Taehyung/Jungkook | AU |oneshot | I don't take any profit with this chara

.

Do not plagiarize.

.

Enjoy!

.

.

.

.

Musim pekan ujian akhirnya telah tiba, Jungkook tak pernah berpikir bahwa masa sekolahnya akan terasa secepat ini. Dan itu terasa menegangkan ketika harinya akan tiba besok lusa.

Well, ini mungkin salahnya juga, dahulu ketika ia baru memasuki tingkat pertama high school ia pernah berdoa untuk cepat sampai hari dimana ia ujian akhir dan segera keluar dari sekolah yang menurutnya sangat membosankan itu.

Oke, sekarang Jungkook harus menerima atas jawaban doanya sendiri ketika ia merasa kegiatan sekolahnya cepat berakhir.

.

Hari ini hari sabtu, Jungkook baru keluar dari gerbang sekolahnya setelah malam menjelang. Ia telah menjalani kelas tambahan untuk persiapan ujian hari senin mendatang. Pukul delapan malam lebih tepatnya Jungkook baru bisa kembali merasakan udara bebas dari luar sekolah yang menurutnya pengap.

Wajahnya terlihat lesu dan pucat walau masih tersirat kontur wajah yang menawan antara manis dan tampan dengan rambut hitam legam beserta kedua mata bulatnya yang bagaikan permata dibawah temaram malam. Ia memakai sebuah jaket biru tua untuk melapisi seragam sekolahnya.

Jungkook pulang dengan berjalan kaki malam itu, ia pikir ia akan menyegarkan pikirannya lebih dulu dengan mampir ke kafe tepi jalan favoritnya. Beruntung ia selalu mengumpulkan uang jajannya hanya untuk membeli segelas mint iced mocchacino dan sepotong tiramisu disana.

Cring.

Jungkook memasuki ruangan kafe serba kayu cokelat keemasan itu dan berjalan menuju satu-satunya counter disana untuk memesan menu.

"Selamat datang dan selamat malam Jungkook-ah. Tiramisu dan fresh mint iced moccachino seperti biasa?"

Seorang pemuda penjaga kasir telah lebih dulu menyapa Jungkook dengan begitu ramah. Ia telah mengenal Jungkook dan hapal apa yang selalu dipesannya jika sudah mengunjungi kafe ini.

Jungkook balas tersenyum, memaksakan dirinya seceria mungkin walau nyatanya ia begitu lelah dengan semua pelajaran yang diterimanya hari itu.

"Iya, Jin-hyung. Seperti biasa. Tetapi aku ingin take out saja, sudah terlalu malam." Jungkook melirik jam dinding besar disalah satu sudut kafe.

"Baiklah."

Sembari menunggu pesanannya dibuat, Jungkook dengan iseng memandang seluruh isi kafe. Kedua matanya bergulir menatap dari satu sudut ke sudut lainnya dengan cepat.

Sampai ketika kedua matanya jatuh di satu sudut yang begitu nyentrik, Jungkook berhenti menatapnya dengan pandangan bingung. Bagaimana tidak nyentrik, Jungkook menemukan seorang pemuda duduk sendirian di salah satu meja dengan penampilan yang menurut Jungkook sangat tidak lazim seperti orang kebanyakan pakai. Maksudnya, lihat saja rambutnya yang bercat pirang keunguan, mana mungkin 'kan ada orang yang terlahir dengan rambut seperti itu?

Tetapi boleh Jungkook akui kalau orang tersebut terlihat tampan dengan rambutnya yang seperti itu. Karena tampangnya saja sudah mirip seperti laki-laki bishie dalam karakter manga.

Jungkook tanpa sadar terus memerhatikan pemuda itu, sampai ketika Jungkook menatap seringai yang terpatri dari wajahnya, Jungkook segera tersadar dan segera memalingkan wajahnya dengan cepat.

"Jungkook-ah? Kau melihat siapa?"

Jungkook berbalik dengan terkaget karena penjaga kasir yang dipanggilnya sebagai 'Jin-hyung' itu telah tiba-tiba muncul dan menatapnya bingung.

"Ng...tidak apa-apa kok hehe." Jungkook tertawa memaksa.

"Wajahmu pucat, Kook." Pemuda dihadapannya berucap khawatir.

"Oh ya?" Jungkook memegang kedua pipinya. "Mungkin karena aku terlalu banyak menghapal rumus matematika?"

Terdengar kekehan dari si penjaga kasir, ia lalu menyodorkan bungkusan plastik berisi pesanan Jungkook.

Jungkook balas tertawa kecil dan menyodornya lembaran-lembaran won padanya.

"Terima kasih, Hyung. Aku duluan."

"Hati-hati di jalan, Jungkook-ah!"

Jungkook keluar pintu kafe dan berdiri sebentar untuk menggerakkan otot lehernya. Ia mengusap tengkuknya sendiri dengan canggung lalu bergerutu pelan. "Kenapa tiba-tiba kayak ada yang ngikutin sih."

.

Jungkook berjalan dengan pandangan gelisah dan terus-menerus menolehkan kepalanya ke belakang seolah mencari keberadaan seseorang. Jungkook ini orang yang cukup peka. Dan ia merasa perjalanan pulangnya malam ini terasa sedang dibuntuti orang lain. Jungkook tak tahu siapa itu tetapi yang pasti ia tahu kalau seseorang yang membuntutinya itu adalah seorang manusia. Terlihat dari bayangannya yang memanjang terkena sinar lampu jalanan dari balik tiang. Dan lebih anehnya lagi, orang itu adalah laki-laki.

Jungkook pikir ia tak punya masalah dengan siapapun. Ia selalu berteman baik dengan siapapun dengan mengharapkan hubungan baik antar teman tanpa menciptakan permusuhan apapun.

Lantas, kenapa ada seseorang yang membuntutinya?

Dari bayangannya sih sepertinya orang tersebut kurus. Bukan om-om gendut yang Jungkook pikir akan menculiknya.

Tetapi... Sekarang ini banyak modus penculikan dalam model apapun. Bahkan orang tampan sekalipun. Astaga, Jungkook jadi mulai berpikir yang tidak-tidak. Bagaimana kalau ia diculik? Disekap? Dijadikan budak? Atau yang lebih parahnya organ tubuhnya dicuri lalu dijual? Heol.

Jungkook menggelengkan cepat kepalanya. Tanpa terasa karena sibuk dengan pikiran negatifnya, kini ia telah sampai didepan gerbang rumahnya. Tetapi aura orang yang menguntitnya itu masih terasa jelas, ketika Jungkook menoleh kebelakang pun ia masih bisa melihat bayangannya dari balik tiang lampu jalan di ujung samping rumahnya.

Jungkook menghela napas. Ia menghadap lampu tiang jalan dan menatapnya garang. Sekarang ia tak peduli kalau orang itu akan menculiknya, ia sudah berada didepan rumahnya dan hanya tinggal berteriak saja untuk minta tolong jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

"Hei kau, kenapa membuntutiku?!" Tanya Jungkook, dengan logat Busannya yang terdengar arogan dengan sengaja.

Hening. Tak ada pergerakan apapun. Jungkook sudah mau berteriak kembali namun tiba-tiba sesosok pemuda berawakan tinggi itu keluar dari persembunyiannya dalam gelap dan menampakkan wajahnya kearah Jungkook. Lalu pemuda asing itu memberikan Jungkook cengirannya yang terlihat epik dimata siapapun.

Jungkook sontak saja mengangkat alisnya dengan heran karena hal itu. Untuk apa seseorang yang nyaris tidak dikenalnya memberikannya sebuah cengiran lucu. Ukh ya, nyaris tidak dikenal, karena demi apapun pemuda itu adalah pemuda berambut nyentrik yang Jungkook lihat saat di kafe tadi!

"Kau... yang tadi di kafe?" Tunjuk Jungkook dengan tatapan penuh intimidasi dari mata bulatnya. Ketakutannya yang sempat dirasakannya tadi entah mengapa hilang begitu saja. Melihat cengirannya barusan malah membuat Jungkook merasa bahwa pemuda itu adalah pemuda baik ala ikemen senpai yang malah membuatnya sedikit tertarik. Hanya sedikit.

"Iya, hehe." Pemuda pirang keunguan itu kembali menunjukkan cengirannya kearah Jungkook dan menghampirinya. "Apa aku mengganggumu?"

Jungkook memutar kedua bola matanya pada pemuda yang kini telah berada di hadapannya. "Tentu saja. Kenapa kau mengikutiku? Siapa kau? Apa kau berniat buruk padaku?!"

Pemuda tinggi itu melebarkan kelopak matanya dengan terkejut menatap Jungkook dengan mengibaskan kedua tangannya. "Tidak kok! Mana mungkin..."

Jungkook melipat kedua tangannya. Ia menatap pemuda dihadapannya dari bawah ke atas. Pemuda itu mengenakan sneaker mahal—Jungkook tahu dari merk yang terlihat—, celana jeans keren—Jungkook melihatnya begitu—, lalu jaket kulit hitamnya yang terdapat banyak manik keren—oke, Jungkook iri sekarang—, dan jangan lupakan rambut pirang keunguannya yang sungguh nyentrik seolah pemuda itu baru saja ketumpahan cat dirambutnya. Kalau wajahnya... Jungkook tidak berbohong, hidugnya yang tinggi dan garis matanya yang runcing itu benar-benar terlihat tampan.

Oke, lupakan dulu masalah penampilan.

"Jadi, untuk apa kau mengikutiku?" Jungkook memicingkan matanya menatap si pemuda nyentrik itu.

"Aku hanya ingin mengembalikan sesuatu," pemuda dihadapan Jungkook itu meraba saku belakang celananya untuk mengambil sesuatu. Suaranya yang berat membuat Jungkook agak risih juga sebenarnya."Ini, milikmu."

Jungkook menatap benda yang disodorkan padanya, sebuah pena tinta merah miliknya. Ya, Jungkook mengiyakan benda tersebut sebagai miliknya karena ia selalu memberi label disetiap alat tulisnya dengan sticker bertuliskan inisial namanya sendiri. JJK. Jeon Jungkook. Walaupun ia tak mengerti kapan penanya bisa terjatuh dan tiba-tiba berada di tangan pemuda dihadapannya ini.

Ketika Jungkook menyodorkan tangannya untuk meraih penanya kembali, tiba-tiba pemuda itu menarik kembali pena ditangannya dan malah mencondongkan dirinya mendekat ke arah Jungkook hanya untuk berbisik ditelinganya.

"Hai, aku Kim Taehyung, boleh kutahu namamu?" Bisiknya husky.

Jungkook membulatkan kedua matanya. Dengan cepat rona merah menjalar ke kedua pipinya merasakan hembusan nafas hangat dan suara menggoda tepat ditelinganya.

Beberapa detik berlalu dengan keheningan. Selanjutnya Jungkook dengan refleks mendorong pemuda dihadapannya sampai terjatuh diatas aspal dan meringis.

"Apa-apaan?!" Jungkook mendesis dan menatap garang pemuda dihadapannya dengan wajah memerah. Entah karena apa.

Tetapi pemuda yang mengaku bernama Taehyung itu malah kembali menyeringai seperti saat Jungkook pertamakali melihat seringaiannya saat di kafe tadi.

"Hei, aku hanya ingin berkenalan omong-omong..."

Jungkook kembali memutar malas kedua matanya dan berdecak kesal. Wajahnya masih memerah dan ia segera berlari memasuki halaman rumahnya dengan bergerutu tak jelas.

Sedangkan pemuda yang mengaku bernama Taehyung itu masih menyeringai kemudian membaca sebuah kartu dari dompet yang baru saja diambilnya.

"Sepertinya aku menyukainya," pemuda itu terkikik kecil dan membaca sederet nama dalam sebuah tanda pengenal, atau lebih tepatnya kartu pelajar.

"Namanya adalah... Jeon Jungkook."

.

.

.

.

End.

.

.

.

Nb : ini paling susah btw, I don't have much feel for this couple. hatersnya

Kimtae nih ._. Wkwk

Tapi sayangnya banyak yang minta pair ini, pasti sangat tidak memuaskan ya. Maapin atuh :(

Dan terima kasih sudah membaca sampai sini, apalagi yang sempetin komentar :3 hihi.

.

.

Omake

.

Jungkook bersandar dari balik pintu kamarnya masih dengan wajah yang bersirat kemerahan. Ia memejamkan kedua matanya dan mencoba bernapas tenang.

"Sialan, barusan ia hampir meraba bokongku." Jungkook menggerutu. Ia lalu secara reflek meraba saku bagian belakangnya, lalu kemudian terkejut karena merasakan sakunya yang rata.

"Astaga, dompetku?!"

Jungkook kemudian menepuk dahinya sendiri, orang yang sempat dipujinya dengan tampan tadi pasti memang berniat jahat padanya. Setelah penanya yang tidak dikembalikan, kini dompetnya yang dicuri!

Jungkook lalu berlari menuju jendela kamarnya untuk melihat halaman depan apa orang yang mengaku padanya bernama Taehyung itu masih berada disana.

Dan benar, pemuda nyentrik itu masih berada disana. Ia melambaikan tangannya kearah Jungkook dengan cengirannya itu. Ditangannya ada sebuah dompet yang dapat Jungkook yakini sebagai miliknya. Pemuda itu lalu membuat sebuah tanda dengan menunjuk dirinya sendiri lalu membentuk sebuah telepon dari tangannya. Yang dapat Jungkook artikan sebagai 'Aku akan menghubungimu'. Lalu pemuda itu pergi menjauh begitu saja sampai menghilang dari pandangan Jungkook.

Jungkook menggeram kesal dan mengusap rambutnya kebelakang. "Aish, sialan."

.

.

.

.

This story © by Phylindan.