Soonyoung seorang pembunuh bayaran bedarah dingin yang tak segan segan membunuh korbannya dengan sekali tebas. Berhati dingin kepada semua orang namun seseorang menghubunginya dan menyuruh soonyoung untuk membunuh seorang pemuda bernama lee jihoon. Dimana pemuda tersebut berhasil membuatnya merasakan jatuh cinta. Tapi tugas tetaplah tugas dimana tugasnya lebih penting dari apapun. Termasuk cintanya.


.

.

.

Dubiguwae present

Love Me or Kill Me

.

.

.

Main Cast : Kwon Soonyoung, Lee Jihoon, Lee Seokmin

Genre : Romance, Gore, Violent

YAOI. BOY X BOY. DLDR


" Aku mohon ampuni aku… tolong jangan bunuh aku… tolo-arghhh"

Pisau menancap tepat pada dada seorang lelaki paruh baya yang sekarang tergeletak di tanah dengan darah yang bercucuran dari dadanya. Didepan lelaki paruh baya tersebut, berdiri seorang lelaki muda berawajah tampan yang hanya berdiam diri melihat sang lelaki paruh baya yang perlahan-lahan semakin pucat karena kehilangan darah dan pada akhirnya… mati.

SRET

Lelaki tampan tadi mencabut pisau dari dada sang lelaki paruh baya " Huh, tidak biasanya korban yang aku bunuh bisa sekarat dengan waktu selama ini. Biasanya mereka langsung mati begitu saja." Ucap sang lelaki tampan dengan angkuh. Tangan kanannya mengambil selembar kain kecil dari jaketnya, lalu ia bersihkan pisau miliknya yang berlumuran darah dengan kain tersebut. Selesai membersihkan pisaunya, ia lalu mengambil ponsel dari saku celananya dan mulai menghubungi seseorang.

" Hyung, tugasku sudah selesai. Korban meninggal dengan luka tusukan tepat di jantungnya. Aku akan membuang mayat nya di sungai Han" ucap sang lelaki tampan masih dengan sikap angkuhnya.

" Bagus sekali, Soonyoung-ah. Kau memang bisa di andalkan, aku akan memberimu uang tambahan karena kau sudah melaksanakan tugasmu dengan amat sangat baik." Dari seberang sana seorang pria tampan bernama Seungcheol sedang tersenyum miring mendengar hasil kerja anak buahnya yang sangat memuasakan.

" Terima kasih banyak, hyung. Aku akan membuang mayatnya sekarang juga sebelum orang-orang melihatnya. Bye, Hyung ."

Kwon Soonyoung. Seorang pembunuh bayaran berdarah dingin yang tak segan membunuh korbannya dengan keji.

Soonyoung mengeluarkan sebuah kain untuk membungkus korban yang baru saja ia bunuh, dan tak lupa ia menghilangkan jejak keberadaanya agar polisi atau warga tidak mencurigai tempat tersebut. Soonyoung adalah pembunuh bayaran yang professional, kinerjanya sangat rapih dan hati-hati. Dan hal itu membuat para polisi tidak bisa mencium jejaknya.

Sungai Han, 2PM

BYUR

Soonyoung membuang mayat korbannya tadi ke sungai Han, ia membuangnya di tempat yang sepi dan tesembunyi agar tidak ada orang yang bisa melihatnya.

" Sebaiknya aku segera pergi sebelum orang-orang mulai curiga " dengan langkah yang angkuh, Soonyoung berjalan kembali ke mobilnya. Mengemudikan mobilnya menuju apartemen miliknya.

.

.

.

KRING KRING KRING

Dering suara ponsel milik Soonyoung berbunyi dengan kerasnya, namun sang pemilik tidak bergeming sama sekali.

KRING KRING KRING

Lama-lama Soonyoung muak dengan ponselnya yang terus-terusan berbunyi. Ia ambil ponselnya dari meja nakas disamping tempat tidurnya lalu ia lihat nama seseorang yang menelponnya, baru saja ia berencana memaki orang yang menelponnya sepagi ini kalau saja itu bukan Seungcheol Hyung.

"Halo, hyung. Ada apa kau menelponku sepagi ini" ucap soonyoung dingin dan jelas merasa terganggu dengan telpon dari hyung nya itu. Bayangkan saja, tadi malam ia melaksanakan tugasnya sampai pukul dua pagi dan tidur pukul tiga pagi setelah melalui perjalanan pulang menuju apartemenya yang cukup lama. Dan demi tuhan! Ini masih pukul 5 pagi dan dengan seenaknya Seungcheol hyung menghubunginya disaat ia baru saja tertidur dengan nyenyak.

"Hahaha aku tau kau marah karena aku menelponmu sepagi ini, Soonyoung-ah. Maafkan aku, ini sangat penting dan aku harus cepat-cepat menghubungimu." Soonyoung yang mendengarnya hanya bisa memutar bola matanya jengah. " Hm, bisakah kau langsung membicarakan ke inti permasalahannya saja? Ayolah, Hyung. Aku sangat lelah dan ingin segera tidur".

"Baiklah, Soonyoung-ah. Jadi baru saja seseorang menghubungiku dan ia meminta kau membunuh seseorang… ". Soonyoung mendengarkan baik-baik apa yang diucapkan Seungcheol. Ia sudah biasa mendapat telpon dari seungcheol untuk membunuh orang tapi kenapa ini terasa berbeda?. " Orang itu siapa, Hyung?". Ucap Soonyoung penasaran.

"Orang itu bernama, Lee Jihoon." Tidak ada reaksi yang istimewa dari Soonyoung. Itu hanyalah sebuah nama dan tugasnya hanyalah membunuh lalu membuang mayatnya ke sungai atau tempat yang sepi. Itu saja, bukankah itu yang biasa ia lakukan dan tugas kali ini juga terasa sama saja dengan yang sebelum-sebelumnya.

"Baiklah, Hyung besok aku akan membuat rencana untuk membu-"

"Tunggu, Soonyoung-ah…" ucapan Soonyoung terhenti saat Seungcheol tiba-tiba saja menyela ucapannya. Ia bingung kenapa Hyung nya itu bersikap aneh, apakah itu ada hubungannya dengan seseorang bernama Lee Jihoon tadi?. "Ada apa, Hyung? Kenapa kau jadi aneh seperti ini." Ia sudah sangat lelah sekali dan ingin segera tidur. Tetapi sikap aneh Seungcheol membuatnya betanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi dengan Hyung nya itu.

"Soonyoung-ah… tugasmu kali ini tidaklah semudah tugas-tugasmu yang sebelumnya. Dalam tugasmu kali ini kau harus menyamar dan mengawasi Jihoon sampai pada saatnya kau harus membunuhnya." Ucap Seungcheol dengan nada yang serius dan tidak main-main.

Soonyoung sedikit merasa terkejut karena tugasnya kali ini tidak hanya membunuh seseorang saja, tetapi ia harus mengawasi setiap gerak-gerik yang dilakukan oleh targetnya." Hyung, apa kau serius? Aku harus mengawasi orang bernama Jihoon itu?! Hah kau pikir aku body guard!" Soonyoung tidak benar-benar marah, ia hanya merasa terkejut dan entahlah ia hanya merasa aneh saja karena ia harus mengawasi seseorang yang tidak ia kenal dan ia merasa seperti seorang penguntit.

"Tenanglah, Soonyoung-ah. Kau tidak harus mengawasinya selama 24 jam penuh, kau cukup mengawasinya selama dirinya berada di kampus dan setelah itu terserah dirimu. Dan iya, kau akan masuk kuliah lagi untuk melaksanakan tugasmu kali ini. Aku tau kau akan menolak, tetapi ayolah kau hanya satu-satunya orang yang bisa aku andalkan untuk melaksanakan tugas ini." Ucap Seungcheol dengan sedikit memohon. Soonyoung hanya bisa menghela napasnya, tentu saja ia tidak mau melakukan tugas ini tetapi jika ia menolak pun tetap saja tidak berhasil dan Seungcheol akan mati-matian membujuknya.

"Baiklah, Hyung. Aku mau melaksanakan tugas ini. Tapi ingat kau harus memberiku uang tambahan yang sangat banyak untuk bayarannya."

"Tentu saja aku akan memberikanmu uang tambahan yang banyak, Soonyoung-ah"

"Hm, besok kirimkan semua informasi tentang orang yang bernama Jihoon itu agar aku bisa lebih leluasa mengawasinya". Soonyoung berucap datar, yang ia inginkan sekarang hanyalah tidur. Ia hanya ingin mengistirahatkan badannya yang sangat lelah dan mengumpulkan tenaganya kembali untuk melaksanakan tugas dari Seungcheol.

"Ya, besok aku akan mengirimkan semua informasi Jihoon kepadamu. Sekarang tidurlah, maaf tadi aku menggangumu, Soonyoung-ah".

"Tidak apa-apa, Hyung. Baiklah sampai jumpa besok"

Pip.

Soonyoung meletakkan kembali ponselnya ke meja nakas, dan kembali berbaring di tempat tidurnya.

"Lee Jihoon… aku tidak sabar bertemu denganmu" dengan senyum miring yang terpampang di wajah tampannya, perlahan-lahan matanya mulai terpejam dan akhirnya tertidur.

.

.

.

SRAK

Ratusan kertas origami dengan berbagai macam bentuk terjatuh dari loker Jihoon. Disetiap sisi kertas origami tersebut terselip kata-kata romantis seperti "Aku mencintaimu" "Kau sangat indah bak malaikat surga" "Maukah kau menjadi kekasihku". Jihoon hanya memutar bola matanya malas, ia sudah terlalu muak dengan seseorang (walaupun ia tidak mengetahui siapa orang tersebut) yang selalu memberinya barang-barang ini. Mulai dari kertas origami, coklat, makanan, sampai sebuah t-shirt bertuliskan 'I LOVE YOU' (yang menurut Jihoon sangat memalukan) pernah ia dapatkan.

Selesai membersihkan semua kertas origami tadi Jihoon kembali membuka lokernya.

"Apa ini? Sebuah surat?" ucap Jihoon. Ternyata di lokernya masih ada sesuatu yang tertinggal disana, itu.. sebuah surat cinta. Jihoon yang penasaran akhirnya membuka surat tersebut.

" Hai Jihoon-ah, kau pasti terkejut dengan semua kertas origami yang aku buat kekeke. Maaf telah mengotori lokermu tapi... ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu. Datanglah ke taman belakang kampus jam 4 sore nanti. Aku harap kali ini kau akan datang... kekeke bye bye Jihoon-ah ^-^ - From : Your secret admire."

"Huft.. apa kali ini aku temui saja dia? Eum, baiklah aku akan menemuinya nanti. Aku juga sudah penasaran sebenarnya siapa dia." gumam Jihoon. Selesai mengambil buku yang ia perlukan dari lokernya, ia kembali menuju kelasnya untuk mengikuti mata kuliah siangnya.

.

.

.

Kampus, 3AM

"Jihoon-ah! tunggu aku!"

Jihoon menghentikan langkahnya ketika mendengar seseorang memanggilnya.

"Wonwoo-ah, ada apa?" tanya Jihoon. Didepannya berdiri seorang lelaki berwajah emo. Dia adalah Jeon Wonwoo, sahabatnya.

"Ah tidak ada apa-apa, kau tadi berjalan keluar lebih dulu jadi aku harus memanggilmu kekeke. Ayo pulang."

Jihoon bingung, ia ingin sekali menemui penggemar rahasianya. Namun, disatu sisi ia sedikit ragu-ragu apakah ia harus menemuinya atau tidak.

"Jihoon-ah, kenapa kau melamun? Apa kau sedang memikirkan sesuatu?" tanya Wonwoo. Jarang sekali ia melihat Jihoon seperti ini, dan biasanya jika Jihoon melamun itu artinya ia sedang merasa bingung dengan sesuatu hal. "Jika kau sedang ada masalah, kau bisa cerita kepadaku hitung-hitung mengurangi bebanmu." lanjut Wonwoo.

"Wonwoo-ah aku bingung..." dan akhirnya Jihoon memutuskan untuk menceritakan masalahnya ke Wonwoo. "Jadi.. kau tahukan jika aku punya penggemar rahasia. Sudah beberapa kali ia mengajakku untuk bertemu, namun aku tidak pernah menemuinya sama sekali. Tapi lama-lama aku juga menjadi penasaran, dan tadi pagi dia kembali memberikanku sebuah surat dan dia ingin aku menemuinya hari ini"

"Dan aku bingung harus menemuinya atau tidak. Menurutmu aku harus bagaimana Wonwoo-ah?" Lanjut Jihoon. Sebenarnya ia malu menceritakan masalah ini kepada Wonwoo, tetapi yang lebih penting sekarang adalah ia sangat memerlukan saran dari sahabatnya itu.

"Ah jadi begitu... tentu saja kau harus menemuinya, ia sudah berusaha keras selama ini. Jadi... mungkin kau bisa membalas usahanya dengan menemuinya." ucap Wonwoo. Benar juga apa yang dikatakan sahabatnya itu.

"Baiklah, aku akan menemuinya. Sebenarnya aku juga sangat penasaran dengannya, mungkin saja dengan menemuinya rasa penasaran akan hilang." gumam Jihoon. "Wonwoo-ah, terimakasih atas saran mu itu. Aku sudah memutuskan untuk menemuinya saja." Lanjut Jihoon.

Taman belakang kampus, 4PM

Seorang pria tampan terlihat sedang membawa sesuatu dibelakang punggungnya. Satu buket mawar merah segar dan sekotak coklat mahal ia bawa dibelakang punggungnya, seakan-akan ingin mengejutkan seseorang dengan barang yang dibawanya itu.

"Jihoon-ah aku harap kau akan datang kali ini" gumamnya. Senyum berseri-seri terpampang jelas diwajah tampannya itu. Detik demi detik ia menunggu kedatangan Jihoon dengan sabar. Sampai pada saat ada seorang yang terlihat berjalan mendekat ke arahnya.

Bertubuh mungil, berkulit seputih salju, dan wajah yang imut. Itu adalah Jihoon. Orang yang ia tunggu sedari tadi.

DEG DEG DEG

Detak jantungnya berdetak dengan kencang, kupu-kupu seakan berterbangan di perutnya yang kini terasa tergelitik.

Jihoon berjalan semakin mendekat dan mendekat...

"Seokmin-ah, apa yang kau lakukan disini? Bukankah kau tadi izin karena sakit?." tanya Jihoon.

Ya, pengagum rahasia Jihoon adalah Seokmin. Lee Seokmin. Teman satu jurusan Jihoon yang sudah Jihoon anggap seperti adiknya sendiri.

"Ji..Jihoon-ah aku menyukaimu.. ma.. maukah kau menjadi.. kekasihku?"

Seokmin sudah lama menyukai Jihoon, namun ia tidak berani mengungkapkannya kepada Jihoon karena ia takut merusak persahabatnya dengan Jihoon.

"...Apa? Kau.. kau menyukaiku? Seokmin-ah apa kau bercanda? Ini sungguh tidak lucu sama sekali." jawab Jihoon. Ia sangat terkejut dengan fakta bahwa pengagum rahasianya selama ini adalah Seokmin.

"Tidak Jihoon-ah.. aku tidak bercanda sama sekali.. aku benar-benar menyukai- Ani aku benar-benar mencintaimu" jelas Seokmin. Ia sudah tidak bisa menahan perasaannya lagi. Seokmin sangat mencintai Jihoon, dan ia ingin memiliki Jihoon sepenuhnya. Menjadikan Jihoon miliknya seorang.

"Maaf Seokmin-ah, aku.. aku tidak bisa menerima perasaanmu. Maafkan aku." jawab Jihoon. Dan setelah itu Jihoon pergi begitu saja.

DEG

Hatinya sangat sakit mendengar apa yang baru saja diucapkan Jihoon. Penantiannya selama ini berbuah sia-sia, Jihoon baru saja menolak perasaan lalu pergi begitu saja tanpa sedikitpun menoleh ke arahnya. Ini sangat tidak adil. Ia rela berkorban hanya demi Jihoon namun Jihoon menolak perasaannya begitu saja. Ini tidak bisa dibiarkan...

BUG

"ARGHHH JIHOON-AH KENAPA KAU MENOLAK PERASAANKU HUH?! LIHAT SAJA AKU TIDAK AKAN MEMBIARKANMU BEGITU SAJA"

Seokmin memukul sebuah pohon di dekatnya, buku-buku tangannya berdarah dan kulitnya mengelupas. Namun ia menghiraukan semua itu, karena hatinya jauh lebih sakit daripada luka-luka tersebut.

"HAHAHAHA JIKA KAU TIDAK MENJADI MILIKKU, ITU BERARTI ORANG LAIN JUGA TIDAK BISA MEMILIKIMU." teriak Seokmin. Ya, jika dirinya tidak bisa memiliki Jihoon. Itu berarti orang lain juga tidak akan pernah bisa memiliki Jihoon.

"...aku akan membalas dendamku ini kepadamu, Jihoon-ah. Lihat saja nanti" ucap Seokmin. Sebuah smirk menakutkan terpampang diwajahnya, ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Sepertinya ia tahu siapa orang yang sangat tepat untuk membalaskan dendamnya kepada Jihoon. Mengetik nomor seseorang lalu menekan tombol hijau sebagai pemanggil.

Tutttt... Tuttt... Tuttt...

"Yeoboseyo?"

"Apa benar ini nomor Seungcheol?"

"Untuk apa kau bertanya seperti itu? Seluruh korea selatan sudah tahu siapa aku! Jangan banyak bertanya, apa yang kau inginkan dariku?"

Nafas Seokmin tercekat mendengar suara dingin dari pihak penelpon. Benar-benar sangat dingin. Ia menelan ludahnya paksa sebelum berbicara lagi kepada Seungcheol.

"Aku ingin kau membunuh seseorang bernama Lee Jihoon"

"Hanya itu saja?"

"Ya"

Hening, Seungcheol terdiam disana tanpa berkata sepatah kata pun lagi. Begitu juga dengan dirinya, diam terpaku tanpa melakukan sesuatu.

"K-kau masih disana Seungcheol-sii?"

"Ya aku mendengarmu"

"Bolehkah aku berkata sesuatu?"

"Katakan"

"Sebelum membunuh Jihoon bisakah kau dekati dia? Buat dirinya jatuh cinta kepadamu lalu setelah dia jatuh cinta kepadamu, kau bunuh dia! Agar dia tahu betapa sakitnya ditolak oleh seseorang yang ia cintai"

Diseberang sana Seungcheol terdiam mendengar perkataan Seokmin. Bukan, ini bukan misi yang sulit. Membuat orang jatuh cinta lalu membunuhnya itu sangat gampang. Tapi ...

"Aku tidak tahu Soonyoung bisa atau tidak melakukan tugas ini"

"Soonyoung?"

"Ya, dia anak buahku. Dia adalah seorang pembunuh bayaran nomor satu di Korea Selatan"

"Aku tidak peduli! Kau harus membunuh Jihoon! Bagaimana pun caranya! Aku akan memberikanmu uang berkali-kali lipat asal kau tahu!"

Pip

Seokmin memutuskan sambungannya secara sepihak. Nafasnya naik turun, emosinya sudah diambang batasnya. Bagaimana pun caranya Jihoon harus mati! Tapi ia tidak mau melakukan itu dengan tangannya sendiri. Rasa cintanya terhadap Jihoon masihlah sangat besar, ia takkan bisa melakukan hal sekeji itu.

"Jihoon kau harus membayar ini semua!"

.

.

.

Lee Jihoon 20 tahun, mahasiswa jurusan musik yang mempunyai berkepribadian dingin di Universitas Nasional Seoul. Kesehariannya memproduksi, compose, dan menulis lagu di studio kampusnya. Salah satu mahasiswa terpintar dikampusnya dan ketua dari vocal team.

Soonyoung membaca kertas yang berisi identitas dari seseorang yang bernama Lee Jihoon. Menarik, kata batinnya. "Apa hanya ini saja hyung?" Soonyoung memandang dengan tatapan remehnya.

"Maaf aku hanya bisa mendapatkan ini. Lakukan tugasmu dengan baik, jangan bertindak ceroboh"

Tanpa menjawab, kaki panjangnya melangkah keluar dari ruangan Seungcheol "Ingat kataku baik-baik Soonyoung-ah. Jangan pernah kau jatuh cinta kepadanya,dan sebisa mungkin jangan pernah kau melibatkan perasaanmu dalam pekerjaan ini" langkahnya sempat terhenti mendengar ucapan itu. Tapi Kwon Soonyoung tetaplah Kwon Soonyoung, ia tidak menjawab dan melanjutkan jalan yang sempat tertunda dan

BLAM

Pintu tak bersalah pun menjadi korban bantingan dari Soonyoung. Seungcheol hanya menghela nafasnya. Matanya masih tertuju pada pintu yang sudah tertutup rapat itu.

Ku harap kau mendengar apa kataku Soonyoung-ah

.

.

.

Akhirnya Soonyoung sudah sampai di tempat dimana Lee Jihoon berada. Matanya melihat sekeliling, mencari keberadaan pemuda tersebut. Menurut info yang telah diberikan hyungnya, Lee Jihoon itu pemuda bertubuh mungil yang tingginya hanya sampai 164cm. Itu tidak sulit baginya, ia hanya mencari pemuda bertubuh mungil di sekitar ini. Walaupun tampang rupanya pun Soonyoung tidak mengetahui.

Soonyoung berjalan santai di area kampus, semua mata tertuju padanya. Bagaimana tidak? Ia memakai kemeja berwarna hitam yang membuatnya terlihat berkharisma, tak lupa ia membuka kedua kancing paling atas yang membuatnya berkali lipat tampan dan membuat orang-orang yang melihatnya terpesona . Rambutnya juga sudah ia warnai menjadi hitam kembali. Ditambah lagi celana jeans hitam beserta tali pinggang yang menghiasi pinggangnya. Siapa saja yang melihatnya pasti akan terpesona.

"Dia sangat tampan"

"Apa dia anak baru?"

"Aku tidak pernah melihatnya sebelumnya"

Soonyoung yang mendengarnya hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ia sudah muak dengan apa yang ia dengar. Misi kali ini benar-benar membuang waktunya saja. Ck lebih baik aku cepat menemukan Lee Jihoon lalu aku akan segera membunuhnya.

Langkah kaki Kwon Soonyoung semakin cepat, menghiraukan semua orang yang ada disana. Sampai ia terhenti di depan sebuah ruangan, ia tidak tahu ruangan apa itu namun tangannya malah membuka kenop pintu dan pintu pun terbuka.

Tanpa meminta izin terlebih dahulu, ia masuk dan melihat seseorang yang sedang duduk membelakanginya. Soonyoung ingin pergi dipikirannya mungkin Jihoon tidak berada disini tetapi kakinya tanpa sadar membawanya kedepan seseorang tersebut. Dengan lancang ia menepuk pelan pundaknya.

Merasa ada seseorang menepuk pelan pundaknya, pemuda tersebut melepaskan earphonenya dan menatap Soonyoung.

"Ya? Ada apa?"

DEG

Tubuh Soonyoung tiba-tiba menjadi kaku, sangat kaku. Dia belum pernah merasakan ini sebelumnya, bahkan pada semua musuh-musuh yang sudah ia taklukkan. Tubuhnya serasa menjadi jeli karena hanya melihat seseorang yang ada dihadapannya sekarang. Bermata sipit sama sepertinya, berwajah bulat, kulit putih bersih, bibir tipis berwarna merah muda dan jangan lupa ia bertubuh mungil, seakan Soonyoung ingin memeluk tubuhnya itu.

"Kau siapa? Ada perlu apa kemari?"

"Apa kau Lee Jihoon?"

TBC

Love me or Kill me © 2016 Dubiguwae

Author's Note :

Haee gimana FF debut kami? Suka? Atau malah membosankan? wkwk. Maklumi dubigu ya hahaha. Tolong kasih review ya kalo udah selesai baca ff nya~ follow dan love juga boleh hehe biar kami tau pendapat kalian tentang FF ini hehehe. Next or No? Salam dubiguwae~