Fokus, Lee Jihoon."

Jihoon nyaris memekik karena bisikan Wonwoo. Wonwoo memang perempuan, tapi suaranya beda tipis dengan anak laki-laki yang baru puber.

Wonwoo menggeret kursi hitam dan duduk disebelah Jihoon yang kembali memasang wajah bad moodnya. Jihoon yang biasa saja sudah galak, apalagi Jihoon yang badmood, galaknya tiga kali lipat.

"Ji." Panggil Wonwoo pelan.

Jihoon menatap Wonwoo. "Apa?"

"Futsal kelas 12-D mau main tuh bentar lagi."

Kening Jihoon berkerut, "ya terus kenapa Nu?"

"Ya semangatin Soonyoung lah."

Jihoon mendesah pelan mendengar nama ketua kelas 12-D itu. Sementara Wonwoo pura-pura memasang tampang polos sambil menopang dagu dengan tangan.

"Kalo masih sayang, kenapa putus sih Ji?"

"Kalo Mingyu dekat sama cewek lain, kamu masih mau gitu pacaran sama dia Nu?"

"Ya nggak sih Ji." Wonwoo menggaruk pipi kanannya, "tapi kan kamu sama Soonyoung udah lebih dari setahun pacarannya, nggak sayang gitu?"

Hansol tiba-tiba muncul di depan pintu ruang osis. "Jihoon sunbae! Dipanggil ke tempat informasi sekarang."

"Kamu nggak kenal teknologi yang namanya ponsel ya, Sol?" gumam Jihoon sambil membereskan kertas absen. "Nu aku turun dulu ya, tutup pintu kalo mau pergi."


Hansol menyenggol lengan kanan Jihoon. "Senyum dong sunbae, semangatin pacarnya." Jihoon melotot. "Pacar kepalamu!"

Seungcheol datang menoyor kepala Jihoon, "Jihoon! Cewek nggak boleh ngumpat tau."

Jihoon makin cemberut lalu memukul lengan Seungcheol dengan papan scanner, "Sana ambilkan kursi buatku, dasar ketua osis nggak guna, tukang makan gaji buta. Aku itu sekretaris osis, bukan sekretaris bidang olahraga."

Seungcheol cuma mengaduh, lalu masuk ke ruang informasi dan membawa satu kursi.

"Pantas kamu putus sama Soonyoung, Ji."

"YA CHOI SEUNGCHEOL!"

Sebenarnya ini bukan bagian dari pekerjaan Jihoon, mana ada sekretaris osis menghitung skor untuk futsal yang merupakan acara bidang olahraga. Salahkan Sejeong yang ikut lomba menulis puisi, bertepatan dengan jadwalnya untuk menghitung skor futsal. Salahkan Hansol yang menyuruhnya untuk menggantikan tempat Sejeong dengan alasan bahwa Jihoon satu-satunya anggota osis yang tersisa untuk dipercaya. Oh salahkan Seungcheol juga! Dia yang menyarankan untuk memilih Jihoon sebagai tukang hitung skor futsal.

Sebenarnya Jihoon tidak benci-benci amat dengan futsal, tahun lalu gadis itu malah dengan senang hati berdiri di pinggir lapangan futsal untuk menyemangati Soonyoung. Saat Soonyoung mencetak gol, ia mendatangi Jihoon dan mengecup dahinya. Iya, di depan warga sekolah, bahkan pembina osisnya tertawa saat itu. Benar-benar pelecehan!

Jihoon mendongak saat satu botol minuman isotonik terulur ke arahnya. Matanya kecilnya bertatapan si pemberi, Junhui. J

unhui itu ketua bidang bahasa inggris dan seharusnya ia berada di laboratorium bahasa untuk menjadi panitia lomba debat bahasa inggris.

Junhui tersenyum sebelum duduk disebelah Jihoonㅡyang sebelumnya diisi Hansol, tapi ia ke kamar mandiㅡ

"Halo, Ji."

Jihoon mengambil botol isotonik dingin itu, lalu menempelkan pada pipinya. "Uh segarnyaaaaa~"

Junhui tertawa, lalu menarik papan scanner milik Jihoon. Mencari namanya sendiri disana, lalu membubuhi tanda tangan. "Tumben mau terjun lapangan Ji, dibayar berapa?"

Seungcheol datang lalu memakaikan topinya pada Jihoon. "Dibayar cinta sama aku dong." Jun menganggukkan kepalanya, "pantas kamu putus sama Soonyoung, Ji."

"YA!ㅡ" Seungcheol buru-buru menepuk bahu Jihoon. "Aku ke lapangan, nanti dulu marahnya. Bye Ji, doain kelasku menang."


"Beduaan aja, ketiganya setan loh." ujar Wonwoo.

"Iya kan kamu setannya, Nu."

"Judes banget. Pantas kamu putus sama Soonyoung."

Dan Wonwoo tertawa puas setelah Jihoon gagal mendaratkan pukulan pada lengannya. Junhui sebagai satu-satunya laki-laki langsung melerai dua gadis yang tingginya sangat bersenjangan itu.

"Jihoon fokus sama skor futsal aja, nanti kamu di demo loh."

Tepat setelah itu, peluit tanda istirahat untuk futsal berbunyi. Jihoon langsung berdiri menghampiri Seungcheol yang duduk di pinggir lapangan. Ia lalu menyeka keringat Sungcheol dengan tisu, dimana ada Jihoon pasti ada tisu. Jihoon memang orangnya bersih, makanya kemana-mana bawa tisu.

"Udah minum?" tanya Jihoon sambil mengipasi Seungcheol menggunakan papan scanner.

Seungcheol mengangguk, "Udah. Sana perhatiin Soonyoung, nanti dia ngamuk kalo kamu malah perhatian sama aku gini."

"Apaan sih."

Jihoon memang menggerutu tapi matanya langsung terarah pada lelaki yang berseragam sama dengan Seungcheol, ya itu Kwon Soonyoung yang balik melihat Jihoon. Jihoon menggerakkan mulutnya tanpa suara: 'Mau tisu?' dan dibalas anggukan dari sana. Jadi Jihoon maju dua langkah untuk membagi tisunya dengan Soonyoung yang keringatnya melebihi Seungcheol, Soonyoung memang gampang berkeringat.

"Terima kasih." ujar Soonyoung yang disahut 'CIE CIE' dari kawanan kelasnya. Tapi Jihoon tidak peduli, memang dia orangnya jarang peduli sih.

Jihoon berbalik menghadap Seungcheol, membetulkan letak topinya lalu bergumam pelan. "Aku balik ke tenda."


Ini hari terakhir lomba peringatan hari ulang tahun sekolah, jadi Jihoon datang lebih pagi dari biasanya. Osis sangat sibuk di hari puncak, apalagi dia merupakan anggota inti yang harus siap dimanapun dan kapanpun. Jihoon datang pagi juga karena dijemput Seungcheol dengan motor, sebagai bayaran mau menghitung skor futsal katanya. Ya walaupun kelas 12-D kemarin kalah, tapi ternyata Seungcheol tahu terima kasih juga.

"Kamu langsung ke atas aja Ji, anak-anak udah pada ngumpul disana."

Jihoon mengerutkan keningnya saat Seungcheol kembali memasang helm. "Kamu kemana?"

"Mau cari makanan, kasihan anak-anak banyak yang belum sarapan." Seungcheol menstater motornya, "Aku jalan ya Ji."

"Hati-hati. Jangan ngebut ya Papi Cheol." Jihoon melambaikan tangannya.

Setelah motor Seungcheol tak lagi terlihat, Jihoon baru berbalik dan menuju ruang osis di lantai dua.

Jihoon menghentikan langkahnya tepat di kelas 12-D, ada Soonyoung yang mengenakan baju batik kelasnya.

Mantannya itu tersenyum kikuk, "Hai Ji."

Jihoon hanya tersenyum lalu melewati Soonyoung.

"Jihoon!"

Jihoon berbalik, poninya sedikit tertiup angin. Sementara itu, Soonyoung membuka ranselnya untuk mengeluarkan kotak bekal berwarna biru. Diulurkannya bersama dengan susu kotak rasa cokelat.

"Buat kamu." Jihoon masih bingung, "Hah?"

Soonyoung memaksakan tangan Jihoon untuk memegang pemberiannya, "Kamu jarang sarapan, hari ini bakal sampai malam."

Jihoon berusaha mengelak, "Tapiㅡ"

"SOONYOUNG CEPAT BANTUIN MINSOO AMBIL BARANG DI GERBANG!"

Soonyoung tersenyum. "Aku kerja dulu ya Ji, ketemu nanti ya."

Dan Soonyoung berlari menuruni tangga, meninggalkan Jihoon yang berkedip sambil memproses kejadian ini.

Jihoon membuka pintu ruangan dan mendapati teman-temannya sudah tampil rapi dengan seragam batik osis, sementara ia baru datang dengan celana training dan kaos olahraga berlapis jaket. Tapi Jihoon memang bukan orang yang peduli dengan sekitar, jadi dia duduk di tempatnya lalu membuka kotak biru pemberian Soonyoung. Ada roti isi daging yang masih cukup hangat disana, lengkap dengan beberapa potong kecil pisang dan anggur. Dulu Soonyoung memang sering membawakannya bekal, paksaan dari ibunya Soonyoung sebenarnya.

Duh jadi flashback.

Tbc


Saya kembali~

Banyak alasan saya untuk tidak melanjutkan Seberapa Pantas, jadi maaf.

Fanfict yang ini saya tulis sebelum Chuck publish dan sudah selesai.

Review juseyoo