.

.

When one love just not enough for you..

Do you wanna try to renew your heart?

.

.

"Aku adalah ketakutanmu..."

"Aku adalah mimpimu..."

"Aku adalah bayangamu..."

.

.

Don't hold me if you have a bad dream...

Don't tell me if you've got a bad day...

.

.

Never be the ONE for you...

It is not just me on you

.

.

.

Author : rainy hearT

Length : Series

Rated : T to M

Cast :

-Kim Mingyu

-Jeon Wonwoo

-Hong Jisoo

- Choi Seungcheol

-Lee Jihoon

- Other SVT members

Pairing : Mean MEANIE

Disclaimer : Semua cast belongs to God and themselves. Pledis CUMAN pinjem mereka sebentar

Genre : ||Drama || Romance|| Sad || Slice Of Life

Warning : || YAOI || Gaje || typo's || EYD tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia||

Sumarry: I saw you from the beginning. My heart STOP at that second when I see you smile... NOT FOR ME

.

.

Another PRESENT From Me

.

~Cheat on ME~

.

.

HAPPY READING

.

.

Chapter 1 : HE LOVES ME, HE LOVES ME NOT

.

.

"Menungguku?"

Wonwoo mengangguk. "Aku pulang cepat, Ming. Aku ingin bertemu denganmu."

Mingyu tersenyum kecil dan kemudian merengkuh bahu Wonwoo. Berjalan bersama menikmati jalanan sepi di sekitar tempat kerja Mingyu.

Menjadi seorang model mengharuskan Mingyu memilih lingkungan hidup yang sepi agar ia tak diganggu oleh sasaeng fans. Terlebih saat kekasihnya berniat menjemputnya seperti saat ini. Wonwoo selalu tak suka memakai kendaraan pribadi. Ia lebih senang jika berjalan kaki menyusuri kota dan bergandengan tangan.

Seperti anak kecil. Katakan saja begitu.

Wonwoo itu manja. Mingyu sangat memahaminya.

Maka saat Wonwoo memilih berhenti dan melepaskan genggaman tangan Mingyu saat melihat sebuah kedai penjual Ice cream yang baru buka, Mingyu tahu ini akan jadi masalah.

Wonwoo tak masalah dengan para fans Mingyu, tapi Wonwoo tak pernah tahu bagaimana takutnya Mingyu saat sasaeng fans yang seperti orang tak waras mulai mengincar Wonwoo.

"Ayo Gyu... aku mau itu."

Itu suara Wonwoo yang melambaikan tangannya saat ditengah jalanan sepi menunggu Mingyu menghampirinya.

"Arra..."

.

.

.

Kali ini Wonwoo lagi – lagi menunggu Mingyu. Tempat pengambilan gambar kali ini adalah perpustakaan tua di pertengahan kota. Tempat yang sangat sejuk bagi Wonwoo. Ia seorang editor. Maka buku adalah sahabat sejatinya.

Tapi untuk saat ini, ia sedikit terganggu.

Ia menoleh ke arah luar gedung. Sangat kasihan pada kekasihnya. "Sudah hitam, masih saja diminta berpanas – panasan." Itu suara batin Wonwoo saat ia melihat Mingyu terjemur di bawah matahari.

.

"Kirei..."

Jujur Wonwoo terpesona juga dengan senyuman namjanya, meski dari kejauhan. Wajah namja tampannya memang tak pernah hilang dari pandangannya.

.

.

.

"Yeppeuda..."

Wonwoo mengangkat wajahnya saat mendengar suara yang asing baginya. Ia melihat wajah orang yang tengah tersenyum dihadapanya. Ia kemudian menoleh kesana kemari untuk memastikan bahwa perkataan namja yang masih saja tersenyum dihadapannya ini bukanlah untuknya. Tapi nyatanya...

"Neo... neoumu yeppeuda..."

Wonwoo kemudian menutupi wajahnya dengan buku. Malas.

"Toh dia tak setampan Mingyu." Ini suara hati Wonwoo. "Tapi senyumannya..."

Oke ... Fix...

Wonwoo penasaran dan kemudian dia menurunkan bukunya. Namja itu sudah tidak ada disana. Tidak ada di hadapannya. "Hah... syukurlah, sudah pergi."

"Siapa yang pergi?"

Mingyu kembali dari sesi foto yang katanya terakhir itu.

"Molla. Aku tidak kenal."

"Sasaeng fans?"

"Mana mungkin baby Gyu-ie..." Wonwoo menyimpan kacamata bacanya. "Kita di perpustakaan, bukan di pusat perbelanjaan. Lagian sasaeng fans bukannya kebanyakan wanita yang wajahnya menyeramkan?"

Wonwoo tersenyum kecil hingga hidungnya berkerut lucu. "Lagipula tadi dia namja, dan senyumannya seperti malaikat."

Mingyu menatap tak senang.

"Hyung..."

"Hmmm..."

"Jangan katakan kau mulai tertarik melihat yang lain."

Wonwoo tak menyahut. Hanya mencubit gemas pipi Mingyu dan mencium bibirnya. Sebentar. Hanya menempel saja. Kemudian ia meraih tangan Mingyu.

"Jangan berfikiran aneh Gyu. Bukankah aku yang harusnya cemburu."

Menarik namja itu keluar dari perpustakaan. "Gyu-ie... aku ingin memasak. Ayo memasak di tempatku."

Mingyu dengan senang hati akan melakukan itu. Ia selalu suka dengan suasana apartemen Wonwoo. Sangat luas dan bersih. Putih dan hitam adalah warna yang dominan di sana. Berbeda sekali dengan ruangan Mingyu.

"Kau tahu, aku suka kamarmu Hyung."

"Aku tahu."

Wonwoo tersenyum kecil dan kemudian ia berlari menuju salah satu mobil yang ada di area parkir. "Aku yang bawa ya, Gyu."

"Asal jangan terlalu pelan, hyung."

"Ne..."

Mingyu tahu, Wonwoo tak suka kendaraan pribadi. Tapi sekalinya menyetir, namja itu bisa berlama – lama di mobil. Wonwoo suka melihat jalanan. Makanya ia tak suka naik kereta. "Kita akan belanja dulu Gyu. Dirumah tidak ada apa- apa."

"Tapi hyung..."

"Kita hanya di lantai B1, Gyu. Paling juga kebanyakan ibu- ibu."

"Baiklah..."

Kalau sudah begini Mingyu bisa apa.

"Ingatkan aku kalau aku mencintaimu hyung. Sangat mencintaimu."

Wonwoo tersenyum kecil. "Tenang saja Gyu. Aku sudah menyiapkan syal dan juga kacamata hitam. Kalau perlu ada jaket berbulu milik Bohyuk di belakang."

"Demi apa hyung, ini musim panas."

Mereka kemudian tertawa.

Mingyu tahu, Wonwoo sedikit gila. Ia sangat tahu, ia kekasihnya.

.

.

.

Mingyu tidak tenang. Sama sekali ia tak bisa menghilangkannya. Kekhawatiran yang terbesar dalam hidupnya.

Ia mulai mengingat betapa berat perjuangannya menaklukkan editor yang cute dan jutek dan juga tsundere dalam satu paket bernama Jeon Wonwoo. Terlebih namja yang lebih tua darinya itu terlalu dewasa, lebih dewasa dari Mingyu. Sudah pasti.

Dan juga bukan GAY.

Bagaimana bisa dia mempertahankan hubungan mereka, jika Wonwoo sangat memikat?

Seperti saat ini. Wonwoo asyik bercerita tentang buku baru yang akan diterbitkan. Dia sangat semangat karena buku itu adalah biografi dari seseorang yang sangat dikaguminya. Ayahnya sendiri, yang juga sang pemilik perusahan tempat Wonwoo bekerja.

"Kau tahu Mingyu, Ayah bla... bla... bla..."

Mingyu mendengarkan. Itu tugas telinganya. Sedangkan bibirnya bertugas untuk tersenyum tiap kali melihat dan mendengar tawa Wonwoo. Tapi kedua mata Mingyu, selalu mengawasi sekitar Wonwoo. Bukan... yang dilihatnya bukan Wonwoo...

Tapi mata – mata jahat. Anggap saja Mingyu menilai mereka jahat. Terlebih tatapan jahat seorang bartender dengan anting salib berwarna hitam di telinga kirinya. Bukannya Mingyu terlalu berlebihan tapi ia perlu waspada.

Namja itu memperhatikan Wonwoo tanpa mengacaukan koktail yang sedang ia buat. Hebat sekali. Bahkan namja itu seperti lupa bagaimana cara berkedip saat melihat Wonwoo. Dan Mingyu sangat membenci itu.

"Hey... Ming..."

"Ah... ne Hyung..."

"Kau tak mendengarkanku Mingyu, kau melihat apa?"

"Ahni. Aku hanya berusaha membuang hawa jahat yang sedang mengitari kita hyung. Ah... minuman kita sudah habis. Pulang saja yah..."

"Arra." Wonwoo mengangguk lucu dan kemudian membenarkan mantelnya. "Tapi beli burger dulu yah. Aku tak kenyang hanya minum ini Gyu-ie..."

"Nde baby."

Seakan posesif dan menunjukkan bahwa Wonwoo adalah miliknya. Mingyu merengkuh bahu Wonwoo dan mencium ujung kepala namja itu. Menghirup wangi rambut namja dipelukannya itu.

"Mingyu... ish. Ini tempat umum tahu."

Mingyu tersenyum. Ah, tidak. Tepatnya menyeringai. Pada namja bartender tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang ini.

.

.

"Yah! Cheol-ah! Berhenti melihat namja itu. Kau membuat mereka pulang cepat. Namja itu model terkenal tahu. Kita bisa meningkatkan pengunjung karena pasti akan banyak fans-nya kesini saat tahu dia sering main kesini dan bla... bla... bla..."

Ya... dia Choi Seungcheol. Bartender ganteng yang tertarik sama miliknya Mingyu.

.

"Aku sepertinya kenal bartender tadi Gyu."

"Memang siapa dia?"

"Sepertinya dia tinggal di flat yang sama denganku."

Mingyu menghentikan langkahnya. Ia menoleh melihat ke arah Wonwoo.

"Wae Gyu-ie..."

"Kupikir ada baiknya jika kita mulai memikirkan tinggal untuk bersama. "

Wonwoo hanya tersenyum dan mengeratkan pelukannya pada pinggang Mingyu. "Ada apa denganmu? Kenapa tiba – tiba begini?"

"Wae? Kau tak mau hyung? Kita pacaran lama sekali. Apa kau tak ada keinginan untuk tinggal bersama?"

Wonwoo lagi – lagi hanya tersenyum.

"Kurasa ini belum waktunya Gyu-ie. Lagian aku malas kalau sedang banyak pekerjaan, kau bisa mengangguku terus. Waktu kita bersama juga tak banyak Gyu. Kau sibuk dengan pekerjaanmu, dan aku kalau sudah dikejar deadline pasti tak sempat pulang."

"Bagaimana jika kau berhenti menjadi editor hyung?"

Wonwoo menghentikan langkahnya.

"Kau mau membunuhku? Atau membunuh ayahku, Baby Gyu?"

Mingyu ingat benar jika editor adalah pekerjaan sambungan untuk menggantikan Tuan Jeon nantinya. Tapi jika Mingyu terus saja merasa khawatir, maka apapun itu tak akan Mingyu izinkan.

"Bagaimana kalau kita menikah?"

"Mingyu?"

Dahi Wonwoo berkerut. Ia mendekatkan wajahnya pada Mingyu dan kemudian mengusap pipi namja itu.

"Aku tak tahu harus bahagia atau bagaimana. Tapi Gyu, kumohon pikirkanlah kembali baik-baik. Aku tak mau kau menyesal memilihku."

"Tapi hyung, aku mencintaimu. Kita saling mencintai. Sudah sangat lama hyung. 7 tahun bukan waktu yang singkat, dan aku sangat yakin denganmu."

Wonwoo mengusap bibir Mingyu, membuat namja tinggi itu diam.

"Baby Gyu-ie, menikah tak segampang apa yang kita impikan." Wonwoo tersenyum kecil. "Lagipula, kau sangat tak romantis." Wonwoo memukul pelan dada Mingyu. "Menyebalkan sekali."

.

.

.

.

Tbc...

.

.

.

Gimana? Dapet feelnya ga ini y