Ansatsu Kyoushitsu (c) Matsui Yuusei
Danganronpa (c) Spike Chunsoft
AU. Tidak baku. OOC /?
.
.
.
Nagito ngos-ngosan.
Usai mengantar surat cinta di loker idolanya, Kayano Kaede, kini Nagito memilih mengungsi sebentar ke toilet pria untuk menenangkan hati ber. Ia masuk ke salah satu bilik dan mulai mengatur respirasi.
Kenalkan, Komaeda Nagito, cowok terkece se-SMA Goro. Tinggi, cakep, pinter lagi. Idaman, kan?
Gak, itu cuma opini sepihak.
Idola sekaligus gebetannya adalah Kayano Kaede, anggota klub paduan suara di SMA Goro ini. Kayano memang cantik dan tipe idaman hampir seluruh siswa di sini. Nagito pertama kali jatuh cintrong padanya sejak pertama kali mereka duduk sebangku di kelas satu. Rambut Kayano berwarna hijau, alangkah Go Green sekali. Irisnya terlihat memukau dan senyumannya mampu menyihir semua orang. Nagito kadang ngelirik-ngelirik buat modus dan diam-diam suka mengintip kegiatan klubnya Kayano. Tak jarang ia juga pulang sore. Yah, meski terkadang teman horornya, Hazama Kirara terkadang menatapnya tajam. Perlu diketahui bahwa Kayano dan Kirara itu berteman meski mereka dianalogikan sebagai The Beast and The Beauty karena perbedaan yang terlalu signifikan. Entah apa yang melatari keduanya berteman, yah itu tidak penting juga, sih.
Sekarang Nagito sudah naik ke kelas dua, namun sayang tidak sekelas dengan Kayano, tetapi Kirara; pelopor dunia mistis di sekolahnya.
Mulanya hanya sebatas kagum, lalu bertambah porsi menjadi suka dan akhirnya cinta. Klise banget Nagito pokoknya.
Dan akhirnya hari ini tiba. Hari dimana ia akan menyatakan perasaannya. Khukhukhu~~
Nagito tahu dia bukan anak gaul atau tajir, terlebih menyadari bahwa eksistensinya hanya bagai butiran debu bagi Kayano. Kemungkinan ditolak oleh Kayano sudah ia pikirkan dan kokoronya telah bersiap untuk menerima kenyataan pahit.
Nagito melihat arloji, dan mendengar bel pulang tak lama kemudian. Berfaedah sekali ia ijin ke toilet dengan bumbu dusta. Nagito pun keluar dari bilik dan numpang ngaca bentar merapikan helai-helai rambutnya. Hm! Kau keren kok, Nagito!
―biarkan dia narsis sebentar.
Dengan segenap keberanian, akhirnya Nagito menuju ke halaman belakang, melangkah dengan riang. Menunggu pujaan hati yang datang dengan menaiki kereta kencana.
Seseorang, sadarkan Nagito dari mimpinya.
Angin berhembus kencang.
Detik-detik yang akan mengubah hidup Nagito pun akhirnya tiba juga, Nagito memejamkan mata, menarik nafas dalam-dalam, lalu dihembuskan kembali.
"Komaeda?"
Nagito membuka mata. Detak jantungnya yang semula tenang menjadi berdebar berkali lipat. Keringat dingin menetes di pelipisnya begitu tahu siapa yang datang tiba-tiba di hadapannya.
"Yo, Komaeda." Sapanya.
Makhluk paling mistis seantero sekolahnya, Hazama Kirara.
"Ha-Hazama?" Tanya Nagito. Kenapa justru sosok angker yang muncul, sih?
"Aku menemukan ini di lokerku." Kirara, pihak yang disebut, menunjukkan bukti selembar kertas bertuliskan berparagraf kata-kata puitis nan romantis. Bagian atas wajahnya nampak menggelap seketika.
'Aku salah meletakkannya?! Tunggu, tidak, tidak mungkin!' Nagito sedang sibuk berperang dengan batinnya seorang diri. Ia yakin seribu ―tidak, sejuta persen bahwa ia telah meletakkan surat cinta dengan baik dan benar di loker sang gebetan.
Bagaimana ini bisa terjadi?!
"Aku tidak tahu kau punya perasaan seperti ini padaku, Komaeda-san."
'Tidak! Bukan seperti itu! Jangan kepedean!'
"Kau romantis juga ternyata." Kirara melipat kembali surat (nyasar) yang didapatkannya.
'Aku salah orang, sialan!'
Hening selama beberapa saat. Nagito bingung harus berkata apa. Apakah ia akan membongkar aibnya bahwa sebenarnya surat itu ditujukan pada Kayano? Iya sihm harusnya begitu.
Tapi, ini Hazama Kirara. Teman sekelasnya sekaligus ketua klub okult yang kabarnya memiliki kemampuan aneh-aneh, salah satunya adalah mengutuk seseorang. Terlepas dari benar atau tidak rumor itu, Nagito sekarang harus menjelaskan alasan sebenarnya agar tidak terjadi salah paham.
"Um..Hazama-san, surat itu―"
"Jadi, sekarang kita jadian, nih?" Tanya Kirara santai.
"Um, Hazama-san, sebenarnya―"
"Baiklah, kapan kencannya?"
Bagian atas wajah Nagito menggelap. Semua di sekelilingnya terasa berputar.
'Apa dosaku, Ya Tuhan.'
.
.
.
.
Akhirnya kedua insan itu berakhir dengan kencan di sebuah wahana rumah hantu di taman bermain dekat sekolah mereka. Ketika mulai memasuki wahana, mereka berdua hanya diam tanpa mengucapkan sepatah kata. Nagito tidak memperhatikan hantu-hantu palsu atau ornamen seram yang terpampang, sedang Kirara justru tampak bahagia dapat menemui representasi hantu-hantu impiannya.
"Aku senang bisa ke rumah hantu lagi." Ucap Kirara. Kirara lah yang mengusulkan agar ngedate di rumah hantu saja. Nagito hanya menurut karena bingung bagaimana menjelaskan situasi yang menimpanya.
'Aku sama sekali tidak senang,' Nagito memikirkan cara agar bisa terbebas dari ini semua tanpa harus kena kutuk.
"Wah, hantunya seram, Komaeda." Kirara menunjuk salah satu hantu yang menakuti mereka dengan tampang datar. Hantu itu matanya copot sebelah dan kepalanya terpanah. Sejujurnya baik Nagito maupun Kirara tidak ada yang takut. Hanya saja, mungkin Kirara ingin membuka pembicaraan, jadi Nagito tak dapat mengabaikannya.
"Ah, iya."
Nagito menatap Kirara dengan tampang lesu. 'Tidak, kau yang lebih seram, Hazama.' Batin Nagito. Jikalau ada yang memberi opsi hantu asli atau Kirara, maka Nagito memilih hantu yang asli saja. Kirara seribu kali lebih seram daripada hantu sesungguhnya.
Mereka pun akhirnya menjumpai hantu-hantu lain, namun mereka sampai ke luar. Kirara tersenyum tipis,
"Aku harap kita bisa kencan seperti ini di lain waktu."
'Tidak akan ada lain kali, makhluk mistis!' Jerit Nagito dalam hati. Hancur sudah harinya ini. Ia kira ia akan berakhir dengan wajah berseri atau patah hati, ternyata ia harus melaluinya bersama makhluk menyeramkan ini.
Sebenarnya, Kirara tidak jelek juga, sih. Hanya saja, penampilannya itu, lho...
Nagito menggeleng pelan.
"Mau naik jet coaster, Komaeda-kun?" Tawar Kirara kemudian.
.
.
.
Nagito muntah-muntah di toilet rumahnya. Perutnya serasa terkocok usai menaiki jet coaster. Ia menahan mualnya hingga sampai rumah agar tidak menyinggung Kirara. (Tentu saja dia takut kena kutuk) Hari ini lebih buruk dari apapun yang pernah ada. Tidak pernah terlintas ia akan menghabiskan waktu bersama Hazama Kirara. Pokoknya, besok ia akan menjelaskan kebenarannya dan berharap Kirara mengerti situasi.
Setelah menyiram muntahannya, Nagito dengan lunglai meraba dinding dan bangkit untuk berkaca. Terpantul wajah madesu dirinya. Efek seharian bersama Kirara mampu membuatnya seperti ini. Sasuga Nyai Kirara.
Nagito memilih tidur saja.
Ia memutar kenop pintu kamar mandi dan hendak berbaring di tempat tidur. Namun ponsel di atas meja nakasnya berdering, menandakan adanya pesan. Nagito membukanya, siapa tahu penting.
+51xxx
hirarikirara et hardbank dot jepe
Halo, Komaeda-kun. Kencan hari ini menyenangkan sekali.
Hazama Kirara
Jarum di jam dinding masih berdetak. AC kamarnya masih menyala dan belum dimatikan. Nagito memandangi layar ponselnya sebentar, sebelum ia banting ke kasur tercinta.
.
.
.
Bersambung.
a/n : Sogokan buat mb Esil aku cicil gpp ya mb#udah #pergi
