Disclaimer: M. Kishimoto
Warning: AU, tanda baca nyasar, battle jutsu. semi Canon, cerita ga jelas, sangat OOC,typos bertebaran,melenceng dari EYD yang berlaku dll
Title: From Mission To Love
Genre: Romance & Drama (maybe)
Main pair: Sasuhina
DON'T LIKE DON'T READ!
HAPPY READING :)
.
.
Summary: Sasuke adalah Uchiha terakhir yang masih hidup hingga saat ini, Hinata adalah mantan Heiress Clan Hyuuga yang hidupnya hancur setelah pernikahan –mantan- pujaan hatinya. Sebuah misi mengantarkan Hinata menjadi bagian dari Klan Uchiha yang hampir punah/"Bisakah kau berhenti berteriak? Aku punya telingan dan telingaku sakit"/ "Yang menjadi ketua misi ini adalah aku"/
.
.
Hinata adalah gadis yang tertutup. Dia lebih senang jika memendam perasannya sedndiri dan tak menjadi beban orang lain. Keluarga yang mencampakannya menjadikan dirinya lebih percaya pada temannya hingga terjerumus dalam lubang dalam berupa kekecewaan.
Temannya
Teman yang selama ini dikiranya adalah satu-satunya tempat dia mencurahkan segala kegundahannya.
Teman yang darinya Hinata menemukan arti rasa bahagia memiliki naungan dan tempat berlindung.
Teman yg membuat Hinata tau arti kebersamaan dan kehidupan.
Telah menghianatinya.
Meski tidak secara langsung.
Shion, seorang gadis yang sekarang ini menjadi pemimpin desa Oni No Kuni itu telah menikah dengan –mantan- pujaan hatinya karna desakan para tetua desa.
Hinata tau bahwa bukan salah Shion maupun Naruto, karna mereka hanya melakukan semua ini demi kelangsungan tradisi Miko dan demi kerekatan hubungan antar desa. Tapi, Hinata tak dapat memungkiri kenyataan bahwa hatinya kecewa dan terluka dalam. Sangat sakit. Sakit yang menyesakkan dadanya hingga pasokan udara ke paru-parunya kian menipis.
Sesak.
Dulu, Hinata pernah mengalami ini. Saat Naruto mengejar Sakura dan tak membalas cintanya. Sesulit apa menghadapi ini untuk yang kedua kalinya, meski dengan objek yang berbeda?
.
Tepat setelah perang dunia ninja ke-4 telah berakhir dan dimenangkan oleh pihak aliansi, dengan itu pula memantapkan posisi Naruto sebagai pahlawan desa. Beberapa hari kemudian pinangan demi pinangan dari tiap desa mengalir. Namun, Naruto menolaknya mentah-mentah.
Cintanya hanya untuk si gadis beriris emerald itu.
Sayang, keduanya harus terpisah karna beberapa hari setelah pesta besar pihak aliansi si gadis emerald itu menikah dengan teman setimnya, Sai.
Naruto dilanda kegalauan yang berat dan dirundung frustasi. Tepat saat itu, lamaran dari Miko desa Oni No Kuni dating. Naruto menolaknya. Namun, setelah sebuah perjanjian rahasia resmi dibuat dengan di stempel oleh kedua tetua desa yang berisi entah hanya Kami-sama dan para pihak yang bersangkutan yang tau, Naruto menerima lamaran itu dan sebulan setelah itu, tepatnya hari ini.
Naruto menikah dengan Shion, Miko desa Oni No Kuni.
Setelah acara sacral itu berakhir. Hinata berjalan tak tentu arah ke sebuah tebing. Bukan, bukannya Hinata mau bunuh diri meski Hinata menginginkannya. Tapi, Hinata hanya ingin mengusir segala kegundahannya dengan teriakan putus asa. Dengan masih berlinang air mata Hinata jatuh bersimpuh.
"Bisakah kau berhenti berteriak? Aku punya telingan dan telingaku sakit"
Hinata menoleh kanan kiri atas bawah mencari asal suara.
"Aku ada di atasmu, dahan pohon arah jam 7"
Hinata berbalik dan Voilaa…
Ternyata seorang pemuda raven beriris onyx yang berbicara. Hinata tersipu malu hingga sangat ingin tanah yang dipijaknya terbuka dan menelannya selamanya.
"Gomenasai. Hontou ni gomenasai"
Hinata membungkuk berkali-kali sebelum akhirnya berhenti dan bergegas ingin pergi.
"Jaa nee"
"Tunggu!"
Sebuah suara dalam menginterupsi langkahnya.
Pemuda raven itu turun dari dahan pohon dan melemparkan sesuatu padanya. Reflex Hinata menangkap benda itu.
'Sapu tangan?'
Sebuah sapu tangan berwarna biru donker polos dan hanya dihiasi oleh sulaman di pojok kanan bawah berupa inisial nama pemilik.
"Jangan kesini lagi…"
DEG!
"A-a-ap..?"
Sasuke hanya menyeringai kecil.
"Akhir-akhir ini anginnya lumayan kencang. Matamu akan kembali berair karna kemasukan debu"
Sasukeke segera manghilang dalam kepulan asap pekat. Meninggalkan Hinata yang cengo sendirian.
Xxx
Pagi hari yang cerah seperti ini harusnya diawali dengan senyum lebar dan dengan ekspressi yang tak kalah cerah pula. Udara yang sejuk,burung berkicau merdu dan suasana yang damai itu sudah cukup untuk membuat seseorang melupakan sejenak kegundahannya dan menaikkan semangatnya.
Tapi tidak bagi gadis beriris amethyst itu. Yang malah mengawali hari yang cerah ini dengan wajah tertekuk dan bibir manyun.
"Ada apa?" Tanya si pemuda yang berada di sampingnya. Jarang-jarang seorang Uchiha memperhatikan keadaan orang lain. Malah seringnya mereka yang diperhatikan. Tapi, pengecualian untuk Hinata bagi Sasuke saat ini.
Tak ada jawaban.
Hinata mengacuhkan Sasuke.
Sasuke yang tak mau ambil pusing kembali melihat jalan dan menyalip gadis amethyst itu. Sasuke berani bersumpah melihat setitik air mata di ujung kelopak mata Hinata. Dan sebuah… Kesedihan. Tapi pertanyaan yang menggantung di batinnya adalah mengapa? Dan ada apa?
Xxx
Hinata memimpin jalan dengan tekad kuat segera ingin pulang. Ingn menangis sepuasnya di dalam kamar tanpa takut ada orang yang menerobos masuk atau diketahui orang lain karna Hinata tinggal sendirian semenjak diusir dari klan.
"Ada apa?"
Suara di belakangnya memecah keheningan yang sebelumnya hanya diisi oleh suara tapak kaki dan gemersik daun. Tapi, Hinata lebih memilih mengacuhkannya. Hinata masih kesal pada si Uchiha terakhir (Edo Tensei tak masuk hitungan). Dirinya juga seorang kunoichi setidaknya biarkanlah dia menyerang seorang musuh daripada hanya diam sambil membawa gulungan perkamen pesanan Godaime Hokage. Sedangkan si Uchiha terakhir yang menghadapi delapan orang musuh kuat sendirian dan mencegah Hinata membantunya.
Hinata tau bahwa dirinya tak sehebat atau sebaik kunoichi lain yang unggul dalam suatu bidang.
Hinata tak sebaik Ino yang unggul dalam bidang formasi. Tak sekuat Tenten dalam bertarung, tak sehebat Sakura yang unggul dalam Medis. Satu-satunya hal yang mungkin dapat Hinata banggakan adalah Matanya. Yang menjadikan Hinata kunoichi pelacak yang ulung. Tapi, itu pula tak cukup berarti karna dinilai tak efektif di banding serangga Shino atau Penciuman super anjing Kiba, Akamaru.
Apa karna Hinata lemah?
Ya, pasti itu. Mantan klannya tak mungkin mencampakkan secara langsung jika saja Hinata kuat. Mana mungkin mereka mengusirnya dan menjadikan adiknya Heiress Clan jika Hinata kuat. Benar begitu, kan?
Tak terasa sebulir air mata keluar dan menumpuk di kelopak matanya. Hinata tersenyum miring
Dan itulah alasan Sasuke mencegahnya ikut bertarung. Daripada menghalanginya hingga pertarungan itu tak selesai-selesai lebih baik dia mencegah Hinata ikut, begitu kan?
'Aku memang tak berguna'
Hinata mengusap air matanya kasar dengan punggung tangannya.
"Kita istirahat disini!"
"Tidak! Tinggal setengah hari perjalanan. Lanjutkan saja!" Hinata bersikeras.
Sasuke menatap Hinata dengan sorot mata yang seolah mengatakan jangan-membantah-ku.
"Yang menjadi ketua misi ini adalah aku"
Sasuke berkata dengan nada tenang. Tapi, hanya orang bodoh yang berani menyela atau malah membantahnya. Dan Hinata bukanlah salah satunya. Memejam rapat dan menghembuskan nafas pelan sekedar meredakan emosinya.
Akhir-akhir ini dirinya telah sadar. Apa yang ditakutkannya hanyalah membuatnya terus bersembunyi dalam bayangan dan memilih jarak yang aman. Namun, sekarang Hinata telah berubah. Menjadi seorang gadis yang lebih berani. Toh, apa yang Hinata khawatirkan?
Clan?
Keluarga?
Kedudukannya sebagai Heiress?
"Baiklah, Tuan Ketua. Tapi hanya sepuluh menit dan tak lebih dari itu"
Hinata berlari menjauhi Sasuke dengan byakugan yang mulai aktif. Tak dapat dipungkiri tubuhnya memang letih tapi Hinata memaksakannyaa. Setelah menemukan sebuah aliran sungai kecil Hinata segera megguyur wajahnya dan minum dengan wadah tangkupan telapak tangannya.
Melihat pantulan wajahnya sendiri di aliran air sungai membuatnya muak. Segera bangkit dan bersandar di pohon. Mengistirahatkan tubuhnya sejenak. Suasana yang hening dan damai serta angin semilir yang mengantarkannya pada kantuk tak tertahankan, membuat Hinata tertidur.
Istirahat sejenak tentu tak ada salahnya,bukan?
Mengingat keduanya akan melanjutkan pekerjaan yang panjang dan melelahkan.
TBC
A/N: mangap menulis tanpa preview setelahnya.
Special thanks to Hubi-nee yang memberi opsi judul dan terpilihlah From Mission To Love.
Makasih :D
Dan untuk para reader yang budiman (?). bagaimana pendapat anda sekalian?
Terima kasih
With lophe
Akemi M.R
