SWEET

.

.

.

KaiHun

Krisbaek

.

.

Warn! Typo(s), gender switch for Sehun and Baekhyun

Disclaimer: this story based on J. Pearce's novel, I just remake and translate it

.

.

.

"tak semua hal semanis kelihatannya"

.

.

.

Maknae Lines 1994 present

.

.

.

Prolog

Dua belas tahun lalu

Kata buku itu ada penyihir di dalam hutan. Karena itulah mereka berada di antara pohon-pohon rimbun. Mereka mencari si penyihir. Mereka bertiga berjalan dengan susah payah, bergegas melewati pohon-pohon cemara hemlock dan maple, jauh dari rumah mereka, dan dari tangan lembut ibu mereka.

Sebuah suara melengking dan menyakitkan terdengar melambung menembus pepohonan. Si anak lelaki berbalik.

"maaf" kata salah satu anak perempuan, meskipun jelas dia tidak mengatakannya dengan sungguh-sungguh. Di pipinya masih ada garis-garis bekas lemak bayi dan rambutnya bagaikan cercahan sinar mentari, identik dengan anak perempuan yang berdiri di sampingnya. Anak perempuan bungsu yang pertama tadi mengangkat sekantong permen cokelat yang baru saja disobeknya hingga terbuka. "kau boleh ambil semua permen yang kuning, Kris, kalau kau mau"

"tidak ada yang suka permen kuning" kata Kris sambil memutar bola matanya.

"mom suka" salah satu dari si kembar mendebat,tapi Kris sudah berbalik dan tidak tau dengan yang mana tadi dia berbicara. Beginilah mereka biasanya. Kedua anak perempuan itu berbaur, sangat berbaur sampai-sampai terkadang kita tidak bisa membedakan apakah memang ada dua anak perempuan atau kita melihat satu anak perempuan dua kali. Anak perempuan yang membawa kantong permen mengambil segenggam penuh, memisahkan permen kuning, lalu menjatuhkan permen-permen kuning itu ketika mereka berjalan lagi.

"saat kita menemukan si penyihir" kata Kris pada adik-adiknya, "kalau dia mengejar kita, kita harus berpencar. Dengan begitu dia cuma bisa memakan salah satu dari kita"

"tapi, bagaimana kalau dia menangkapku?" kata salah satu dari si kembar ngeri.

"yah bagaimana kalau dia menangkap ku, Sehun?" Kris menjawab.

"kau lebih besar. Dia pasti mengejar mu" kata salah satu dari si kembar kepada Kris sambil mencibir. "cara kerja penyihir seperti itu" Cuma anak perempuan ini yang mengklaim dirinya tau cara kerja penyihir seperti apa. Dia yang hafal di luar kepala semua cerita, peta buatan, halaman demi halaman buku tentang penyihir. Dia merogoh kantong permen kembarannya lalu melempar satu permen kuning ke bagian belakang kepala Kris. Kris tidak bereaksi, jadi anak perempuan itu bersiap melempar satu permen lagi.

"tunggu… kalian tau sekarang kita dimana?" tanya Kris.

Salah satu dari si kembar mengangkat kepalanya ke arah kanopi hutan dan meneliti batang-batang pohon paling dekat. Sementara itu, saudarinya berbalik pelan-pelan di antara dedaunan. Mereka hafal hutan ini, tapi belum pernah memberanikan diri masuk sejauh ini. Bayang bayang dari dahan-dahan pohon terasa seperti orang asing, bunyi krak dan pop yang alami pun berubah menyeramkan.

Si kembar menggeleng bersamaan lalu kakak mereka mengangguk singkat. Kris berusaha menyembunyikan fakta bahwa bepergian sejauh ini membuatnya merasa gelisah. Dia bergegas maju ingin terus bergerak.

"Kris? Tunggu!" pinta salah satu dari si kembar, lalu berlari sedikit dan menyajajari kakaknya. "kita tersesat?"

"Cuma sedikit" jawab Kris. Dia terlompat saat mendengar suara keras dahan yang jatuh. "jangan takut"

"aku tidak takut" anak perempuan itu menjawab. Dia mulai berharap seandainya tadi dia mengemas selai kacang dan roti isi jeli untuk petualangan mereka, bukannya dua boneka Barbie dan sekantong permen yang hampir dihabiskan oleh Sehun pula. Bagaimana kalau mereka terjebak disini sampai lewat jam makan malam?

"lagi pula" kata Kris sambil menoleh ke belakang, "mungkin penyihir itu pandai dan membantu kita agar tidak tersesat"

"ku kira tadi katamu dia mungkin mau memakan kita"

"yah, mungkin, tapi kita tidak akan tau sebelum menemukannya. Kecuali kau ingin kembali" kata Kris. Ia tak sepenuh nya percaya kisah-kisah tentang penyihir, tapi kedua adiknya ini percaya dan dia tidak ingin merusak kesenangan mereka. Suara pop lagi di hutan membuat Kris terlompat. Dia pun menghalau rasa gugupnya lalu menyanyikan lagu kesukaan mereka, lagu dari pemutar piringan plastik milik ayah mereka.

"in Big Rock Candy Mountain , you never change your shock. And little lemon river, dripping the rocks…" si kembar mulai ikut bersenandung hingga mereka sampai pada bait yang mereka bertiga sukai lalu bernyanyi bersama.

"There is a lake containing fruit stew and coke too. You can get around with big canoe, in Big Rock Candy Mountain!" untaian kata-kata yang familiar itu membuat mereka tenang, membuat segalanya terasa menyenangkan lagi, seakan suara gabungan mereka telah menyapu pergi rasa takut mereka.

Kris hendak mulai bait berikutnya ketika terdengar bunyi baru dari tempat yang lebih jauh di dalam hutan. Itu bukan bunyi pop, bukan bunyi krak, melainkan langkah kaki. Satu langkah kaki pelan dan bergerisik diatas dedaunan kering, lalu satu langkah lagi, lalu satu langkah lagi. Kris mencengkram tangan kedua adiknya, satu telapak tangan adiknya yang lengket di setiap tangannya sendiri. Kantong permen mereka terjatuh ke tanah dan tercecer, menjadi warna pelangi di dedaunan mati.

Mereka menunggu. Tidak ada apa-apa.

Tapi ada sesuatu. Ada sesuatu, sesuatu yang bernapas, sesuatu yang menetes, sesuatu yang kaku dan diam di dalam pepohonan. Mata Kris dengan cepat menelusuri batang-batang pohon, mencari apapun yang ia yakini sedang menancapkan pandangannya kepada mereka.

"siapa disitu?" Kris berseru. Suaranya gemetar, dan itu membuat si kembar gemetaran. Kris tidak pernah takut. Dialah kakak mereka. Dia melindungi mereka dari anak-anak nakal.

Tapi, Kris ketakutan sekarang. Si kembar tercabik antara kaget dan ngeri melihat hal itu.

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Kris. Suasana semakin hening. Burung-burung diam, pohon-pohon bungkam, napas berhenti, cengkraman Kris pada tangan kedua adiknya mengencang. Sesuatu masih disana, apapun itu, tapi ia tak bergerak, menanti, menanti, menanti…..

Makluk itu akhirnya bicara. Suara nya rendah dan berbisik, suara yang bisa saja disangka angin di antara pepohonan. Tenggorokan Kris kering mendengar suara itu. Kris tidak bisa menangkap kata-katanya. Kata-kata itu terpisah-pisah dan mengerikan. Rendah, parau, mengancam.

Kata-kata itu berhenti.

Lalu makhluk itu tertawa.

Kris meremas tangan kedua adiknya dan mengambil jalan arah datang nya mereka datang. Dia menyentak mereka, lalu berlari secepat yang dia bisa. Si kembar menjerit, satu nada tinggi yang merobek pepohonan dan berenang di sekeliling kepala Kris. Dia tidak bisa menengok ke belakang, tidak bisa tanpa terlambat.

Makhluk itu ada di belakang mereka. Tepat di belakang mereka, mengejar mereka.

Sehun tersandung tapi berpegangan erat-erat kepada Kris, membiarkan dirinya diseret berdiri ketika sesuatu merenggut pergelangan kaki nya, meleset. Mereka harus bergerak lebih cepat. Makhluk itu semakin dekat, mengerkah dedaunan, menyambar jahitan pakaian mereka.

Ia akan menangkap kami.

Si kembar melambatkan Kris, tangan mereka yang terjalin melambatkan siapapun. Mereka telah berjanji untuk berpencar agar si penyihir hanya dapat memakan salah satu diantara mereka, tapi sekarang…

Ia akan menangkap kami.

Kris mengendurkan pegangannya, hanya sedikit dan mendadak kedua tangannya terbebas dan ketiga anak itu berlari cepat melewati pepohonan. Makhluk dibelakang mereka meraung. Kata-katanya lebih mengerikan daripada yang mereka tadi dengar.

Kedua anak kembar itu tau bahwa kembarannya tidak sanggup berlari lebih jauh. Apakah Kris tau jalan keluar?

Permen.

Di tanah, permen-permen kuning. Kris menikuti permen-permen itu, mengiris pepohonan sementara si kembar mengikuti dengan mati-matian, mata mereka terfokus mencari permen berikutnya. Makhluk itu melompat kepada salah satu dari si kembar, meleset, kemudian ia menggerang frustasi. Anak perempuan itu memberanikan diri menoleh ke belakang.

Mata kuning yang membuat perut mual pun menatapnya.

Anak perempuan itu berbalik ke depan dan mempercepat larinya, lebih cepat dari kedua saudaranya. Dia terdorong oleh rasa takut terhadap mata kuning itu, mengalahkan kakinya yang memohon meminta istirahat. Ada cahaya di depan, bentuk-bentuk yang bukan pepohonan. Rumah mereka. Rumah mereka sudah dekat. Jejak permen tersebut berhasil!

Dia sudah mati rasa, mungkin paru-parunya akan meledak, matanya berair, pipinya tergores, tapi rumah sudah tampak.

Mereka menghambur dari hutan ke pekarangan rumput yang sejuk. Masuk ke dalam, masuk ke dalam. Kris menghempaskan pintu belakang hingga terbuka lalu mereka tersandung masuk, membanting pintu tertutup. Ayah ibu mereka berdiri menuruni tangga, melihat anak mereka berkeringat, megap-megap dan gemetaran. Mereka bertanya dengan panik, tepat bersamaan.

"mana saudari kalian?!"

To be continue

a/n: aku minta maaf karena lagi lagi bawa fanfict gender switch, sebenernya aku juga lebih suka yaoi daripada gender switch. Tapi story ini butuh girl dan aku ga bisa dan ga akan bikin fict EXO X other girl. Aku protektif sama ekso sebenernya, jadi aku gasuka mereka pair sama perempuan lain bahkan OC sekalipun. Aku harap kalian suka fic ini.

Mind to review?