Katekyo Hitman Reborn © Amano Akira

Title : Persona 4 : Sacrifice

Genre : Angst/Friendship

Pairing : YuNao, YosuChie, KanRise, YukiOC, TedOC,

Rated : T

Chapter 1, Nightmare

.

'Yuu!'

Sakit—

Semua yang bisa aku rasakan hanyalah rasa sakit yang menjalar dengan cepat ke seluruh tubuhku. Apa yang terjadi, aku tidak pernah bisa mengingat apapun yang terjadi saat itu. Aku—apa yang sebenarnya aku lakukan, kenapa rasa sakit ini—

"…u…Yu…"

Siapa—siapa yang memanggil itu, kenapa aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas, kenapa semuanya gelap…

'Narukami-kun!'

"Onii-chan!" suara itu langsung membuatnya tersentak, menoleh untuk menemukan Nanako yang menatapnya dengan tatapan khawatir. Tangan Nanako tampak mencoba untuk menarik-narik pakaiannya, meminta perhatian yang tidak pernah diberikan saat namanya sedari tadi dipanggil.

"Na—Nanako? Ada apa?"

"Seharusnya kami yang menanyakan hal itu bukan—kau daritadi tampak melamun dan tidak berkonsentrasi sama sekali," Yuu melihat kearah Yosuke yang tampak juga menatap kearahnya. Bukan hanya mereka berdua, semua teman-temannya juga menatap dengan tatapan khawatir. Ah, ia lupa—saat ini mereka sedang mengadakan pesta perpisahan untuknya.

"Maaf—entah kenapa fikiranku melayang sejenak tadi," memegangi dadanya—mencoba untuk merasakan detak jantung yang entah kenapa tadi seolah menghilang atau menjadi sangat pelan. Namun, ia tahu semua itu hanya mimpi—Izanami sudah ia kalahkan.

'Kita harus membawanya keluar dari sini!'

Suara itu lagi-lagi menggema di kepalanya—apa yang sebenarnya ia fikirkan, kenapa ia berfikir ada sesuatu yang ia lupakan. Merasakan—kalau semua yang ada di hadapannya adalah tidak nyata.

'Kau membuatku kecewa Son of Human—'

Suara yang tidak pernah ia dengar—tetapi entah kenapa tampak tidak asing baginya membuat ia memegangi kepalanya yang tampak berdengung keras. Ia pernah merasakan itu, saat malam itu—ketika pertama kali ia melihat Mayonaka TV.

'You're the choose one—'

Kenapa—ia yakin kalau tahu siapa pemilik suara itu, tetapi ia tidak bisa mengingatnya sama sekali. Dan semakin ia mencoba untuk mengingatnya, rasa sakit itu semakin menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Yosuke, sudah saatnya kau kemari dan mencicipi makanan ini~" entah kenapa suara Chie yang tampak berada di dekatnya terasa jauh. Walaupun pandangannya dan kesadarannya tampak berada di sana, entah kenapa semuanya terasa jauh.

'Kau menyadarinya bukan—ini bukan duniamu…'

'Bukan—duniaku?'

Ia terus mencoba untuk mengingatnya—suara itu semakin jelas, dan ingatannya semakin terbuka. Memorinya seolah terus berputar, seperti sebuah kaset yang rusak.

'Tidak sepertimu yang biasa—berlari dan menghindar…'

Suara t uterus terdengar—kenangan t uterus berputar—lalu kembali lagi, kemudian berputar—dan kembali lagi. Hingga seterusnya—

'Kau bisa mengatakannya bukan?'

Dimana kau yang sebenarnya berada—Yuu Narukami…

'Hentikan—' kepalanya serasa ingin pecah—rasa pusing, mual dan sakit tampak semakin nyata dan semakin sakit hingga menjalar hingga di seluruh tubuhnya.

'Kenapa—

'Apa yang kau katakan—siapa kau…'

—kau—

Semua tampak kosong—walaupun waktu terus berputar, semuanya tampak seperti biasa berlalu, namun tidak ada suara yang keluar. Seolah dunia ini tercipta tanpa suara.

—tidak…

Pandangannya tampak mengabur, semuanya terasa tidak nyata di matanya sekarang.

'Apakah ini semua kenyataan—ataukah…'

'Kenapa kau tidak mengingatnya—'

'Izanagi!' pada akhirnya menyadari suara itu—suara personanya yang mencerminkan dirinya itu. Itu adalah suara yang sama saat Izanagi mengajaknya bicara—pertama kali saat ia memunculkannya.

'YUU!'

'Apakah suara itu adalah kenyataan—ataukah hanya, bayanganku saja?'

'BANGUNLAH!'

'Bangun? Bukanlah—aku sudah bangun saat ini?'

'Apakah kau ingat—apa yang dikatakan oleh white rabbit pada alice?'

Waktu seolah mempermainkannya—ia bahkan merasa ia tidak lagi berada di manapun. Hanya bisa melihat beberapa jam yang berputar dengan waktu yang berbeda—dan seekor kelinci membawa jam saku di tangannya.

"Harus cepat—waktunya tidak akan cukup! Waktunya tidak akan cukup!"

'Waktu—apa yang tidak cukup…?'

'Kau harus cepat anakku—'suara itu, suara yang kali ini ia ingat sebagai seseorang yang tentu saja selalu ia datangi hampir setiap malam. Dan saat ia tersadar, hanya portal biru yang berputar yang mengelilinginya dan saat matanya benar-benar terbuka ia sudah berada di dalam ruangan yang ia kenal dengan velvet room.

"Selamat datang nak—" Igor, sumber suara yang ia dengar saat itu tampak kini berada di depannya bersama dengan Margaret asistennya, "—sepertinya kau senang berada di dunia yang kau inginkan…"

"Dunia—yang aku inginkan?"

"Kau sudah mengalahkan Izanami—tetapi kau belum sepenuhnya memusnahkan dirinya," Igor memberikan senyumannya yang biasa ia tunjukkan pada pemuda itu, "ia adalah dewi—dan sebagai seorang manusia kau tidak akan bisa melenyapkannya…"

"La—lalu apa yang bisa kulakukan? Dan—apa yang terjadi pada semuanya?"

"Apakah kau ingin kembali pada mereka? Walau apapun yang terjadi—" Yuu menoleh pada Igor sebelum menatap kearah Margaret yang tersenyum tipis—tetapi ia bisa merasakan kesedihan di tatapannya.

NGIIING

Lagi-lagi kepalanya terasa berdengung—orb berwarna hitam di tangannya, pemberian dari Margaret saat ia mengalahkannya tampak bersinar. Seolah memberikan semua kenangan yang tadi ia lupakan—sesaat sebelum tubuh itu merasakan sakit yang teramat.

"Kau bodoh! Manusia tidak akan mungkin bisa mengalahkanku sendirian—" Izanami tampak menatap kearah Yuu yang bergerak mendekatinya. Tangan-tangan hitam tampak mencoba untuk menariknya, namun seolah itu tidaklah nyata—tangan itu menembus kakinya begitu saja, "—apa!"

"Aku tahu kau bisa membaca semua fikiranku, dan apa yang aku inginkan—" masih berjalan dan tidak menghiraukan tangan-tangan hitam yang siap menariknya kembali dalam kegelapan, "—memang, semua itu adalah dunia yang aku inginkan. Tetapi—aku mengerti kalau aku harus menerima kenyataan yang ada di depanku…"

Melepaskan kacamatanya yang tampak retak karena tekanan dari Izanami, Yuu melemparnya begitu saja dan melihat langsung makhluk yang ada di depannya.

"Aku akan menunjukkan keteguhan hatiku yang sebenarnya—" Izanagi tampak muncul di belakang Yuu, bercahaya biru sebelum tampak pecah seperti kaca yang hancur. Sosok berwarna hitam itu tampak berubah, menjadi sosok berwarna putih dengan pedang yang panjang.

"Mustahil—aku tidak akan kalah dari anak manusia sepertimu—" Izanami tampak mencoba untuk bersiap mengeluarkan serangannya tepat kearah Yuu. Tetapi ia tahu, ia tidak akan bisa menyerang Izanami jika ia bergerak.

"Aku akan menunjukkannya—kekuatan dari kenyataan yang tidak terhitung!" pedang Izanagi tampak berputar sebelum cahaya silau menerangi tempat itu. Bersamaan dengan serangan akhir Izanami yang tepat menuju pada Yuu.

Rasa sakit menjalar saat serangan itu menembus tubuhnya. Dan disaat itulah, semua tampak gelap dan hanya suara teriakan dari Yosuke dan yang lainnya yang terdengar di sana.

"Yuu!"

"Yuu! Kumohon sadarlah—"

Semua ingatan itu tampak menghilang, dan kesadarannya yang tadi terbawa pada dunia yang diciptakan oleh keinginannya sendiri tampak kembali dengan rasa sakit yang juga ikut timbul di seluruh tubuhnya.

Serangannya memang mengenai Izanami, dan ia yakin tidak butuh waktu lama untuk sang dewi meninggalkan dunia ini dalam kedamaian.

"Yo—suke…" mencoba untuk berbicara, meskipun saat ini bahkan untuk bernafas sudah membuatnya kesakitan. Ia tidak tahu lagi, tubuhnya sudah mati rasa—bahkan ia tidak sadar saat tangannya menggenggam erat kemeja putih yang dikenakan Yosuke, yang kini sudah kotor oleh warna merah dari darah Yuu, "aku masih bisa mendengarmu—jangan berteriak seperti itu…"

"Narukami, tetaplah sadar! Kau harus tetap bernafas—Yukiko akan menyembuhkanmu!" walaupun ia tidak tahu tepatnya dimana Chie berada dan berteriak di telinganya, tetapi ia tahu kalau itu adalah suara Chie.

"Chie—sudahlah…"

"Narukami-kun, oh tidak kenapa aku tidak bisa menyembuhkannya—kumohon Narukami-kun tetaplah sadar…" yang ia dengar selanjutnya adalah suara dari Yukiko yang tampak gemetar. Ia menggunakan skill penyembuhan untuk menyembuhkan luka yang ada di tubuh Yuu—tetapi sama sekali tidak ada perubahan dari luka yang diderita oleh Yuu.

"Tidak apa-apa Yukiko," tangannya mencoba bergerak menggenggam tangan gadis itu dan menghentikan apa saja yang dilakukan gadis itu untuk menyembuhkannya, "aku tidak apa-apa…"

"Senpai, kau tidak bisa meninggalkan kami begitu saja seperti ini! Ka—kau tidak akan kalah hanya karena luka ini," suara Kanji tampak ragu—ia tahu, luka yang diderita oleh Yuu tampak sangat parah. Walaupun Yukiko bisa menutup lukanya, Yuu sudah kehabisan banyak darah karena luka itu. Tetapi ia terus mencoba untuk meyakinkan dirinya—Yuu Narukami akan bertahan dan akan terus hidup.

"Bagaimanapun—" menghela nafas dan tampak mencoba menutup matanya—mengatur nafasnya yang susah dihembuskan dengan susah payah, "—bagaimanapun aku tetap manusia biasa…"

Batuk tampak menginterupsi apa yang tengah dikatakan oleh Yuu.

"Yuu-senpai, jangan berbicara dulu!" Rise tampak panik dan mencoba untuk menghapus darah yang keluar bersama dengan batuknya itu.

"Sensei, kau sudah menepati janjimu padaku—kau tidak bisa pergi begitu saja," Teddie tampak menahan air matanya yang sudah hampir keluar. Yuu hanya bisa menghela nafas—yang tentu saja terasa menyakitkan—dan mengusap kepala Teddie.

"Maafkan aku—Teddie…"

"Senpai…"

"Naoto—" kali ini tidak bisa—tidak ada yang bisa ia lakukan dan ia katakan pada Naoto. Ia tahu kalau waktunya tidak akan lama. Apapun yang ia katakan, itu hanyalah perpisahan yang tidak mereka berdua inginkan.

'Kenapa kau melakukan semua sampai sejauh ini—Son of Human…'

Suara itu membuat semua IT melihat dan menemukan Izanami yang sudah berada dalam wujud normal—tidak dalam Izanami no Ookami itu masih ada disana. Dengan segera Yosuke dan yang lainnya mencoba untuk berdiri melindungi Yuu—tidak membiarkan leader mereka terluka lebih dari ini.

"Aku hanya—mencoba untuk belajar dari kenyataan," suara Yuu tampak semakin pelan, bahkan lebih disebut seperti berbisik, "begitu banyak kenyataan yang ada di depan kita—dan aku hanya mengikuti takdir akan membawaku kemana. Karena aku yakin—ini adalah jalan terbaik yang bisa kulakukan—"

'Baiklah—kau menang son of human,' tubuh itu perlahan menghilang—bersamaan dengan kabut yang tadinya menutupi tempat itu, 'tetapi ingat—aku akan kembali jika para manusia masih belum menyadari dan menerima kenyataan yang ada di hadapannya…'

Kabut menghilang—suasana disana tampak berubah total. Semuanya tampak sangat indah dengan beberapa hutan rindang, lautan, danau, dan t uterus bunga yang indah. Saat mereka semua sadar, mereka tampak berbaring di tengah taman bunga itu dan membuka mata mereka.

"Ini—"

"Indah sekali," Rise tampak tersenyum tipis dan mencoba untuk menutupi matanya dari sinar matahari yang menyilaukan.

"Tampaknya semua sudah selesai bukan?" suara itu tampak membuat semua orang menoleh untuk menemukan Yuu yang tampak masih berbaring dengan wajah yang pucat. Entah bagaimana lukanya tampak tertutup.

"Yuu!/Narukami-kun/sensei/senpai/Narukami-senpai!"

"Hah—sepertinya ini waktuku eh—" tersenyum sambil menutup matanya, "sepertinya Izanami memberiku sedikit hadiah dengan menyembuhkan lukaku…"

"Kalau begitu—"

"Tetapi entahlah—aku tidak memiliki tenaga lagi," matanya sudah setengah tertutup, "maaf teman-teman…"

Yang bisa ia lihat saat itu hanyalah cahaya terang yang menutupi semua pemandangan yang ada di sekelilingnya.

"Aku senang semua ini selesai—dan aku bisa melihat kalian untuk terakhir kalinya," sorot matanya tampak kosong tidak fokus, semua tampak menutup matanya dan menahan air mata mereka yang akan keluar, "aneh—aku tidak merasakan apapun… aku tidak melihat kehidupanku yang dulu terputar kembali seperti yang orang katakan sebelum kita meninggal…"

"Minna, terima kasih—untuk semuanya… selamat tinggal…"

Dan cahaya itu perlahan mulai menghilang meninggalkan pemuda itu—bersama dengan jiwanya yang melayang meninggalkan tubuh itu.

Dan sekali lagi kelinci berlari—ketika jam itu berhenti berdetak…

Jam itu tidak bisa bergerak lagi—namun sang kelinci memasukkannya kembali, dan mengambil jam lain yang masih berdetak seperti jam yang terdahulu.

Satu jiwa menghilang—jiwa lain yang menggantikan. Namun, apakah akan sama kehidupan tanpa jiwa yang menghilang itu? Meskipun semua kehilangan itu terisi dengan jiwa baru—

Dan cerita mereka akan kembali berputar layaknya jam yang akan terus berputar selama waktu t uterus nyata…

Sang kelinci mencari yang terpilih—mengantarnya pada roda takdir yang terus berputar seperti jam yang ia bawa saat itu…

'Terlambat! Terlambat! Waktunya tidak akan cukup!'

…To be Continue…

Ini agak pendek, dan remakenya total loh daripada sebelumnya :D apa lebih baik atau lebih jelek? U.u memang storylinenya berubah total, tapi inti ceritanya tetep sama—jadi para reader lama mohon kripiknya tetep ya ._.

Edited dari Cerita sebelumnya :

-Totally.