Hari menunjukan pukul 10.15 PM ketika seorang pria berjalan di trotoar kota Konoha. Pria tersebut berjalan sendiri tanpa teman dengan tertatih-tatih. Pria berbalut baju putih yang dipadukan dengan celana bahan hitam tersebut berjalan tergontai-gontai tidak tentu arah. Dicuaca yang dingin pria tersebut membalutkan tubuhnya dengan sebuah jaket parasut berwarna biru dongker sesukaannya guna mengurangi dingin salju yang menusuk dimalam hari itu. Bukan ! Ia bukan gelandangan kelaparan kerena belum makan selama seminggu yang sedang tertatih-tatih mencari tempat untuk sekedar menghangatkan diri. Ia juga bukan seorang penjahat kelas kakap yang sedang dicari-cari pihak kepolisian Konoha karena kasus pembuhan yang menghanurkan sebuah klan besar di Jepang sehingga kakinya harus tertembak timah panas pihak kepolisian saat pengejaran sehingga mengakibatkan ia sulit berjalan. Apalagi seorang artis yang sedang turun pamornya sehingga ia harus mabuk-mabukan guna mengurangi kegelisahannya. Wuihh semua itu tidak ada yang tepat.
Akan tetapi yang sebenarnya pria berjaket parasut biru dongker yang sedang berjalan tertatih tersebut bernama Uchiha Sasuke. Ya Uchiha Sasuke.
Pria tampan bermarga Uchiha tersebut adalah seorang jutawan yang tidak perlu lagi memikirkan soal perut kelaparan akibat tidak makan selama seminggu. Tidak perlu lagi memikirkan tempat untuk menghangatkan diri karena di apartemen mewah miliknya sudah tersedia penghanat ruangan super modern yang mampu menghatkan dirinya dalam waktu sekejap. Uchiha yang satu ini adalah orang yang bersih dalam arti tidak pernah bermasalah dengan hukum karena ia adalah penduduk yang sangat baik dengan selalu membayar pajak tepat waktu. Jangankan membunuh manusia, apalagi hingga membunuh habis sebuah klan besar, bahkan pria ini selama hidupnya tidak pernah membunuh nyamuk yang mengganggu tidurnya. Hal tersebut sudah tergambar jelas betapa bersih dan canggihnya teknologi yang ada ditempat tinggalnya. Pria ini memang sosok yang tidak boleh dipandang sebelah mata. Apa artis yang sedang turun pamor? Tentulah tidak. Pria ini memang terkenal, bahkan seluruh penduduk Jepang dari pria, wanita, bahkan "banci", tua, dewasa, muda, anak-anak, kaya, biasa-biasa saja, miskin tahu akan dirinya. Bayangkan betapa hebat kepopulerannya, tanpa harus "mengejar-ejar" sorotan kamera untuk mempertahankan kharismanya dirinyalah yang selalu dikejar-kejar oleh para pewarta berita. Seluruh warga Jepang sudah mengetahui kebesaran dan pengaruh luar biasa klan Uchiha di negeri Sakura tersebut. Klan Uchiha adalah salah satu dari tiga klan besar yang ada di Jepang selain klan Namikaze dan klan Hyuga.
Lantas apa yang membuat pria bernama Uchiha Sasuke, pada malam hari itu harus berjalan tertatih-tatih di tengah malam bersalju ?
"Uh, brengsek ternyata selama ini dia sangat membenciku !", ucapnya sambil menendang kerikil kecil yang ditemuinya.
Tetap dengan langkah gontainya, lelaki tampan berambut raven tersebut melanjutkan perjalanan malamnya. Udara malam yang semakin dingin tidak menyurutkan keinginannya untuk menghilangkan penat yang bertubi-tubi ia rasakan selama satu hari ini.
"Dia sangat menyebalkan, apa itu senyum lima jari menjijikan yang ia selalu ia tunjukan? Brengsek kenapa aku bisa tertipu. Brengsek, brengsek, brengsek !", lanjutnya sebelum pria bermata onyx itu melihat rumah makan ramen yang masih buka. "Lebih baik aku makan dulu, sepertinya ramen tidak buruk ", ujar lelaki tampan tersebut. Kemudian ia melangkah mendekati rumah makan itu.
Pria yang tahun ini sudah menginjak usia 26 tahun mulai memasuki rumah makan pinggir jalan itu. Suasana di dalam kedai sederhana tersebut sudah tidak terlalu ramai saat itu hanya terlihat 5 orang yang sedang menikmati ramen dengan kuah yang masih mengepul hangat. Pria tesebut lalu duduk dan memesan ramen yang ia inginkan untuk meghilangkan lapar dan penatnya hari ini.
"Bawakan aku satu ramen kuah sapi ukuran sedang ", ucap Uchiha dengan kepala yang menunduk kebawah. Sikap dingin dan irit katanya tetap tidak berubah sedari dulu.
"Baik tuan, tunggu sebentar pesanan tuan akan segera datang", sahut pegawai kedai tesebut.
Pegawai tesebut degan cekatan menyiapkan pesanan pelanggan barunya tesebut. Tangan terampilnya terlihat begitu luwes menyiapkan setiap bahan guna menyempurnakan ramen kuah sapi tersebut agar terasa lezat dan terlihat menggugah selera makan. Begitu selesai meracik ramen kuah sapi tesebut ia memberikannya kepada sang pemesan.
"Ini tuan pesanan anda," ucapnya sambil meletakkan ramen tersebut di depan Sasuke.
Setelah mendengar ucapan tesebut Sasuke menghentikan kesibukannya memainkan telepon genggam yang beberapa saat lalu menerima pesan terbaru dari suruhannya kemudian menggerakan kepalanya untuk fokus dan menerima ramen pesannnya.
"Ya", ucapnya singkat dan tetap dengan nada dingin.
Sepintas pria tersebut melihat wajah pegawai kedai yang mengantarkan ramen pesannya saat kepalanya kembali menunduk untuk segera menikmati ramen pesannya. Pria bernama Sasuke tersebut seolah mengingat sesuatu yang begitu familiar ketika sepintas tadi melihat pewagai kedai tesebut. Kemudian dengan cepat kepalanya kembali terangkat.
"K...k…Kau !", Sasuke berkata tergagap dengan mata dan wajah yang masih terlihat dingin walupun sebenarnya dalam hatinya ia begitu terkejut melihat makhluk di depannya ini.
Ekspesi lebih kaya ditunjukan pegawai laki-laki yang tadi mengantar pesanan ramen kepada Sasuke. Dengan menunjukan mata blue sapire indah miliknya yang terlihat jelas terlebih saat itu sang pemilik melotot dengan tidak elitnya ditambah dengan mulut yang tebuka lebar hingga mampu menampilkan lidah miliknya lalu dengan telunjuk kanannya yang mengarah langsung dekat wajah pria bermata onyx yang mengejutkan malam tentramnya ini. Ekspresi terkejut pegawai tersebut begitu ketara begitu terlihat jelas dengan semua bahasa tubuh yang ia tunjukan.
"K..kau. Kaukah itu ? Te..te..teme !"
My Sweety Come Back
Disclamer : Mashashi Kishimoto
Rate : T
Pair : SasuNaru
By : MargritFlow
Warn : Newbi, Typos, OOC, YAOI, dan lain lain
Chapter 1 : Come Back
" Teme ! Benarkah ini kau ? Wah apa kabar ? Kenapa malam-malam begini kau masih berkeliaran ? Wah wah pasti kehidupanmu sangat menyengkannya ya ? Lihatlah kau terlihat luar biasa teme. Hayolah Teme, tebayo ceritakan padaku, ya ya ya ya !, cecar pemuda yang saat itu berumur 24 tahun. Pemuda yang memiliki semangat hidup luar biasa tersebut terus berbicara sampai tidak melihat dengan jelas ekspresi yang ditunjukan lawan bicaranya.
Penampilan pegawai ini sebenarnya terlihat biasa dengan seragam hitamnya yang membalut tubuh proposionalnya. Namun jika dipandang lebih jauh apalagi dengan suasana temaram malam hari di kedai sederhana pinggir jalan dengan lampu beberapa Watt yang setia menerangi kedai tersebut telihat banyak sesuatu luar biasa cantik dalam pahatan wajahnya. Lihat saja mata shapire blue cerah ditambah tiga garis tipis sebgai tanda lahir yang terpoles manis di sisi kanan kiri wajah tan-nya. Seragam hitam yang dikenakannya tidak lantas membuat dirinya terlihat suram dimalam hari tersebut. Pemuda 24 tahun tersebut bahkan dapat dinilai bercahaya.
Pemuda bermata onyx yang menjadi lawan bicaranya saat itu sudah bisa menguasi keterkejutannya dan mulai menunjukan sifat dinginnya kembali. "Bisakah kau berhenti bicara, Dobe?, suaramu sunguh tidak enak didengar ", pemuda tersebut berkata sambil mengaduk ramen yang mengeluarkan uap hangatnya. "Aku lapar dan ingin makan", lanjutnya dengan tidak kalah dingin.
Pemuda yang dipanggil Dobe tersebut itupun secara cepat berhenti bicara dan berusaha menguasai dirinya dari semangat yang tiba-tiba meyelimuti dirinya begitu melihat Sasuke berkata dingin seperti tadi. Dengan wajah ditekuk yang menampilkan ekspresi bersalah, sedih, dan tidak percaya pegawai kedai tersebut mengucapkan, "Baiklah, silakan makan Teme. Maaf tadi aku terlalu bersemangat dan mengganggumu. Sekedar informasi kedai ini akan tutup sebentar lagi tepatnya pukul 11. Aku harap kau menikmati ramen buatanku itu."
"Hn", jawab sangat singkat dan tidak jelas dari pemuda raven tersebut.
Sekitar 20 menit kemudian suasana kedai sudah sangat sepi. Dalam kedai ramen tersebut hanya terlihat dua orang pemuda yang memiliki warna rambut berbeda salah satu berwarna kuning dan satu lagi berwarna biru dongker. Pemuda berambut kuning yang tadi disebut Dobe sedang sibuk merapikan dan membersihkan mangkuk-mangkuk ramen. Sedangkan pemuda lainnya sedang menikati suapan ramen terakhir yang tadi ia pesan kepada pemuda berambut kuning tadi. Setelah dirasa selesai dengan makanannya pemuda berambut biru bernama Sasuke membayar pesanan ramen yang ia makan tadi.
"Ini uangnya, Dobe".
"Iya Sasuke terima kasih, silakan datang kembali lain waktu".
"Hn"
Pemuda dingin irit kata yang baru saja menjadi pelanggan terakhir di kedai ramen sederhana tersebut melangkahkan kakinya menjauhi pemuda berambut blonde yang tadi menjadi lawan bicara singatnya. Langkahnya tidak lagi terlihat tertatih-tatih seperti satu jam lalu sebelum masuk ke kedai ramen. Sasuke berjalan dengan begitu pasti keluar menjauhi pemuda blonde dibelakangnya seakan tidak ada urusan lain dengan pemuda tersebut, tidak ada tengokan kebelakang pemuda berambut raven yang saat itu memakai jaket parasut tetap melangkah menjauh. Sasuke menyadari bahwa pemuda yang tadi ia sebut Dobe pasti sedang menatap kepergiannya di belakang tanpa mampu mengucapkan satu patah katapun setelah dirinya menjawab dingin semua perkatannya di pertemuannya barusan. Iya, pemuda raven tersebut bukan tanpa arti bersikap dingin pada pemuda blonde dibelakangnya tadi. Selain memang pada dasarnya pemuda raven tersebut sudah memiliki sifat tersebut sejak kecil, dirinya juga mungkin bisa dibilang antisocial yang tidak nyaman bercengkrama di tempat seperti itu meskipun pada terakhir suasana kedai sudah sangat sepi hanya tinggal dirinya dan si Dobe itu. Bukan Uchiha sekali, itulah pikirannya.
- Beautiful White -
Setelah kepergian Sasuke, pegawai kedai ramen yaitu pemuda berkulit tan tersebut dengan cepat merapikan kedai tersebut. "Wah apa-apaan itu si Teme ? Sikapnya sungguh menyebalkan", ujar pemuda blonde tersebut sambil membersihkan meja dan kursi yang kotor. "Lihat tadi sikapnya yang dingin itu ? Uh dari dulu dia memang tidak berubah", ia terus mengerjakan pekerjaan memisahkan bahan-bahan makanan yang masih bisa digunakan di esok hari. "Sikapnya tadi seakan-akan tidak kenal aku. Apa jangan-jangan si Teme sudah lupa lagi sama aku. Waduh masa si dia lupa dengan pemuda manis macam aku ini. Hehe", lanjutnya. Saat membersihkan mangkuk dan gelas si blonde itu tetap bergumamsendiri, "Tapi tidak, tidak, tidak! Tidak mungkin si Teme lupa. Tadi saja dia panggil aku Dobe seperti dulu. Lalu kenapa tadi dia bersikap aneh begitu ya ? Lupakan saja ah, bikin aku pusing aja. Sudah malam lebih baik aku segera pulang" . Selanjutnya ia membuang sampah-sampah di tempat pembuangan sampah yang berada di belakang kedai. Setelah dirasa kedai sudah rapi dan pekerjaan terakhirnya di malam itu sudah beres, kemudian pemuda yang tadi di panggil Dobe tersebut segera berganti pakaian kerjanya diganti dengan pakaian santainya ditambah jaket tebal untuk melindungi tubuhnya dari udara dingin diluar sana. Ya, setelah dirasa cukup rapi dengan melihat pantulan dirinya pada kaca kecil dalam loker pribadinya ia keluar dari kedai tersebut.
- Beautiful White -
Ia melihat kondisi kedainya terakhir kali, memastikan kedai sudah bersih dan aman untuk ia tinggal karena ia akan pulang kerumah. Kakinya melangkah mendekati pintu keluar setelah menutup pintu, pemuda muda yang memiliki mata berwarna shapire blue itu mengunci kedainya.
"Huh malam yang melelahkan. Tapi hari ini aku bahagia. Yey waktunya pulang. Let's go!", selanjutnya ia berjalan kecil dengan diikuti senandung ringan untuk mehilangkan kesendiriannya.
"Sudah selesai Dobe", tiba-tiba dirinya mendengar suara yang tidak asing dari sisi kanan tempatnya ia berdiri.
Tentu saja dirinya sangat keget mendengar suara yang tiba-tiba menginterupsi aktivitas malamnya tersebut. Tidak butuh waktu lama dirinya sudah menengok ke kanan untuk memastikan pikirannya bahwa yang baru saja meyapanya adalah orang belum lama ini membuatnya kesal dan bingung. Begitu dirinya sudah menggerakan wajahnya ke pemuda yang menyapanya tadi, ia dapati sosok yang tepat seperti pemikirannya tadi.
"Eh, Teme. Kau masih disini ?", bukannya menjawab pemuda itu lantas bertanya balik kepada pemuda berjaket parasut di depannya.
"Hn", jaawab singkat pemuda itu.
Melihat jawaban dingin yang ditunjukan pemuda dihadapannya, membuat pemuda berkulit tan itu berpikir membuat suasana dingin ini agar tidak semakin dingin. Ya semoga usaha kali ini dapat setidaknya membuat suasana agak menghangat pikirnya. "Hehehe, Teme. Iya aku sudah selesai dan sekarang mau pulang", jawab pemuda itu sambil menggaruk belakang kepalanya yang saat itu tidak gatal. 'Semoga sikapku tadi bisa mencairkan suasana', lanjutnya dalam hati.
"Kau ada waktu sebentar ? Aku ingin bicara padamu", bicara pemuda berambut raven.
"Hm, aku rasa bisa-bisa saja. Kau ingin bicara apa ? Kebetulan aku juga ingin bicara. Hehe", jawab pemuda itu yang sebelumnya sempat melihat jam di pergelangan kirinya. "Kau mau ngmong dimana Sasuke ?", lanjutnya.
"Aku tidak tahu, apa kau tau taman di sekitar sini ?", Sasuke menjawab dengan gaya khasnya yaitu dingin.
"Iya aku tahu ada taman di dekat sini. Kau mau ngbrol di taman ya ? Baiklah ayo kita kesana", tetap dengan senyuman lima jari ciri khasnya selama ini pemuda blonde menjawab pertanyaan pemuda di depannya.
"Hn", lagi-lagi pemuda itu menjawab singkat dengan gumaman yang tidak jelas itu.
Selama perjalanan menuju taman itu, kedua pemuda yang terpaut 2 tahun itu tidak ada yang memulai berdua terlihat tenang dengan pikirannya sendiri. Tidak ada di antara mereka yang berminat memulai percakapan dalam perjalanan tersebut. Saat ini baik pemuda raven dan pemuda blonde sedang berjalan sejajar, namun salah satu diantaranya bertugas menjadi petunjuk jalan menuju taman yaitu si pemuda berambut blonde. Meskipun diantara mereka tidak ada yang berbicara sebenarnya dalam hati dan pikiran kedua pemuda tersebut sedang berbicara. Seperti yang terjadi pada pemuda blonde, ' Uh apa-apaan si Teme ini, tadi bilang mau bicara tapi sekarang diam. Aku kan jadi bingung. Daripada terus begini lebih baik aku mulai aja deh '.
"Apa kabar kau Sasuke ?"
"Baik"
"Kau tadi sengaja menungguku di luar, menungguku selesai dengan pekerjaanku di kedai ?"
"Iya"
'Aduh si Teme ini irit banget sie jawabnya. Dasar Teme tidak berubah. Hihihi', pelayan kedai itu berkata dalam hati.
"Hehe, dari dulu kau tetap sama ya. Tidak berubah sama sekali tetap irit kata"
"Hn"
Setelah percakapan singkat dan tidak jelas itu dua pemuda sudah dekat dengan taman yang tadi disebutkan pemuda berambut kuning. Di malam hari taman itu terlihat begitu sederhana dengan beberapa lampu taman yang menyala indah ditambah dengan beberapa tamanan dan bunga ikut menghiasi taman kecil tersebut. Pad ataman tersebut tersedia beberapa mainan yang biasa digunakan anak-anak untuk bermain, salah satunya adalah ayunan yang berdiri di sudut kanan taman. Tidak jauh dari ayunan tersebut juga disediakan semacam gazebo kecil untuk tempat berlindung. Di malam dingin dan bersalju itu keindahan taman tersebut tidak lantas hilang mungkin bagi sepasang kekasih yang datang ketempat ini akan menilai taman itu sangat romantis. Entahlah apa yang dua pemuda pikirkan begitu melihat taman itu.
"Kau mau ngobrol dimana Sasuke? Di ayunan itu atau di gazebo? Bagaimana kita ke gazebo itu ? Hehehe aku agak kedinginan sebenarnya. Aku rasa di gazebo itu lebih hangat jika dibandingkan jika kita ngobrol di ayunan itu", jelas pemuda itu panjang lebar kepada pemuda bermata onyx disebelahnya.
"Hn".
Dua pemuda sudah duduk di tepi gazebo taman tersebut, selama beberapa detik suasana terasa sangat sepi. Bahkan tidak ada suara jangkrik atau kodok yang biasa menemani suasana malam sebelumnya, yang terdengar menyapa sesekali adalah suara hembusan angin yang membawa salju dingin ke permukaan bumi. Suasana canggung tersebut tidak berlangsung lama kerena sepertinya si tuan bermata onyx bernama Uchiha Sasuke memulai percakapan yang memang seharusnya ia mulai karena dirinya yang mengajak pemuda blonde disampingnya ini untuk bicara.
"Selama 3 tahun ini kau kemana saja Naruto ?", perrcakapan ini dimulai oleh Sasuke.
Pemuda berambut blonde yang ternyata bernama Naruto ini sepertinya tidak terlalu kaget dengan pertanyaan pemuda di sebelahnya. Saat pemuda berambut raven itu memulai percapakapan malam ini dirinya sedang sibuk menggesek-gesekkan telapak tangannya dan meniup-niupkan telapak tangannya itu dengan uap yang keluar dari mulutnya untuk menggurangi dinginnya udara tengah malam itu.
"Seperti yang sudah yang tau Sasuke, aku keluar negeri tepatnya ke Jerman karena keluargaku memintaku kesana", jawab Naruto. "Kau tau Sasuke, saat hari itu aku sangat senang bisa melihatmu sukses sebelum aku meninggalkan negeri ini", lanjut Naruto dengan senyum menawan yang ia miliki, tidak dengan senyum lima jari tapi kali ini senyum yang ditunjukannya terlihat sangat tulus dan manis.
Senyum itu terlihat jelas oleh onyx Sasuke ketika ia menoleh ke sebelah kiri tempat Naruto duduk manis. Seyuman Naruto percis sama seperti ingatannya selama ini, tetap manis dan mampu menggetarkan hati Sasuke yang terbiasa dingin.
"Lalu kapan kau kembali ke Jepang ?", poker face miliknya mampu menutupi rindu dan benci yang sebenarnya ia rasakan.
"Iya aku baru pulang ke Jepang satu bulan yang lalu", kembali Naruto menggaruk kepala bagian belakangnya. "Maaf tidak mengabarimu, aku pikir dirimu sangat sibuk dengan pekerjaanmu itu. Hehehe", sebenarnya Naruto berusaha menutupi kebahagiannya bisa bertemu Sasuke malam ini dengan tawa tersebut.
"Aku dengar kau, sempat juga kembali ke Jepang tahun lalu. Apa itu benar ?", kali ini Sasuke memasuki tangannya pada kantung yang berada di sisi kanan kiri bawah pada jake parasut yang ia kenakan ketika bertanya pada Naruto.
"Kau tau dari mana Teme ? Iya tahun lalu aku datang karena kerabatku ada yang sakit. Ia harus dirawat karena kecelakaan yang menimpannya", senyum kecil kembali terlihat pada wajah yang memiliki tiga pasang garis itu.
"Jadi kau akan lama disini ?", ucap Sasuke dengan dingin.
"Iya sepertinya begitu. Aku begitu rindu dengan kampong halaman ini. Hehe", Naruto memandang salju di bawah kakinya. ' Aku lebih rindu dengan dirimu Sasuke. Apa kau juga merindukanku ?', hati Naruto berkata lirih.
"Sekarang kau menjadi pemilik kedai ramen itu ?", percakapan terus berlanjut didinginnya malam itu.
"Oh tidak, aku hanya berkerja paruh waktu disana", Naruto kembali menatap lawan bicaranya dengan menghadap ke samping kanan. "Paman Teuchi pemilik kedai ramen itu. Paman sangat baik dan sangat pandai membuat ramen. Kegemaranku memakan ramen menjadi bertambah sekarang aku sedang serius belajar dengan Paman Teuchi jadi seperti yang kau lihat aku bekerja sekaligus belajar. Hehehe", setelah berkata yang bisa dibilang panjang itu senyum lima jari Naruto terlihat. Sepertinya dia sangat bahagia saat itu.
"Oh jadi begitu", setelah Sasuke berkata itu suasana kembali sunyi selama beberapa saat karena percakapan sepertinya kembali terhambat.
Setelah tidak ada percakapan muncul Sasuke kembali memulai percakapan dengan pemuda blonde disampingnya, "Apa kau pernah dengar istilah Hypogeusia?".
Naruto terlihat bingung dengan pertanyaan yang baru saja diutarakan Sasuke padanya. Terlihat dari raut wajahnya yang sedikit menekuk dan kedua alisnya yang bergerak agak menyatu, "Mmm…mm tidak, aku tidak pernah dengar istilah itu. Memang itu apa Sasuke ?".
"Lupakan saja", jawab Sasuke singkat. "Maaf telah mengganggu waktu istirahatmu. Lebih baik kita pulang sekarang", ujar pemuda berambut emo itu kemudian. "Kau mau kuantar pulang ?", lanjut Sasuke.
"Terima kasih, aku bawa kendaraan sendiri", jawab Naruto dengan menggerakan kedua tangannya mendekati tubuh pemuda di sampingnya hal itu menunjukkan dirinya keberatan dengan tawaran Sasuke. "Tidak apa kok, malah aku senang bisa bertemu denganmu malam ini", senyum manis tidak lepas ketika pemuda bermata biru itu menjawab tawaran Sasuke ditambah sedikit rona merah di wajah tan-nya selain hawa yang dingin, warna merah itu terbentuk akibat perasaan bahagia campur malu ketika mendengar tawaran dari pemuda disampingnya itu. Jika saja pemuda disampinginya sadar akan hal itu. "Baiklah jika begitu aku pamit dulu ya. Semoga kita bisa ketemu lagi ya Sasuke dalam situasi yang lebih menyenangkan tentunya. Hehehe. Jaa Sasuke ~ ", ujar Naruto setelah itu ia berlari kecil sambil melambaikan tangan menjauh dari gazebo taman tersebut meninggalkan Sasuke sendiri.
Sasuke tampak memperhatikan setiap langkah Naruto ketika menjauhi dirinya yang meninggalkan pemuda bermata onyx sendiri di taman itu. Tidak lama setelah kepergian Naruto, di balik rambut raven yang menutupi sebagian kecil wajah tampannya terlihat sebuah seringai menakutkan dari Sasuke.
"Jaa ~ Dobe".
- Beautiful White -
Begitu tiba dalam rumahnya, Naruto disuguhkan suasana yang gelap hanya beberapa lampu saja yang memang dibaiarkan menyala. Ya dirinya memaklumi keadaan seperti ini pasti keluarganya telah lelap tertidur. Dirinya merasa beruntung karena dirinya membawa kunci ketika dirinya harus kerja paruh waktu di kedai ramen Paman Teuchi karena bisa dipastikan dirinya akan pulang malam. Meskipun dalam rumah ini tersedia pekerja rumah tangga yang seharusnya membukakan pintu untuknya ketika ia pulang seperti ini, namun dirinya lebih memilih membuka pintunya sendiri dengan kunci yang ia bawa karena menurut pemuda bermata biru tersebut, pekerja juga membutuhkan istirahat. See, betapa baiknya pemuda berumur 24 tahun tersebut.
Sampailah dirinya di kamar kesayangannya, sudah satu bulan belakangan ini ia menempati kembali kamar bernuasa orange tersebut . Setelah menyalakan lampu kamarnya dan mencuci muka, Naruto mengganti pakaiannya menjadi pakaian yang nyaman untuk tidur. Jam di meja nakas miliknya telah menunjukan angka 00.12 AM ketika dirinya mematikan lampu di kamarnya lalu membaringkan tubuh tan-nya di ranjang kesayangannya. Naruto merasakan tubuhnya sudah lelah dengan aktivitasnya hari ini, namun sepertinya matanya sulit diajak kompromi untuk terlelap saat itu juga. Kembali pikirannya melayang memutar memorinya beberapa waktu yang lalu ketika dirinya ditemukan oleh tadir benang merah dengan sosok pemuda yang telah menempati singgasana indah dalam hatinya sejak lima tahun lalu.
"Dia tetap terlihat memesona setelah tiga tahun ternyata", gumamnya. "Tidakku sangka bisa bertemu si Teme di kedai Paman Teuchi, hehe", kedua jari Naruto saling bertautan dibelakang kepala sambil membaringkan dirinya dengan telentang di atas kasur empuknya ketika dirinya berkata itu. "Aku harap dirinya saat ini bahagia dengan impian yang mampu ia raih -, dirinya tetap bergumam di kamar orangenya tersebut - aku tidak menyesal membuka jalan untuk dirinya meraih impiannya", Naruto menutup matanya guna mengulang kembali rasa yang sempat ia rasakan di detik-detik yang begitu mendebarkan baginya. "Aku bahagia karena ia bahagia. Teme sekarang kau merasa bahagia kan ?", setelah itu Naruto membawa dirinya menapaki tenangnya alam mimpi. Berharap ia bisa bermimpi tentang kebahagian.
- Beautiful White -
Di lain tempat, yaitu di dalam apartemen pribadi milik Uchiha Sasuke terlihat pemuda berambut raven sedang duduk di sofa ruang tengahnya. Pada tangan kanannya terdapat cangkir berwarna putih yang mengepulkan asap, sepertinya ia sedang menikmati minuman hangat untuk menemaninya di malam yang dingin ini. Setidaknya kopi pahit hangat dirasa pemuda bermata onyx tersebut adalah teman yang cocok membuatnya terjaga dan merasa hangat disepanjang malam ini.
Sejak sekembalinya Sasuke ke apartemen miliknya setelah bertemu dengan tidak sengaja dengan pemuda yang ia sebut Dobe, seringai tidak pernah lepas dari wajah tampan terbalut warna putih pucat miliknya. Sepertinya pemuda satu ini begitu menikmati malam panjangnya ini dengan pemikiran dan kenangan yang ia simpan baik-baik dalam otak cerdasnya. Sesekali ia menyeruput kopi pahit buatannya, sesekali pula dirinya membaca lembaran kertas yang tersusun berantakan di atas meja rauang tengahnya. Kertas-kertas tersebut adalah laporan yang diberkan anak buahnya tentang si Dobe. Ya hari ini dirinya begitu marah, kesal, kaget, dendam, penat, bahagia dan cinta sekaligus. Semua rasa yang ia punya mala mini tidak alin dan tidak bukan disebabkan oleh satu orang. Pemuda berkulit tan eksotis, bermata seindah lautan dan secerah langit yang tanpa batas, berambut kuning tidak beraturan, dan wajah manisnya dihiasi tigas pasang garis yang semakin mempertegas keindahan sosok pemuda itu. Pemuda yang mampu mengalihkan dunia Sasuke yang penuh dengan ketenangan menjadi penuh dengan emosi kemanusiaan bernama Namikaze Naruto.
"Ya Dobe, tunggu saja diriku. Kan ku pastikan kita akan betemu lagi disituasi yang menyenangkan. Bahkan akan sangat menyenangkan. Hahaha ", seringai menakutkan kembali terlihat di wajah dinginnya itu.
TBC
Salam kenal minna-san. Kenalkan aku pendatang baru yang sedang mencoba untuk tidak ragu lagi meramaikan ffn. Aku sadar tulisan ini banyak kekurangannya disana-sini.
Jadi kritik, saran, flame, atau apapun aku harapkan di kotak review. Supaya aku bisa belajar juga. Hehe. Tapi pliss jangan flame paringnya yaa…
Akhir kata, selamat membaca fic pertamaku ini. n_n. Happy reading minna-san
