Disclaimer : Not mine. I just own the plot.


Sosok itu terlihat lagi.

Dengan senyum melengkung di bibir dan mata yang membentuk bulan sabit. Ia terus berjalan ke arahku. Masih dengan senyum yang sama.

Tanpa sadar sudut-sudut bibirku sedikit tertarik ke atas. Melihat seorang malaikat tersenyum dengan bahagia, sangat sulit untuk tidak ikut merasakan hal yang sama.

Tangannya terulur ke arahku dan dengan mantap aku menggenggamnya. Kuberi sedikit remasan pada telapak tangannya. Jari-jarinya terasa sangat dingin. Kuangkat kedua tangannya dan kutempelkan di bibirku.

Dengan lembut kuciumi jemari-jemari yang terasa membeku itu dengan perlahan.

"Sehun-ah…"

Sosok itu menatap ke arahku.

Senyumnya masih ada. Tapi entah kenapa saat ini aku malah merasa sesak saat melihatnya. Kupanggil terus namanya dengan lirih, jemarinya masih terus kukecup. Tapi bukannya menghangat, jemari-jemari itu terasa semakin dingin.

Kugenggam kedua tangannya semakin erat. Sekarang tubuhnya kelihatan menggigil. Kulihat ke bawah, kedua kakinya membeku.

Panik mendera hatiku.

"Sehun-ah!"

Kupanggil lagi namanya. Kali ini lebih keras, berharap suaraku bisa melumerkan es yang kini sudah mencapai betisnya. Kutatap wajahnya dengan seluruh perasaan berkecamuk di dalam kepalaku. Wajahnya yang putih kini semakin memucat. Bibirnya yang semula merah merekah kini terlihat membiru.

Dia tidak mengatakan apa-apa. Senyuman masih terus terukir di bibir yang kini bergetar karena dingin.

Kubawa ia ke pelukanku. Kurengkuh pipinya. Dingin.

Sensasi dingin membuat kedua telapak tanganku mati rasa, tapi aku tak peduli. Air mata mulai meleleh di kedua pipiku. Jangan tinggalkan aku. Kata-kata itu terus berputar-putar di dalam kepalaku. Aku tidak sanggup hidup tanpamu.

Es kini sudah mencapai pinggangnya. Kupeluk ia erat-erat. Air mata semakin deras mengalir di pipiku. Melihatnya masih tersenyum dengan keadaan tubuh yang semakin memburuk membuatku muak. Aku ingin ia berhenti tersenyum. Berhenti tersenyum dan menangis. Menangis dan memintaku untuk membantunya.

Aku menoleh ke kanan dan kiri, berusaha mencari sesuatu untuk melelehkan es yang membekukan tubuhnya. Tapi nihil. Hanya ada kekosongan yang menyelimuti kami berdua. Sejauh mata memandang hanya ada warna putih.

Ingin aku berlari ke ujung berwarna putih itu, mencari sesuatu untuk menolongnya. Tapi aku tak mau ia hilang atau mati saat aku kembali nanti.

"Sehun-ah…"

Suara gigi-gigi bergemeletuk dapat kudengar dengan jelas. Wajahnya sudah semakin pucat. Putih. Seputih warna tempat kami berada. Tatapan matanya kosong. Sekosong hatiku yang kuyakin tak akan penuh lagi kalau ia meninggalkanku.

Es sudah mencapai lehernya.

Senyuman tolol yang membuat isi perutku bergejolak masih ada di wajahnya, walau bibirnya sekarang sudah biru sepenuhnya. Ingin kuguncang bahunya, memberitahunya untuk tidak meninggalkanku. Namun seperti bisu, tidak ada suara yang mampu keluar dari mulutku. Lidahku kelu.

Sebutir air mata mengalir di pipi kanannya sebelum es sepenuhnya membekukan seluruh tubuhnya.

Napasku tercekat.

Kuguncang tubuhnya yang membeku dengan brutal. Kuteriakkan namanya sambil menjerit histeris.

"Jangan tinggalkan aku! Jangan tinggalkan aku sialan!"

.

.

.

"Luhan-hyung!"

Luhan tersentak. Dengan napas tersengal-sengal ia membuka matanya. Ekspresi panik dengan jelas terlihat di wajahnya. Dilihatnya Joonmyun menatap ke arahnya dengan wajah khawatir.

"Luhan-hyung… ada apa?" tanya Joonmyun lembut sambil menyeka keringat yang membanjir di kening Luhan. "Mimpi buruk?"

Tanpa menjawab pertanyaan yang dilontarkan Joonmyun padanya, Luhan menengok ke arah ranjang yang tak jauh berada darinya. Di balik selimut ia bisa melihat Sehun yang masih tertidur. Lelaki berwarga negara Cina itu menarik napasnya panjang. Lega.

Joonmyun mengikuti arah pandangan mata Luhan. Ia memang sudah mengendus ada sesuatu yang aneh di antara Luhan dan Sehun. Tetapi, leader EXO-K itu memilih untuk bungkam.

"Sarapan sedang dimasak oleh Kyungsoo dan Minseok-hyung. Keluarlah hyung," ujar Joonmyun sambil kembali memperhatikan Luhan yang sedang meremas rambutnya. "Biar aku yang bangunkan Sehunnie nanti…"

Mendengar nama Sehun, tubuh Luhan menegang. Napasnya tercekat dan entah kenapa ia terlihat lebih pucat dari biasanya.

Joonmyun menatap khawatir pada Luhan. Dengan lembut ditariknya lengan Luhan. "Ayo kita sarapan dulu hyung."

Luhan yang biasanya sangat tidak suka keluar dari balik selimutnya kini hanya pasrah ditarik oleh Joonmyun. Ia menyempatkan diri untuk melihat ke arah Sehun yang masih tertidur sebelum dirinya benar-benar ditarik keluar dari kamar.

Sesampainya di dapur, Joonmyun mendudukkan Luhan di salah satu kursi. Secangkir kopi ia berikan ke laki-laki yang berumur setahun lebih tua darinya itu. Joonmyun menatap Luhan dengan raut wajah khawatir. "Hyung kau tidak apa-apa?"

Luhan menggeleng pelan. Setelah menghela napas ia meneguk cairan penuh kafein itu. Membiarkan tenggorokannya terbakar dengan kopi yang masih panas.

"Lu? Kau baik-baik saja…?"

Suara Minseok membuat Luhan menengadahkan kepalanya. Senyum sedikit muncul di wajahnya yang tampan ketika melihat sahabatnya itu memberikan sepiring french toast. "Thanks baozi, dan aku baik-baik saja."

Minseok memberikan Luhan tatapan penuh arti dan berlalu untuk membantu Kyungsoo menyiapkan sarapan. Mengisi perut 12 lelaki muda tentu bukanlah hal yang mudah.

"Aku akan bangunkan Sehunnie…"

Luhan mengangguk pada Joonmyun. Dengan sedikit enggan digigitnya toast yang diberikan Minseok kepadanya. Perutnya bergejolak ketika ia kembali mengingat mimpinya. Seketika Luhan merasa ingin muntah.

Membayangkan Sehun membeku dan ia tidak bisa melakukan apa-apa membuatnya semakin ingin muntah.

"Hyung?"

Luhan menoleh ke belakang. Ia sedikit tercekat ketika melihat Sehun berdiri di belakangnya sambil mengusap matanya –ia bisa pastikan kalau sang maknae masih sangat mengantuk.

Manis sekali.

Lelaki Cina itu menggelengkan kepalanya untuk membuyarkan isi pikirannya dan kembali focus pada rotinya. Sehun yang merasa diacuhkan duduk di samping Luhan. Dicoleknya lengan sahabatnya itu sambil mengerucutkan bibirnya.

"Minta rotinya…"

Luhan tersenyum kecil mendengar nada manja pada suara Sehun. Diulurkannya sepotong toast pada Sehun. Namun senyumnya segera hilang ketika jemarinya bersentuhan dengan jemari Sehun. Jemari itu terasa begitu dingin.

Luhan menelan ludahnya. Mau tidak mau, gambaran Sehun yang membeku dan membisu di dalam mimpi kembali menghantui kepalanya. Luhan berdiri dengan tiba-tiba. Piring berisi toast ia letakkan di atas meja, dan tanpa memperdulikan Sehun yang kelihatan sangat bingung ia melesat masuk ke dalam kamar.

"Luhan-hyung…" Sehun membatu di tempat duduknya. Ia tidak mengerti mengapa akhir-akhir ini Luhan sering sekali. Maknae itu beranjak dari kursi untuk menyusul Luhan, namun lengannya ditahan oleh Kris. Joonmyun yang berdiri di sebelah pria tinggi itu memberinya tatapan khawatir.

"Biarkan saja dia dulu." suara berat milik Kris memecah kesunyian.

Sehun menggigit bibirnya dan kembali duduk. Ditundukkannya kepalanya, lalu ia sembunyikan di antara kedua lengannya yang terlipat. Tidak ada yang berani berbicara walaupun satu persatu anggota EXO bangun dari tidur pulas mereka.

Joonmyun dan Kris saling berpandangan, sebelum akhirnya Joonmyun memutuskan kontak mata mereka dan menepuk kepala Sehun dengan lembut.

.

.

.

Mimpi itu terus berulang setiap malam. Luhan selalu terbangun dengan keringat membanjiri tubuhnya. Jemari-jemarinya menggenggam ujung selimut dengan erat. Menatap lirih pada Sehun yang juga kelihatan tidak nyaman dalam tidurnya.

.

.

.

Latihan berjalan dengan tidak mulus.

Sehun terus melakukan kesalahan –lupa gerakan dan lupa mengangkat tangan saat gilirannya bernyanyi. Tidak jauh berbeda dari Luhan yang terus-terusan tidak fokus selama latihan berlangsung.

"Ada apa dengan kalian berdua?!"

Suara Kris bergema di dalam ruangan latihan mereka. Semua member menatap sedikit kesal pada Sehun yang menundukkan kepalanya dan Luhan yang terus memainkan gelang di pergelangan tangannya.

"Latihan hari ini selesai." Joonmyun menghela napasnya dan mengelus punggung Kris. Ditatapnya sekali lagi sosok Sehun yang masih menundukkan kepalanya dan Luhan yang kini sedang menyeka keringatnya dengan handuk kecil.

"Ayo kita makan siang…" katanya sambil tersenyum pada semua 'anak-anaknya' sambil tersenyum dan menepuk pundak Kris.

Zitao menghampiri Sehun yang masih terdiam di tempat dan segera menggamit lengan sang maknae. Dielusnya tengkuk Sehun dan tersenyum sambil mengangkat wajah si pirang. "Junmahao bilang latihan selesai sekarang. Ayo kita makan dan berhenti bersedih. Bubble tea, Sehunnie?"

Sehun mengangguk pelan namun ia masih saja tidak beranjak.

"Jongin!" seru Zitao pada Jongin yang hampir menabrak pintu karena terkejut. "Ayo kita seret si bayi cengeng ini dan makan sampai puas!"

Cengiran jahil muncul di wajah tampan milik Jongin. Ia berlari kecil ke arah Sehun dan Zitao dan segera menarik lengan Sehun. "Ayolah Hun, jangan sedih lagi. Ayo kita makan!"

"Kami duluan ge."

Luhan mengangkat kepalanya dan mengangguk pelan.

Tubuhnya merosot ke lantai saat pintu tertutup dan hanya tersisa dirinya sendiri di dalam ruangan. Matanya terpejam erat dan tangannya mengepal.

.

.

.

Sehun terus-terusan mengecek telepon genggamnya sambil menggigit bibir. Burger di depannya sama sekali tidak ia perhatikan. Zitao yang melihatnya hanya bisa menghela napas dan kembali menggigiti kentang gorengnya.

"Sehun-ah, makanlah dulu."

"Iya ge…"

"Iya apa?" tanya Zitao sambil mencubit lengan Sehun. "Cepat habiskan makananmu. Kau bisa kembali ke dorm setelah itu."

Sehun menatap Zitao dengan mulut yang sedikit terbuka. "Darimana gege tahu?"

Zitao mencubit Sehun lagi, tapi kali ini kedua pipi maknae itulah yang menjadi korban. Martial artist itu tersenyum dan merapikan poni Sehun yang terjuntai dan menyelipkan sedikit helaian rambut ke belakang telinga Sehun. "Aku mengenalmu, dasar konyol. Mana ada lelaki yang masih suka ngambek jika punya masalah dengan hyung-hyungnya selain Sehunnieku yang imut ini."

Sehun memutar kedua bola matanya. Diraihnya kembali burger yang ada di piringnya dan memakannya pelan. Melihat Zitao yang sudah menghabiskan burger keduanya dan sekarang sedang menyeruput sodanya, Sehun mengulurkan sepotong kentang goreng ke mulut Zitao.

Lelaki berkantung mata itu tertawa pelan dan memakan kentang goreng dari tangan Sehun. "Segera habiskan makananmu dan kembali ke dorm."

Sehun mengangguk dan menghabiskan sisa burgernya dalam satu gigitan. Setelah membersihkan tangannya dengan tisu dan meminum sisa sodanya, Sehun segera bangkit dari tempat duduknya.

"Jangan lupa beli bubble tea untuk Luhan-ge. Kami semua tidak akan kembali sampai tengah malam, jadi cepat selesaikan masalah kalian. Oke?"

Sehun mengangguk sekali lagi dan tersenyum manis sekali pada Zitao.

.

.

.

Sementara di dorm –tepatnya di dalam kamar yang dibaginya dengan Sehun dan Kyungsoo, Luhan duduk termenung di atas tempat tidurnya. Setelah pulang dari ruang latihan di SM Building dan kembali ke dorm kepalanya terasa sakit dan berdenyut.

Luhan melirik ranjang Sehun dan menghela napas. Dipeganginya kepalanya dan dipijitnya pelipisnya dengan pelan. Perut Luhan berbunyi sedikit, memang ia sama sekali belum memasukkan makanan apapun ke dalam perutnya sedari pagi.

Main vocalist EXO-M itu kembali membaringkan tubuh di ranjang. Dipejamkannya matanya dan membiarkan bayang-bayang mimpi kembali terputar dan terus berulang di dalam kepalanya.

Dahi Luhan mengerut. Ditariknya napas panjang karena dengan hanya memikirkan Sehun dadanya menjadi terasa begitu sesak. Luhan terbatuk dengan keras, ia sama sekali tidak sadar bahwa ia sudah menahan napasnya cukup lama.

Derap langkah kaki menyapa telinganya. Suara pintu terbuka terdengar dan ada sosok yang paling tidak Luhan inginkan untuk dilihat, terlihat di balik pintu.

"Luhan-hyung…"

Luhan melihat ke arah Sehun dengan tatapan penuh tanya. "Ada apa?" katanya pelan, nada tak acuh sebisa mungkin ia munculkan.

Sehun terpaku di tempatnya berdiri. Dia tak pernah bertemu dengan Luhan yang seperti ini. Luhan yang ia tahu adalah Luhan yang selalu menyambutnya dengan senyuman dan cengiran bodoh, bukan dengan sikap acuh tak acuh.

Reaksi dari Luhan membuat Sehun merasa seperti orang yang mempunyai penyakit menular yang menjijikkan dan Luhan sama sekali tidak ingin tertular darinya.

Sehun maju satu langkah. Kantung plastik di tangan kanannya ia genggam sedikit lebih erat. "A-Aku bawakan makanan…" Remaja berumur 19 tahun itu menelan ludah dan menjilat bibirnya –gugup. "Kimbap, sandwich, dan bubble tea."

"Letakkan saja di meja, nanti aku makan."

Kembali, nada dingin itu muncul.

Sehun menggigit bibirnya.

"Aku salah apa hyung…" Sehun menundukkan kepalanya. Rasanya sakit sekali dihindari seperti ini, lebih-lebih yang melakukannya adalah sahabatmu sendiri. Suara isakan kecil terdengar.

Luhan mengangkat kepalanya dengan cepat. Ia sama sekali tidak bermaksud membuat Sehun menangis. Ia tahu Sehun sama sekali tidak suka kalau ada yang bertengkar di antara semua member EXO, dan ia bisa menangis begitu saja karena maknae itu sering menyimpan perasaannya di dalam hati tanpa mengekspresikannya.

Luhan mendesah pelan.

"Kemarilah Sehun-ah…"

Sehun bergerak dengan patuh. Ia duduk di ranjangnya sendiri sambil mengusap matanya yang kini basah dengan air mata.

"Tidak, kemarilah…" ucap Luhan lagi. Kali ini ia menepuk ruang kosong di sebelahnya. Luhan sendiri tidak mengerti mengapa ia melakukan itu, biasanya ia sama sekali tidak memperbolehkan siapapun duduk di ranjangnya. Ya, bahkan Sehunpun belum pernah menduduki ranjangnya.

Sehun duduk di sebelah Luhan dengan menjaga jarak. Remaja berambut pirang itu masih menundukkan kepalanya dan sesekali menghirup kembali cairan di hidungnya. Ia masih takut untuk berbicara. Takut Luhan akan membalas kata-katanya dengan nada suara dingin seperti tadi.

Luhan menghela napasnya.

Diulurkannya tangannya dengan sedikit ragu namun segera ia kepalkan kembali. Lelaki yang berumur empat tahun lebih tua dari Sehun itu mengacak rambut oranyenya dengan kesal. Setelah memantapkan hatinya, ia kembali mengulurkan tangannya.

Sehun mengangkat wajahnya ketika jemari dingin Luhan merengkuh kedua pipinya. Ia masih saja bungkam ketika ia melihat mata Luhan terfokus pada bibirnya. Sehun menggelengkan kepalanya ketika Luhan mendekatkan wajah mereka berdua.

Raut wajahnya berubah panik.

Sehun berusaha melepaskan kedua tangan Luhan yang mencengkram kedua pipinya namun gagal. Tenaga Luhan kuat sekali, seakan rahangnya akan hancur karena tekanan dari ibu jari lelaki yang lebih tua di depannya. Sehun terus mundur ke belakang ketika Luhan terus mendekatkan wajah mereka.

Remaja berambut pirang itu hampir berteriak ketika punggungnya membentur dinding. Sehun berubah pucat. Kedua bola matanya membesar ketika kedua lengan Luhan mengunci lengannya sehingga ia tidak bisa bergerak.

"Hyung berhenti…" Sehun memohon dengan eskpresi takut membayang di wajahnya. "Kumohon berhenti…"

Luhan menggelengkan kepalanya. Ia semakin mengeratkan pegangannya di kedua lengan Sehun ketika anak itu mulai memberontak. Ia kembali memfokuskan pikirannya pada kedua bibir Sehun. Luhan mendekatkan wajahnya ke wajah Sehun lagi, suara memelas Sehun yang memintanya untuk berhenti sama sekali ia acuhkan.

Luhan mendesah pelan ketika bibirnya berhasil menempel di bibir Sehun. Sudah lama sekali ia memimpikan hal ini. Menjaga Sehun, menyayangi Sehun, menyentuhnya, menciumnya.

Otak Luhan serasa berhenti berpikir ketika suatu cairan asin mengalir ke bibirnya. Dilepaskannya ciumannya dari bibir Sehun dan tubuhnya membeku ketika ia melihat Sehun bercucuran air mata. Tatapan mata sang maknae terlihat sangat takut.

"Berhenti kubilang…"

Hati Luhan pecah berkeping-keping ketika ia mendengar suara Sehun yang begitu lemah. Tanpa sadar pegangannya di kedua lengan Sehun terlepas.

Luhan masih terdiam ketika Sehun mendorong bahunya pelan dan keluar dari kamar dengan langkah gontai. Suara pintu yang tertutup dan terkunci dari dalam terdengar.

Luhan menundukkan kepalanya.

He really screwed up.


A/N : Untuk kalimat terakhir saya sengaja pakai Bahasa Inggris soalnya saya ngga tahu gimana terjemahannya ke Bahasa Indonesia :p

Constructing reviews are needed. No need to flame or bash if you just want to criticize the pairing or tell me who's top and who's the bottom since I don't give a damn.

So, review~? /bbuing bbuing attack/