura.

"Ti... tidak, bukan apa-apa," jawab Sakura malu-malu.

"Hmm... Baik. Kau tunggulah disini, aku akan ambil uang yang kau minta." Sasuke meninggalkan Sakura di halaman rumahnya.

Beberapa menit kemudian, Sasuke datang membawa setumpuk uang di tangannya. Uang itu akhirnya diserahkan pada Sakura dengan cuma-cuma.

"Tu... tunggu!" kata Sakura ketika Sasuke hampir masuk ke dalam rumahnya.

"Apa? Uangnya kurang?"

"Ti... tidak!" Sakura menggeleng cepat. "Hanya saja... uang ini terlalu banyak."

Sasuke tertawa kecil. "Anggap saja uang itu ongkos kau memboncengkanku tadi," Ia pun berjalan meninggalkan Sakura sendirian dan masuk ke dalam rumahnya yang mewah. Dasar orang kaya sombong pikir Sakura kesal.

*Let's Read*

Hari ini hari pertama Sakura dan Tenten masuk menjadi siswi SMU. Setelah selesai memakai seragam, mereka turun ke bawah untuk sarapan bersama.

Sakura tinggal bersama Tenten, Paman Gai, dan ibunya, Kurenai. Tenten adalah sepupu sekaligus sahabat bagi Sakura. Sedangkan Paman Gai adalah ayah Tenten dan juga adik dari Kurenai. Ayah Sakura tidak tahu berada dimana. Beliau sudah lama meninggalkan Sakura dan ibunya hidup sendirian. Sedangkan ibunda Tenten sudah meninggal sejak melahirkan Tenten. Kini tinggalah mereka berempat sebagai satu keluarga.

"Aku pasti kesepian nantinya..." kata Tenten sedih.

Sakura tersenyum kecut mendengar perkataan Tenten. Namun senyum kembali terukir di wajah gadis itu ketika mengingat sesuatu. "Kau jangan sedih Tenten! Jadwal asrama kan, hanya hari Senin sampai Rabu. Lagipula, itu baru dimulai seminggu lagi."

Tenten tersenyum mendengarnya. "Ya..."

Setelah selesai sarapan. Sakura dan Tenten berpamitan kepada Gai dan Kurenai. Lalu mereka berangkat ke sekolah bersama menggunakan sepeda. Ketika sampai di perempatan lampu merah mereka berhenti.

"Ini hari pertama kita tidak satu sekolah, ya?" kata Tenten ketika berhenti di lampu merah.

"Ya, tapi kita tetap harus bersemangat!" kata Sakura sambil mengepalkan tangannya.

"Benar...! Semangat!"

Tak lama setelah itu lampu hijau menyala.

"Sampai jumpa Tenten," kata Sakura.

"Ya, hati-hati ya..."

Sepeda mereka pun mulai berjalan berlawanan arah.

*Let's Read*

Ketika sampai di SMU Konoha, Sakura segera memarkirkan sepedanya di tempat parkir. Sebelum masuk ke dalam kelas, ia sempat mendongak ke atas, menatap langit biru yang luas. Semoga hari ini menjadi hari yang baik untukku, pikir Sakura dalam hati. Ia pun mulai melangkahkan kakinya menuju kelas.

Ketika sudah sampai di dalam kelas, Sakura segera mencari tempat duduknya. Tempat duduk di SMU Konoha sudah di atur menurut absen. Di setiap meja terdapat dua kursi. Meja tersebut cukup panjang. Bahkan cukup untuk empat orang murid. Namun hanya digunakan untuk dua murid agar murid dapat lebih leluasa mencatat pelajaran. Juga menghindari saling contek-mencontek ketika ulangan.

Begitu Sakura menemukan meja bertuliskan 'Sakura Haruno', ia langsung kesal karena bangkunya diduduki tiga orang laki-laki. Satu dari mereka menduduki mejanya.

"Maaf, ini tempat dudukku, bisakah kalian menyingkir?" kata Sakura lembut.

"Hey, kau! Kau pikir kau siapa bisa menyuruh kami seenaknya?" balas seseorang dari mereka yang memiliki rambut paling panjang dan mata berwarna putih.

"Aku tidak meyuruh. Aku hanya ingin kalian menyingkir karena ini mejaku!" kata Sakura tak kalah ketus.

"Terserah kami mau ngapain!"

"Kalian ini..." Sakura mulai naik pitam.

"Apa? Kau mau apa?"

"Kau mau melawan kami? Boleh saja! Akan kami layani!" seorang dari mereka yang berambut mirip nanas ikut menyahut.

"Kalau begitu, ayo lawan aku! Kalian pikir aku takut!" Sakura mulai bersiap dengan jurus taekwondo-nya.

"Baik!" si rambut nanas dan si rambut panjang bangkit dari duduknya. Mereka mengepalkan kedua tangannya.

"Hey, sudah-sudah!" Kali ini si kulit pucat yang angkat bicara. Ia mencoba melerai pertarungan antara Sakura dengan dua temannya. "Neji, Shikamaru, tadi kita dipanggil Tsunade-sensei, kan?"

"Huuh, dasar... Awas kau, gadis pink! Urusan kita belum selesai!"

"Ya sudah, ayo kita pergi! Ayo..." Si kulit pucat mulai menyeret teman-temannya menjauhi meja Sakura.

Begitu mereka menjauh dari meja Sakura, Sakura segera duduk di kursinya. Sakura jadi senyam-senyum sendiri mengenang kejadian tadi. Laki-laki berkulit pucat tadi, siapa namanya? Pikir Sakura dalam hati.

"Hey... hey..."

Sakura yang masih tersenyum-senyum sendiri tidak menyadiri bahwa sedari tadi ada yang memanggilnya.

"HEEEYY..."

Panggilan yang kedua membuat Sakura tersadar dari lamunannya. "Eh...?" Ia menoleh ke belakang. Dibelakang mejanya tampak seorang gadis berambut kuning yang dikucir satu. Poninya yang panjang membuat wajahnya sedikit tertutup oleh rambut kuningnya. "Ma... maaf, maafkan aku!" kata Sakura sambil tertunduk malu.

"Ah, tidak apa-apa. Aku hanya ingin berkenalan saja, kok. Namaku Yamanaka Ino, salam kenal," kata Ino sambil tersenyum ramah.

"Namaku Sakura Haruno, salam kenal juga." Sakura membalas senyum ke arah gadis bernama Ino tersebut.

"O... ya, siapa yang duduk di sampingmu? Kenapa dia belum juga datang?"

Sakura menoleh ke tempat duduk di sampingnya, lalu mengedikkan bahu. "Aku tidak tahu."

"Kalau begitu, lanjutkan aktivitasmu! Aku keluar sebentar, ya?" Dan sosok Ino akhirnya menghilang dari balik pintu.

"Iya..."

Sakura pun menidurkan kepala di atas mejanya. Tiba-tiba ia teringat kata-kata Ino barusan. Benar juga, siapa yang duduk disampingku, ya? Sakura pun sedikit menggeserkan posisi duduknya. Ia membaca nama yang tertera di atas meja, "Sasuke Uchiha...?"

Pasti orang malas, pikir Sakura dalam hati.

*Let's Read*

'BUUUK...'

Itachi melempar bantal ke arah Sasuke yang sedang sibuk memakan mie ramen.

"Dasar adikku pemalas!" teriak Itachi.

"Baka-Aniki, kau ini apa-apaan, sih? Melempar bantal sembarangan seperti ini!" protes Sasuke kesal. " Kau tidak lihat, makananku jadi tumpah?"

"Kau ini... Kemarin kau sudah membuat kami semua pusing mencarimu karena kabur dari rumah sakit. Dan ternyata kau berada di rumah main PS. Sekarang? Kau malah bermalas-malasan di rumah dan membolos sekolah. Dasar...!"

"Aniki, kau tidak lihat kakiku masih sakit?"

"Halah..." Itachi nyengir melihat tingkah manja adik bungsunya.

"Lagipula, ibu sudah bilang agar kakiku disembuhkan dulu, baru aku bisa berangkat sekolah."

"Kau tidak sedang menghindar, kan?"

"Tidak... kenapa kau berkata seperti itu?"

"Haaah... kau pikir aku tidak bisa membaca gerak-gerik mencurigakanmu itu?"

Sasuke tidak menjawab. Ia malah meneruskan acara makannya dengan santai.

"Ya sudah, aku pergi dulu, ya?"

"Hn," jawab Sasuke malas. Padahal dalam hati ia sangat kegirangan. Bagus! Kalau Aniki tidak ada di rumah, aku bisa pergi sepuasnya. Yes!

*Let's Read*

.

Nama: Uchiha Sasuke

Dao Ming Tse / Goo Jun pyo / Murong Yunhai / Doumiyouji Tsukasha

Umur: 16

Sekolah: SMU Konoha

Karakteristik: Berambut raven bentuknya mirip pantat ayam, bermata onyx

Hobi: Balapan mobil, bermain basket

.

*Let's Read*

Sasuke menyuruh sopirnya berhenti di depan sebuah diller mobil. Begitu masuk ke dalam diller tersebut, Sasuke sangat terkejut karena mobil pesanannya sudah tiba. Ia langsung mendekati mobil berwarna hitam tersebut, lalu masuk ke dalamnya. Sasuke mulai mencoba menggerakkan kemudi mobil tersebut layaknya pembalap.

Selagi Sasuke asyik memainkan mobil pesanannya, datanglah Mikoto dari lantai atas. Begitu melihat Mikoto datang ke arahnya, Sasuke terperanjat kaget. Ia langsung diam seribu bahasa dan menundukkan kepalanya.

"Kenapa kau kesini?" tanya Mikoto tegas.

"I... itu..." Sebelum Sasuke sempat melanjutkan, Mikoto sudah memotongnya. "Ayo pulang...!"

Setelah Mikoto pamit pada client diller tersebut, Mikoto segera menarik Sasuke masuk ke dalam mobilnya.

"Dasar bodoh!" kata Mikoto di perjalanan menuju pulang. "Kakimu seperti ini gara-gara mobil! Kenapa kau malah membeli mobil baru?"

"Terserah aku!" kata Sasuke ketus. Pandangannya mengarah ke jendela kaca mobil.

"TIDAK! Sekali tidak boleh, tetap tidak boleh!"

"Kau tidak perlu ikut campur!"

"Dengarkan ibu...! Kalau kau sampai berani mengikuti balapan liar seperti itu lagi, aku tidak akan segan-segan mengirimmu ke Amerika."

"Terserah saja!" kata Sasuke sambil keluar dari mobil yang ditumpanginya dan ibunya begitu sampai di halaman rumahnya.

'BRAAAK..."

Anak itu... pikir Mikoto kesal.

*Let's Read*

Ketika Sakura dan Ino sedang asyik makan di kantin, tiba-tiba saja muncul Neji, Shikamaru, dan Sai yang masuk ke dalam kantin. Sontak, hal tersebut membuat murid-murid SMU Konoha mulai riuh dan panik. Ketiga orang tersebut akhirnya duduk di meja yang paling dekat dengan jendela kaca.

"Merek bertiga itu bukankah yang berada di kelas tadi?" tanya Sakura pada Ino.

"Iya, mereka teman sekelas kita. Tapi yang kudengar, orang tua mereka termasuk pemilik yayasan," jawab Ino.

"Lalu... siapa saja nama mereka?" Sakura berusaha menutupi bahwasanya ia hanya ingin tahu nama laki-laki berkulit pucat yang menolongnya kemarin, dengan menggunakan kata 'mereka' sebagai objek.

"Yang berambut panjang itu, Neji. Kalau yang rambutnya seperti nanas Shikamaru. Sedangkan yang kulitnya pucat itu, Sai. Ia terkenal paling baik dari mereka bertiga."

Jadi namanya Sai pikir Sakura dalam hati sambil tersenyum mengenang kejadian tadi.

To Be Continued

REVIEW ya, kritik dan saran jangan lupa #supaya author bisa tahu kesalahannya ada dimana, dan bisa memperbaikinya...

Flame? Boleh aja, asal flame-nya jelas, nge-flame-nya karena apa dijelasin. Biar author tahu kekurangannya. Jangan nge-flame yang nggak jelas dan sembarangan mengejek karya orang. Author bisa sakit hati...*termasuk aku juga. Hehe...

#aduh... author banyak bacot#

JOOSSHH... MARI MAJUKAN FANFIKSI KARYA BANGSA INDONESIA