Disclaimer : Naruto selalu milik Masashi Kishimoto

Possesif

.

.

.

Prologue

Naru memandangi dirinya di cermin dengan perasaan bangga. Sambil memoleskan lipgloss pink di bibirnya dia tersenyum manis.

"Ahh..Naru.. kamu sungguh cantik."

Naru memuji dirinya sendiri. Siapa yang tidak kenal Naruko Uzumaki. Anak pendiri KHS (Konoha High School), SMU yang terkenal dengan murid-muridnya yang elit. Dia sudah terlihat cantik di umurnya yang menginjak 16 tahun, dadanya mulai montok, seksi menonjol dengan bulatan yang sempurna, pahanya mulus, rambut piranngnya yang di kuncir dua mengkilap terkena sinar matahari. Dirinya sengaja memakai rok lebih pendek dari standar sekolah. Toh tidak akan ada yang melarangnya. Sebagai anak pemilik sekolah, Naru bebas melakukan apapun terhadap seragamnya.

Hidup Naru sempurna, sangat sempurna. Cantik dan kaya raya, impian semua gadis seumurannya. Ayahnya Namikaze Minato, selain mendirikan sekolah, juga mendirikan rumah sakit di Konoha. Sekarang pun Ayah Naru sedang mengurus sahamnya yang di tanam di salah satu perusahaan tambang nikel di Eropa. Ibunya Uzumaki Kushina selalu setia mengikuti suaminya kemanapun dia pergi. Sehingga Naru bebas menggunakan fasilitas yang ada dalam rumahnya.

Sebenarnya Ayah Naru ingin agar anaknya itu meneruskan usaha ayahnya. Untuk itulah dari kecil Minato selalu memaksa Naru untuk meningkatkan prestasinya di sekolah. Sayangnya Naru ternyata tidak mewarisi kepintaran ayahnya. Hampir setiap hari Naru tidak pernah mengikuti pelajaran, kerjanya hanya belanja, ke salon, spa dan bersenang-senang. Hingga akhirnya Minato melihat Sasuke Uchiha.

.

Sasuke Uchiha adalah anak kedua Fugaku Uchiha, dia kepala Rumah Sakit yang didirikan Minato. Sama halnya seperti ayahnya, Sasuke mewarisi kepintarannya. Sikapnya sopan tak tercela ditambah dengan wajahnya yang bersih dan tampan. Ditambah lagi Sasuke terpilih menjadi Ketua Osis SMU Konoha. Prestasinya segudang, mulai dari terpilih sebagai pemain inti basket hingga memenangkan setiap perlombaan antar sekolah. Maka dengan segera Minato menjodohkan Sasuke dengan Naruko.

Kedua keluarga itu pun melangsungkan pesta pertunangan di ulang tahun Naruko yang ke 16. Tampaknya Naru terlihat menyukai Sasuke, dan prestasinya di sekolah membaik. Minato tahu, jika nanti putri kesayangannya itu bisa menggantikan tempatnya dengan didampingi Sasuke sebagai suaminya kelak.

.

.

Naru sekali lagi memandang puas dirinya di cermin. Dia mencium fotonya dengan Sasuke yang dipajang di atas meja belajarnya. Memakai sedikit parfum aroma citrus, mengambil tasnya dan melangkah keluar kamarnya.

Diliriknya roti tawar yang tersedia di atas meja ketika Naru sampai ke ruang makan.

"Pak Supir, siapkan mobil! Aku mau pakai CRV putih." Teriak Naru sambil menghabiskan potongan terakhir rotinya. Diminum habis susunya dan melangkah ke luar rumah.

"Tidak usah siapkan makan siang, aku makan di luar." Lanjut Naru lagi disambut anggukan sopan dari pelayan rumahnya.

.

.

.

Sekolah Konoha

Naru berangkat ke sekolah menggunakan mobil CRV-nya, diantar oleh supir keluarganya. Biasanya dia akan berangkat dengan Ayahnya, sayang sekali Ayahnya sedang ada urusan ke luar negeri sehingga Naru menggunakan supir pribadi untuk sementara.

Naru turun dengan anggun ketika mobilnya memasuki area, dirinya berjalan menuju kelasnya. Dengan sedikit angkuh Naru berjalan memasuki lorong kelasnya. Dagunya tegak ketika semua mata memandangnya. Naru mengibaskan rambutnya dengan gaya.

Murid-murid biasa seperti kalian memang pantasnya memandang iri padaku. Kalian pasti ingin memakai barang-barang mahal sepertiku, haha…. Jangan mimpi ya.

Naru sedikit mencibir ketika melewati sekumpulan anak kelas 1 yang langsung menghindar ketika dirinya lewat. Dia sudah terbiasa dengan pandangan kagum atas dirinya. Selama hidupnya Naru memang tidak asing dengan barang-barang mewah yang menempel di kulitnya.

Beginilah cewek populer harus terbiasa dengan pandangan kagum dari orang biasa. Dia kembali menegakkan kepalanya, berjalan memasuki kelasnya.

"Kau terlambat datang, harusnya pagi sekali kau harus datang untuk piket kebersihan kelas. Giliranmu mengganti bunga di meja guru dan menyiram tanaman."

Sakura, Ketua kelas 2 IPA-6, yaitu kelas Naru memandangnya dengan tatapan dingin.

Naru menghela napas bosan.

Gadis ini betul-betul merusak pagi hari ku yang sempurna.Aneh… rambut pink ini selalu cari masalah dengannya. Sudah tau aku ini putri pemilik sekolah ini. Buat apa repot-repot melakukan pekerjaan murid biasa. Dia menggerutu dalam hati

"Sakura saying, Kamu tahu ga sih, kuku-ku ini baru aku pasang. Lihat…" Naru memamerkan kuku palsu-nya yang di hias permata berkilau. "Kalau aku melakukan tugasmu, apa tadi ya? Ohh menyiram tanaman aduh kuku-ku bisa patah. Kamu tau sendiri, ayahku ga suka aku lecet sedikitpun. Lagipula buat apa aku piket? Yang bayar sekolah ini ayahku. Harusnya kamu berterima kasih sudah bisa masuk di sekolah ini!"

Naru mengibaskan rambut pirang panjangnya tepat depan wajah Sakura yang memerah menahan marah.

Hihihi… Temari dan Ten ten menertawakan Sakura yang hanya bisa diam menahan emosinya. Naru yang merasa menang duduk di tempat duduknya dan asyik memamerkan kuku palsunya di hadapan Temari dan Ten ten.

"Gadis itu sombong sekali. Mentang-mentang anak orang kaya, anak ketua dewan sekolah ini..dia menyangka bisa bertindak seenaknya." Ino berdiri di samping sakura, melihat sinis ke arah Naru.

"Tunggu saja Ino, tidak lama lagi dia akan malu sendiri. Aku memegang kartu matinya di tanganku." Sakura berkata pelan sambil menunjukkan selembar kertas yang sedari tadi di gulungnya.

.

.

.

Teng… Tong…Teng..Tonk….Teng..Teng…Teng….Tong..

Bel istirahat kelas 2 IPA-6 berbunyi, Naru dengan cepat merapikan bukunya. Pelajaran matematika tadi membuat kepalanya pusing. Dia memang tidak suka matematika, sebenarnya bukan hanya matematika, tapi semua pelajaran yang berhubungan dengan angka. Bel istirahat adalah satu-satunya yang di sukai Naru ketika di sekolah.

Dengan semangat dia langsung menghampiri kedua sahabatnya Temari dan Tenten. Mereka berdua adalah sahabat Naru sejak kecil. Keluarga tenten adalah pemilik Restoran cina bintang lima sedangkan keluarga Temari adalah pemilik salah satu perusahaan elektronik terbesar di Konoha.

"Temari, pulang sekolah nanti kita mampir ke Mall yuk, aku ingin membeli sepatu high heels yang baru." Ajak Naru sambil berjalan keluar kelas.

"Boleh, kebetulan aku ingin membeli tas Channel warna Gold. Aku baru lihat di Majalah. Keren banget deh desainnya." Balas Temari sambil memperlihatkan foto tas Channel di Blackberry nya.

Selanjutnya pembicaraan mereka pun beralih ke merk tas apa lagi yang akan mereka beli untuk menambah koleksi, ataupun warna sepatu apa yang sesuai dengan tas yang mereka beli.

"DarIpada ngomongin tas, sebaiknya kita menuju ke papan pengunguman. Sepertinya hasil ujian Try Out sudah keluar." Potong Ten ten sambil mengajak mereka berdua melihat papan pengunguman.

Try out? Naru memiringkan kepalanya bingung.

Hah? Jangan-jangan try out yang kemarin itu. Ahh…Gawat!

Naru panik dan langsung berlari menuju papan pengunguman.

.

.

.

"Minggir… Minggir!"

Naru berkata ketus menyingkirkan orang yang menghalanginya. Murid-murid yang berada di sekitar tempat pengunguman langsung minggir. Tidak ingin mencari masalah dengannya. Naru melihat namanya di Papan Pengunguman.

Hasil Ujian Try out Matematika kelas 2 IPA 6. Urutan ke 25 dari 30. Ahhh Memalukan. Ujian try out Matematika malah dapat nilai 20.

"Ya ampun Naru, rendah sekali nilaimu. Masa urutan ke 25?" Ledek Sakura sambil mengelus kepala Naru.

Naru memajukan bibirnya dengan cemberut dan menepis cepat tangan sakura.

"Apa maumu?!" Naru berkata ketus, tapi matanya masih sempat melirik nama urutan pertama di kelasnya. Sakura Haruno, nilai tertinggi. Hatinya jadi kecut seketika.

"Sayang sekali Naru, hasil Try out-mu sangat sangat buruk. Ck ck ck…. Apa kata ayahmu nanti kalau dia pulang dari luar negeri. Ayahmu pasti akan kaget jika dia tahu ternyata putri yang dia banggakan nilainya sama sekali jauh dari harapannya."

Naru mengepalkan tangan geram. Dalam hatinya mulai dilanda kecemasan. Yah…diantara seluruh mata pelajaran, hanya pelajaran berhitung saja yang dia lemah. Fisika, Kimia dan terutama Matematika hampir membuatnya gila. Tahun lalu dia bisa naik kelas karena Sasuke memberinya kunci jawaban. Tapi sekarang? Dia hanya bisa menelan ludah. Sasuke tidak ada di sini, Sasuke sedang ikut perlombaan matematika minggu lalu. Dan sewaktu ujian try out minggu lalu, dia tidak bisa meminta bantuan Sasuke karena bertepatan dengan hari keberangkatan Sasuke mengikuti pertandingan.

"Gadis sombong, terimalah kekalahanmu, sekarang ayahmu akan tahu sebenarya siapa dirimu. Ha ha.. kasihan sekali" Sakura tertawa di ikuti Ino yang memandangnya dengan senyum kemenangan.

Grr… Naru malu setengah mati, tangannya segera merobek kertas pengunguman dan berlari menuju ruang osis.

"Tidak usah capek2 merobeknya! Kertasnya sudah ku copy sebanyak mungkin. Hahaha"

Ino dan Sakura berteriak puas di belakang Naru yang mempercepat larinya.

.

.

.

Ruang Osis

Brakk..!

Naru membanting pintu ruangan. Sasuke yang sibuk membuat persiapan acara kebudayaan sekolah jadi kaget melihat Naru yang masuk dengan wajah merah.

"Sakura itu! Ahh! Aku benci sekali gadis itu! Dia sangat menyebalkan! Dia mempermalukanku, memasang kertas pengunguman ujian! Sudah tau nilai ku rendah tapi dia malah memasang pengunguman ini!"

Sasuke memandang Naru, menghentikan kegiatannya depan laptop.

"Tidak usah panik begitu, itu hanya ujian try out. Semacam ujian percobaan, Kamu bisa beralasan sakit, dan ayahmu pasti mengerti."

"Tapi, tidak semudah itu! Minggu depan ujian Try out Fisika, lalu lusanya Kimia dan—dan bulan depannya UAS! Ahh, kau sama sekali tidak membantuku." Rengek Naru.

Sasuke memandang kesal ke Naru, sebenarnya dia sudah bosan dengan tingkah kekasihnya yang selalu manja dan egois. Sasuke bahkan harus bertanya kepada dirinya sendiri, kenapa dia bisa berpacaran dengan cewek di depannya ini.

"Naru, ini, ambil..." Sasuke menyodorkan tiga buku kepada Naru.

Naru mendengus kesal, tangannya memegang buku pelajaran yang tampak tebal itu dengan ekspresi jijik.

"Tidak usah pasang tampang begitu, sekali-kali belajarlah sendiri. Tahun lalu aku masih bisa membantumu. Tapi sekarang aku sudah menjadi ketua osis, penerima beasiswa, aku tidak mungkin bisa memberimu contekan lagi."

"Ahh! Tapi aku memang tidak tahu. Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku bisa mempelajari semua ini?" Naru mulai mengacak rambutnya

Pfft…. Sasuke menahan tawanya. Naru memang terlihat lucu dan menggemaskan kalau sudah bingung.

"Baiklah aku akan coba membantumu. Sepulang sekolah nanti datanglah ke ruang OSIS, akan kuajari pelajaran yang kamu tidak tahu."

"Tapi bagaimana dengan belanja di Mall bersama Temari dan Tenten?"

"Batalkan! Apa kamu lebih memilih temanmu darIpada pacarmu?" Sasuke mulai menggoda Naru dengan mencubit pipinya.

Naru tersenyum senang sambil memeluk Sasuke dengan erat. Perlahan mencium pipi sasuke lembut dan beralih menuju bibir sasuke, tapi sasuke menghindar halus.

"Sekarang sedang di sekolah. Jangan buat yang aneh-aneh"

"Tapi tahun lalu kau biasa menciumku di kelas." Protes Naru, menghempaskan pantatnya di kursi dengan kesal.

Sasuke mengangkat bahu, tahun lalu memang awal pertama dia berpacaran dengan Naru. Sedikit ciuman mungkin bisa menghentikan rajukannya, pikr Sasuke sambil mengelus rambut Naru dan menciumnya perlahan di bibir. Naru tersenyum kecil.

.

.

.

Teng… Tong…Teng..Tonk….Teng..Teng…Teng….Tong..

Bel masuk berbunyi, Naru segera masuk ke kelas diikuti Tenten dan Temari di belakangnya. Gara-gara kejadian tadi siang Naru tidak sempat makan. Naru Membuka buku catatan Sejarahnya dengan malas. Ekor matanya mengikuti guru Kakashi yang baru masuk ke kelas.

"Anak-anak, buka halaman 23. Baca teliti setelah itu kerjakan soal latihan 20 nomor di bawahnya."

Naru membuka LKS nya dengan malas, Perang Pertama Negara Konoha.

Bahh..seandainya kepalaku tidak pusing dengan UAS nanti aku pasti bisa konsentrasi baca essai ini.

Naru menggerutu pelan, matanya memandang ke arah luar jendelanya yang menghadap ke samping gedung Lab Fisika. Pikirannya melayang-layang ke hasil ujian try outnya yang mendapat nilai 20. Angka 20 mulai menari-nari di kepalanya. Aishh..!

Naru mengalihkan pandangannya ke luar kelas, dilihatnya lab Fisika yang lenggang di samping gedung kelasnya. Sepi, sepertinya tidak ada orang, Apa hari ini tidak ada anak IPA yang praktek? Mata Naru melihat ke arah jendela Lab Fisika.

"Eh? masih ada orang."

Naru memiringkan kepalanya, dikerutkannya keningya mencoba konsentrasi melihat sosok laki-laki yang sedang mengerjakan sesuatu di Lab.

Dia memakai seragam siswa Konoha, apa salah satu murid juga?

Naru membatin penasaran, mata Naru kini sepenuhnya teralihkan ke Gedung Lab Fisika di samping kelasnya. Perlahan Naru kini bisa melihat jelas siswa yang diperhatikannya keluar gedung dengan membawa plastik sampah.

Rambut merah? Aku baru pertama kali lihat. Buang sampah ya? Huh… ternyata hanya assisten Lab Fisika. Buat apa dia melakukan tugas memalukan sebagai asisten Lab? Paling kerjanya hanya membersihkan Lab doank. Kenapa tidak ikut klub olahraga yang lebih keren saja? Atau masuk anggota Osis di sekolah, kenapa harus jadi asisten Lab? Wajahnya seperti ku kenal, apa pernah bertemu sebelumnya ya?

Naru kini asyik berbicara dalam hati sambil terus melihat Pemuda berambut merah dari seberang kelasnya. Tidak di dengarnya lagi penjelasan guru Kakashi di depannya.

DEG!

Naru kaget, pemuda itu tiba-tiba menoleh kepadanya.

A—apa? Apa dia melihatku sekarang?

Naru masih diam terpaku, tapi matanya tak lepas memandangi lelaki berambut merah tersebut.

PLETAK!

"Aww!"

Naru memegang kepalanya dengan kaget. Dipandangnya kapur yang jatuh ke mejanya.

"Naru! Kamu kenapa tidak memperhatikan gurumu menjelaskan?!"

Naru terkejut melihat wajah seram guru Kakashi di hadapannya.

Ihh sial sekali… Kenapa bisa kedapatan guru Kakashi.

"Kau melamun di kelas sementara temanmu yang lain sibuk mengerjakan soal? Apa Yang kau lamunkan Naru?" Guru Kakashi menatap Naru galak, hati Naru menciut seketika.

Naru memang boleh sombong. Tapi tidak dengan guru Kakashi yang galak, Naru bergidik jika nanti dia akan di suruh lari keliling lapangan. Pasti malunya minta ampun.

"Bu-bukan, aku sama sekali tidak melamun. Tadi aku hanya melihat Lab Fisika di sebelah mhh−Lab Fisika−tanpa sengaja err—"

Naru kehabisan alasan, masa dia harus bilang dari tadi memperhatikan si rambut merah yang baru keluar dari Lab Fisika.

"Carilah alasan yang bagus sedikit Naru. Jika kau sebegitu sukanya dengan Lab Fisika tersebut kebetulan besok pagi kita praktek Fisika, tugasmu siapkan alat-alat yang akan digunakan untuk kelas kita, pisahkan dalam rak khusus 2 IPA-6. Biasanya ketua kelas yang mengerjakan ini, tapi karena kau melamun di kelasku maka sekarang itu jadi tugasmu! Asisten Lab akan melaporkan kepada ku kalau kau berani tidak mengerjakannya!"

Naru memandang bengong mendengar ancaman guru Kakashi, terdengar teriakan Huuuu... riuh dari teman-teman sekelasnya. Wajah Naruko merah menahan malu, dan telinganya berubah gatal ketika mendengar Sakura dan Ino lebih keras menyorakinya.

.

.

.

Lab Fisika

Gaara sibuk melap tabung dan gelas kaca dihadapannya. Catatan tentang tugas prakteknya berserakan di atas meja. Gaara anak kelas 2 IPA-1, bekerja sambilan sebagai asistan Lab sekolah. Pekerjaan ini membuatnya selalu pulang menjelang malam. Tapi itu sepadan dengan gaji yang diberikan Guru Orochimaru padanya. Dirinya membantu penelitian guru Orochimaru dan guru Anko. Terkadang harus ke Lab biologi membelah katak, ikan, burung hingga ular dan mengawetkan binatang tersebut dalam tabung.

Pandangannya beralih ke gedung sebelah Lab Fisika. Melihat anak perempuan berambut pirang sedang sibuk menulis di kelasnya. Naruko Uzumaki, Gaara sudah lama mengenalnya sejak pertama kali menjadi murid pindahan di Konoha akhir semester lalu. Sayangnya mereka tidak pernah satu kelas. Wajar saja, Gaara baru pindah ke SMU Konoha ini pertengahan semester lalu, berkat catatan prestasinya semasa SMP, dia di tempatkan di kelas 2 IPA-2.

Sepanjang hari itu Gaara masih sibuk mencatat rumus fisika. Tetapi kesibukannya terhenti ketika matanya tertumbuk pada sepasang kaki jenjang yang masuk ke dalam ruangan Lab Fisika. Mata Gaara perlahan naik ke atas dan melihat paha mulus si pemilik kini berdiri hadapannya.

Apa roknya tidak kependekan? Gaara bertanya dalam hati.

Matanya memandang semakin ke atas dan melihat papan nama di seragam anak perempuan tersebut. Uzumaki Naruko, Gaara tersenyum samar melihat pemilik wajah cantik di depannya, rupanya anak Ketua Dewan Sekolah yang datang.

Gaara kembali mengingat-ingat pertama kali melihat Naru di SMA ini. Sewaktu Gaara masih menjadi murid pindahan di semester itu. Saat itu jam Istirahat sudah hampir berakhir, Gaara sedang bersiap membayar makanannya. Entah Gaara lagi sial atau bagaimana, kantong celananya bolong. Uangnya jatuh dan dia bingung harus membayar dengan apa makanan yang sudah terlanjur dia makan.

Bibi kantin Smu Konoha memang terkenal galak, dari raut mukanya dia sudah hampir memarahi Gaara dengan suara keras.

"Biar aku yang bayar."

Gaara sempat terpana ketika menoleh ke belakang dan melihat Naru sudah berdiri di sampingnya sambil membayar semua makanan Gaara. Gaara belum sempat berterima kasih tapi Naru sudah keburu pergi. Sejak saat itu Gaara selalu diam-diam memperhatikan Naruko. Diam-diam… dari waktu ke waktu… hari demi hari…

Bukan suatu kebetulan jika Gaara lebih memilih mengerjakan proyek yang diberikan guru Orochimaru padanya di Lab. Fisika. Padahal dia bisa mengerjakannya di ruangan Guru Orochimaru yang lebih nyaman. Tentu saja alasan utamanya adalah karena gedung Lab Fisika tepat bersampingan dengan kelas Naru. Dia bisa leluasa memperhatikan Naru dari tempatnya bekerja.

Dan sekarang, Hati Gaara berdetak cepat, tidak menyangka Naru mendatanginya.

"Namamu Sabaku Gaara ya?" Tanya Naru sambil memajukan wajahnya dekat papan nama Gaara yang tertulis di seragamnya. Tercium bau sitrus dari badan Naru. Hmm… Gaara menghirup pelan aroma tersebut.

"Aku ditugaskan guru kakashi untuk mengatur keperluan pratek Fisika besok di kelasku, kau tahu sendiri guru kakashi itu bagaimana kejamny —"

Gaara tidak mendengar lagi ucapan Naru, matanya tertuju pada bibir dengan lipgloss pink, tampak basah di bibir Naru yang kini duduk di atas meja praktek Gaara, dia menyilangkan kakinya tepat di hadapan Gaara, paha mulusnya makin jelas terlihat.

"Aku sebenarnya harus ke ruang Osis pulang sekolah, menemui Sasuke tentu saja. Tapi aku harus mengatur bahan yang akan dipraktekan besok, ini tugas dari guru Kakashi. Ihh menyebalkan sekali—." Naru masih sibuk berbicara sambil melihat kuku palsunya yang gemerlapan.

"Tapi mau bagaimana lagi, kalau aku tidak mengerjakan, kau pasti akan melaporkan ku dengan guru Kakashi. iya kan? Dan jika itu terjadi hukumanku bisa bertambah berat, iya kan? Ng—? Hei Gaara! Kau tidak mendengarkanku ya?! " Tegur Naru galak sambil mengerucutkan bibirnya. Mulai sadar dari tadi dia berbicara sendiri.

Gaara tersenyum melihat Naru.

"Rak untuk 2 IPA-6 di ujung sana. Aku bisa membantumu mengatur peralatan praktikum buat besok."

Dengan sedikit enggan Gaara berjalan menuju rak di ujung Lab. Sebenarnya dia masih ingin melihat wajah Naru secara dekat. Tapi jika lama-lama-lama berada dengannya sedekat itu Gaara tidak bisa menjamin untuk tidak memeluknya erat.

Dengan cekatan Gaara memisahkan bahan yang akan dipraktikan. Naru berdiri di belakang Gaara memegang tabung elemenyer, penyambung rel, kabel penghubung dan berbagai macal alat praktikum yang Naru sudah tidak hafal lagi apa namanya.

"Hati-hati pecah." Gaara mengingatkan.

"Beres kok, tinggal ditaruh di rak bawah setelah itu selesai." Naru menjawab ringan.

Tubuhnya ikut menunduk menaruh tabung kaca, pemegang kotak cahaya, dan semua alat keperluan praktikum Fisika besok di rak bagian bawah dan tanpa sengaja memperlihatkan celana dalamnya tepat depan Gaara.

Deg !.

DEG!

Gaara kini jelas melihat celana dalam Naru, karena roknya kependekan Gaara dengan leluasa melihat pantat Naru yang montok. Hhh… Gaara berusaha mengatur nafasnya yang naik turun. Seandainya akal sehatnya tidak jalan, ingin rasanya meremas pantat montok dihadapannya, menamparnya hingga Naru mendesah dan menjerit menyebut namanya.

Hhh… Naru… bagaimana suara desahannya ya… Kejantanan Gaara mulai menegang. Sshh.. kalau begini terus bisa-bisa aku sudah memperkosanya…!

"Ka-kalau sudah cepat keluar!" Bentak Gaara dengan wajah merah. Sebisa mungkin menahan iblis dalam dirinya untuk tidak memerkosa Naru di Lab. Gadis ini bisa teriak dan akan membuat heboh satu sekolah. Tidak, aku tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu, setidaknya−belum sekarang.

"Kenapa?" Naru melihat Gaara dengan heran. "Maaf deh aku mengganggu kesibukanmu"

Naru berkata judes sambil berjalan keluar Lab.

Gaara menunduk, harusnya tadi dia tidak perlu membentaknya. Tapi Naru begitu menggoda di matanya hingga Gaara tidak ingin lama-lama melihat wajahnya. Semakin lama melihat wajah Naru, semakin ingin dia menerkamnya.

.

.

.

Naru setengah berlari menuju Ruang Osis ketika dilihatnya Sasuke sudah menunggunya di bawah pohon dekat lapangan tenis sekolah. Naru mengeluh karena jarak antara kelas Sasuke dan kelasnya lumayan jauh, kelas Naru di ujung timur gedung sekolah dan kelas Sasuke di ujung baratnya. Walaupun kelas mereka masih terdapat dalam satu lantai yang sama. Tapi jarak antara kelasnya dan ruangan OSIS terletak jauh. Ruangan Osis dan klub lainyya terletak di gedung yang berlainan dan di pisahkan oleh dua Lapangan Tenis yang luas.

"Huft! Sasuke, aku kira kita belajar di ruang Osis." Naru berkata ngos-ngosan dan langsung mengambil tempat di samping Sasuke.

"Shikamaru sedang mengerjakan susunan acara di ruang OSIS, tidak enak mengganggunya." Sasuke menjawab datar

"Shikamaru wakil ketua Osis kan? Dia sainganmu kan Sasuke? Nilainya selalu sama denganmu. Fufufu…" Ledek Naru kemudian, dia tahu sekali Sasuke tidak suka dibandingkan kepintarannya dengan murid lain.

PLETAK !

Sasuke dengan cepat menjitak kepala Naru.

"Jangan ngomong macam-macam bodoh, ayo buka bukumu dan kita belajar."

"Ahh Sasuke! Sakit tauk, tapi memang aku benar kan? Dia itu sainganmu." Naru mengelus kepalanya sendiri dan mulai membuka buku pelajarannya.

"Sainganku bukan hanya shikamaru, ada satu orang lagi yang nilainya sama denganku." Gumam Sasuke.

"Siapa? Setahuku yang nilainya paling tinggi di sekolah ini hanya kamu dan Shikamaru." Tanya Naru penasaran

"Huh! Tidak usah dibahas! Ayo belajar sanah! Kerjakan soal ini! Dasar bodoh!"

"Ahh~ Sasuke kejamm! Jelaskan dulu cara ngerjainnya gimana."

.

.

Sementara itu Gaara yang telah menyelesaikan tugasnya di lab Fisika kini berjalan menuju kelasnya dan langkahnya berhenti melihat Naru yang sedang asyik berbicara dengan Sasuke. Cih… Gaara membuang pandangannya. Entah kenapa setiap melihat Naru dengan laki-laki lain hatinya menjadi sesak. Gaara segera memutar jalan agar tidak usah melihat Naru dan Sasuke. Langkahnya terhenti lagi ketika melihat papan pengunguman sekolahnya.

Naruko Uzumaki urutan ke 25 dari 30. Khu khu khu… Gaara tertawa dalam hati. Sekarang aku mengerti kenapa dia selalu butuh bantuan Sasuke. Ternyata Naru ini lemah sekali perhitungan.

Gaara mulai berpikir kenapa Naru bisa lulus naik kelas 2 IPA, padahal nilai ujian try outnya sangat rendah. Jika Tryout saja 20, bagaimana dengan nilai ujian resminya? Sekolah ini hanya menerima nilai 80 sebagai standar, bukannya 20. Gaara berpikir sebentar, dan tak sampai semenit senyuman menyeringat di bibirnya. Dia ingat, Naru dan Sasuke sekelas sewaktu kelas 1, Hmm−sekarang Gaara mengerti kenapa setiap ujian Naru selalu menempel pada Sasuke, dia mencontek Sasuke!

Gaara melihat Naru dari atas gedung kelasnya di lantai 2.

Naru... sebentar lagi kamu jadi milikku… khu khu khu…Gaara tersenyum senang. Ide licik mulai terlintas di kepalanya yang bertato AI.

Dalam waktu dekat, aku yang akan berada di dekatmu, bukan Sasuke bodoh itu! Aku menginginkanmu Naru, Aku lebih menginginkanmu setelah kau mendatangiku….dan sebentar lagi kamu jadi milikku..

.

.

.

Murid IPA-1 mulai berkumpul depan papan pengunguman. Hari ini hasil try out ujian Fisika sudah keluar.

Hasil Ujian Try out kelas 2 IPA-1

Nara Shikamaru 100/100

Sabaku Gaara 100/100

Uchiha Sasuke 100/100

Kelas masih sepi setika Sasuke sudah datang. Murid-murid yang lain masih sibuk di luar, membicarakan UAS yang akan datang sebentar lagi dan persiapan untuk ujian TryOut lusa.

"Selamat Sasuke! Dua tahun berturut-turut dengan nilai sempurna." Shikamaru yang duduk tepat di belakang Sasuke datang memberi selamat

"Tidak ada yang harus di banggakan, bukankah kita sama-sama terbaik?" Sasuke menjawab dingin sambil membuka buku pelajarannya.

Sasuke memang sangat ambisius dan perfeksionis, walaupun nilainya tetap yang terbaik di sekolah tapi dia tidak diterima namanya urutan ketiga di kelas (karena nilainya sama, guru menyusunnya namanya lewat abjad)

"Jika ditotal keseluruhan, nilaimu tetap yang tertinggi−huaaam~" Shikamaru menjawab pelan dan langsung tertidur di kelas.

Sasuke memanglah yang paling terbaik, nilai pelajaran dan nilai olahraganya sangat sempurna. Shikamaru harus rela menduduki posisi ke dua dikarenakan sifatnya yang suka tidur di kelas.

Sasuke memutar kepalanya melihat Shikamaru yang selalu tertidur setiap pelajaran dan entah kenapa nilai nya selalu terbaik setiap ujian. Sasuke jadi sangat kesal, tapi kekesalan sasuke mereda ketika melihat nilai ujian Olahraga Shikamaru yang hancur. Malas olahraga dan sukanya tiduran, biar sajalah.

Tapi sedetik kemudian wajah Sasuke berubah dingin melihat Gaara yang memasuki kelas. Gaara, murid pindahan pertengahan semester kelas dua dan langsung otomatis masuk IPA-1, Sasuke bahkan belum pernah bicara dengannya. Dia pendiam dan hampir tidak pernah terlihat berinteraksi dengan murid lain. Dari dulu sasuke sudah merasa tidak enak melihatnya, entah karena lingaran hitam dimatanya atau karena kulitnya yang pucat, bukan karena itu. Sasuke tahu semenjak hari pertama kepindahan Gaara, nilainya anak rambut merah itu selalu sempurna. Tidak ada celanya, nilainya menyamai Sasuke.

Gaara yang baru memasuki kelas IPA-1 balas menatap sasuke dengan tatapan dingin. Sama halnya Sasuke dengan dirinya, Gaara juga tidak suka pada Sasuke. Bukan karena iri dengan kepintarannya atau karena nilainya sama. Tapi karena Sasuke memiliki sesuatu yang Gaara inginkan.

"Sa….su…keeee~~~~~~!"

Gaara langsung menoleh dan melihat Naru masuk ke kelas, setengah berlari dan memeluk Sasuke dari depan. Gaara mencibirkan bibirnya, mengalihkan pandangannya, pura-pura menulis di buku catatannya. Naruko Uzumaki—Gaara menginginkan Naru. Seandainya Gaara bertemu Naru setahun lebih cepat, mungkinkah sekarang Naru yang berlari masuk ke kelas dan menyebut namanya dengan nada manja?

"Besok kelasku ujian TryOut Fisika−eng… Apa tidak bisa melakukannya seperti tahun lalu?" Tanya Naru dengan muka cemas.

Di kelas sasuke, 2 IPA-1 ujiannya diadakan tersendiri dikarenakan IPA-1 adalah kelas khusus, sedangkan kelas 2 IPA 2 hingga IPA 6 ujian diadakan bersamaan di salam satu gedung.

"Naru, kita tidak sekelas lagi, aku tidak bisa membantumu seperti dulu. Lagipula kau kan sudah ku ajari." Sasuke menjawab pelan setengah berbisik. Takut-takut jika ada yang mendengarkan. Peraturan ketat di KHS adalah siswa dilarang memberi contekan ataupun menyontek, walaupun sebenarnya tidak perlu karena Shikamaru pun sudah terlelap tidur.

"Ta−tapi aku masih tidak yakin ka−kalau bisa mengerjakan. Mungkin kau mau memberitahuku jawabanmu yang kemarin," Naru memelas, nadanya memohon.

" Tidak bisa. Cobalah berusaha dengan kemampuanmu sendiri." Kata Sasuke dingin.

"Tapi aku tidak bisa. Kau kan pacarku! Tunanganku, Harusnya kau membantuku!" Naru mulai mengeraskan suaranya.

Mau tidak mau Gaara menoleh juga kepada mereka (Shikamaru masih asyik tidur dengan nyenyak).

Grr… Sasuke mulai naik pitam. Apaan sih! Memangnya aku pembantunya apa! Dasar cewek ini…. Urat marahnya mulai muncul.

"Mulai sekarang kau kerjakan saja sendiri ujianmu! "

Sasuke berkata ketus meninggalkan Naru yang terbengong di kelas. Baru kali ini Sasuke tidak mau menolongnya. Dan kini Sasuke meninggalkannya sendirian di kelas?

Apa-apaan ini? Dia tidak bisa seenaknya padaku?!

"Aah!" Naru menendang meja Sasuke dan berlari ke luar kelas.

Masa bodoh dengan Sasuke! Aku bisa mengerjakannya sendiran!

.

.

.

Naru memandang lemas hasil ujian TryOut Fisikanya. Keputusannya untuk ikut ujian tanpa bantuan Sasuke salah besar. Nilainya masih 20, dan tetap urutan ke 25 dari 30 siswa di kelas 2 IPA-6. Naru meremas kasar hasil ujiannya, dia memandang kesal ke arah Sakura dan Ino yang masuk 10 besar. Bahkan Temari dan Tenten saja masuk 20 besar. Dengan kata lain Naru lebih bodoh dari semua murid perempuan di kelasnya.

AAHh!

Naru merasa dewa kesialan sedang bertengger di pundaknya. Ditambah lagi dia dan Sasuke tidak saling bicara sejak kemarin. Padahal Naru berkali-kali menghubungi Sasuke tapi sama sekali tidak di gubris. Semua itu membuatnya stress berat.

"Naru, kamu dIpanggil kepala sekolah Tsunade di ruangannya." Suara Tenten menambah pusing kepalanya.

Aduh! Apa lagi sekarang? Apa aku akan dikeluarkan? Tidak mungkin, ayahku yang punya sekolah ini. Tapi, bagaiamana kalau Ayahku tahu? Apa aku bilang saja kalau Sasuke tidak mau memberi contekan? Tapi itu juga tidak mungkin, tahun lalu aku bilang nilaiku bagus karena hasil belajar sendiri. Aishh…

Naru mengucapkan terimakasih kepada Tenten atas pemberitahuannya dan berjalan sepelan mungkin ke ruangan Kepsek. Rasa cemas dan takut bercampur jadi satu, perasaannya sama sekali tidak enak. Dan betul saja, kini di ruang Kepsek, dia meihat ibunya Kushina sedang berbincang dengan Kepseknya Tsunade.

"Naru, sudah dua kali ujian tryout mu gagal. Kenapa prestasimu makin menurun? Kau tahu kalau begini terus kau tidak akan naik kelas." Tsunade berkata sambil memperlihatkan hasil ujian Naru pada ibunya.

Kushina melihat hasil ujian Naru dengan wajah tanpa ekspresi. Naru bergidik ngeri melihat wajah ibunya, seperti dewa kematian saja.

"Naru, Ayahmu sekarang sedang di luar negeri mengurus proyek pertambangannya. Dan sekarang ayahmu marah sekali mengetahui nilaimu menurun. Dan dia akan menarik semua fasilitas yang diberikan padamu kalau sampai kamu tidak naik kelas." Kushina berkata dingin meninggalkan Naru yang pucat pasi.

.

.

Naru berjalan lemas, habislah sudah hidupnya, Sasuke tidak mau menolongnya, belum lagi dia terancam tidak naik kelas dan ibunya datang untuk mencabut semua fasilitas yang diberikan jika nilai ujian Try Outnya gagal lagi. Dengan kata lain, dia tidak bisa ke sekolah naik mobil pribadi, tidak ada lagi creambath ataupun perawatan kuku di salon, tidak ada belanja pakaian dan aksesoris kegemarannya. Naru bergidik membayangkan wajahnya jerawatan karena tidak di rawat.

"Kya…Kya…Sasuke… Sasuke…! "

Naru mendengar teriakan antusias dari fans club Sasuke ketika dia menuju gedung kelasnya. Di lihatnya murid-murid kelas IPA-1 mempratekkan tenis di lapangan, dan sekarang giliran Sasuke yang bertanding.

Huh... rupanya kabar yang beredar kalau dia dan Sasuke marahan sudah tersebar. Sepertinya Sasuke sama sekali tidak terpengaruh dengan marahnya Naru. Naru memutar langkahnya menuju belakang gedung Perpustakaan. Saat ini dia tidak ingin masuk ke kelas dan bertemu siapapun.

.

.

Naru duduk sambil mencabuti rumput di sekitarnya. Merenungi nasibnya yang sial. Merenungi sikapnya yang ceroboh, harusnya kemarin dia datang saja ke apartemen Sasuke, bukannya nekat ikut ujian tanpa persiapan. Sekarang ini Naru berharap ada keajaiban datang kepadanya.

"Aku bisa membantumu"

Sebuah suara mengagetkan Naru dari belakang. Naru segera berbalik dan melihat anak berambut merah yang ditemuinya di Lab kemarin. Sabaku Gaara sudah berdiri di belakangnya.

"Kau? Memangnya kau bisa bantu apa?" Naru bersungut kesal, menenggelamkan kepalanya dalam lututnya.

"Aku bisa membantumu dalam ujian Tryout Kimia, bahkan−ujian UAS bulan depan pun bisa aku bantu." Gaara membungkukkan badannya ke arah Naru, sengaja mendekatkan dirinya pada Naru yang kini mendongak, mengangkat wajahnya tidak percaya.

"Ma-mana mungkin! Apa betul kamu bisa membantuku? Lu-lus? Ujiannya kan besok." Tatap Naru seakan tidak percaya dengan perkataan Gaara. "Lagipula kita tidak saling kenal"

"Percayalah padaku−aku akan membantumu" Gaara mengulurkan tangannya kepada Naru.

"Ingatlah Naru, sekarang kau sendirian, mau mengharap siapa? Tidak ada yang akan membantumu, hanya aku. Cukup serahkan semua padaku dan semuanya akan baik-baik saja." Lanjut Gaara tetap mengulurkan tangannya.

Naru mengerjap tidak percaya, matanya masih menatap Gaara, namun sedetik kemudian tangan Naru pun menyambutnya. Naru sama sekali tidak sadar mulai besok kehidupannya akan berubah.

.

.

.

Malamnya Naru gelisah, tidur pun dia tidak bisa. Besok hari ujiannya, tapi dia sama sekali tidak belajar. Pikirannya tertuju pada Gaara. Apa dia benar-benar akan mengerjakan hasil ujiannya atau Gaara hanya mempermainkannya. Naru berguling tidak karuan di atas tempat tidur.

Drttt…Drttt…

Hp Naru bergetar dan hampir membuat Naru terlonjak dari tempat tidur.

Siapa yang menelpon tengah malam begini?

"Halo?"

"Ini Aku. Lihat ke luar jendela."

Naru langsung berlari ke arah jendela, dilihatnya Gaara sedang berdiri tepat di bawah jendela kamarnya.

"Kau−"

Naru memasang tampang tidak percaya dan langsung membuka jendela kamarnya perlahan. Memberi isyarat Gaara supaya cepat masuk ke kamarnya. Tidak sampai semenit kemudian Gaara sudah berada dalam kamar Naru. Naru sampai terpana betapa cepatnya Gaara memanjat sampai ke lantai 2 kamarnya.

Naru duduk di atas ranjangnya, memperhatikan Gaara yang membuka sepatu ketsnya. Baru kali ini Naru melihat Gaara dengan pakaian biasa. Jaket kulit hitam dan celana jins panjang. Naru bahkan menyadari kalau Gaara ternyata lebih tinggi dari Sasuke ketika mereka berdiri berhadapan di kamarnya. Gaara membuka Jaketnya dan sekarang duduk berhadapan dengan Naru. Naru meremas kecil ujung gaun tidurnya yang tipis. Hatinya sedikit berdebar mengingat Gaara-lah lelaki pertama yang masuk kamarnya.

Naru memang sering berbohong mengatakan bahwa Sasuke sering tidur di kamarnya, kenyataannya Sasuke tidak pernah ke kamarnya, setiap Naru mengajak Sasuke singgah ke rumah, pacarnya itu selalu beralasan sibuk mengurusi kegiatan Osisnya.

Gaara menikmati waktu diam di antara mereka. Diam-diam dia memperhatikan kamar Naru. Kamarnya sangat luas, banyak boneka kodok bertebaran di karpet kamarnya. Gaara mencatat dalam hatinya kalau Naru ternyata suka kodok.

"Ehm−ku minta nomor dan kartu ujianmu." Gaara berujar pelan ketika sudah puas memandang seluruh ruangan kamar Naru.

Matanya sedikit menunduk memandang Naru yang memakai gaun tidur tipis berwarna kuning lembut. Gaun tidur itu begitu tipis sehingga Gaara bisa melihat bahwa Naru sama sekali tidak memakai BH. Putting Naru yang merah muda terlihat samar di balik gaun tidurnya. Glek… Gaara menelan ludah. Akal iblisnya mulai merasuki dadanya yang berdebar kian keras menahan hawa nafsu.

Naru segera mengambil kartu dan nomor ujiannya dari dalam tas sekolahnya. Dengan gugup dia menyerahkannya kepada Gaara. Gaara dengan cepat mengambil kartu dan no. ujian Naru berusaha tidak melihat wajah Naru.

"A-aku pergi dulu. Ehm−besok pagi. Jangan ke sekolah. Lihat saja hasilnya lusa"

Gaara berusaha mati-matian menahan nafsu birahinya melihat Naru yang meremas ujung gaun tidurnya. Tindakan Naru itu menyebabkan belahan gaunnya makin turun. Payudara Naru yang besar kian menyembul dari gaunnya membuat Nafas Gaara terasa berat.

Sabar Gaara, tahan dan tahan. Tidak lama lagi kau pasti menikmati tubuh indah miliknya. Walaupun sekarang dadanya terlihat menggodamu, dadanya yang besar, bayangkan tanganmu berada di atasnya, meremasnya, memilin putingnya yang kecil.

Gaara berusaha menenangkan iblis dalam dirinya yang mulai mengamuk keluar. Dengan cepat Gaara bangkit dari duduknya dan segera beranjak pergi, tapi Naru menarik lengan Gaara cepat dan tidak sengaja lengannya pun menyentuh payudara Naru.

"Gaara, tu-tunggu. Jangan pergi dulu. Masih ada yang mau kutanyakan"

Sungguh Gaara tidak tahan lagi, iblis dalam dirinya mulai masuk dalam pikirannya. Gaara menarik tubuh Naru dengan kasar, mendorongnya di tempat tidur dan menindih Naru yang kaget hingga tidak bisa berkata apa-apa.

"Maumu apa lagi heh? Jika kau terus menahanku di sini aku tidak akan menjamin pakaianmu masih utuh." Ancam Gaara sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Naru yang memerah.

"A-aku cu-Cuma−ah~"

Naru mendesah sambil menggigit bibirnya ketika Gaara mulai mencium lehernya. Bibirnya dingin sekali tapi nafasnya terasa hangat menjalar di lehernya. Bibir gaara membuka sedikit dan menghisap bernafsu leher Naru sementara tubuhnya menindis erat tubuh Naru di tempat tidur.

Apa, kenapa ini? Kenapa bibirnya menciumku. A-aku tidak than, kenapa tubuhku panas? Naru betul-betul tidak tahan dengan perlakuan Gaara padanya, dia meremas baju Gaara ketika cowok itu menghisap sekujur lehernya.

"Aah~hhhhh"

Naru melayang, dia berusaha memelankan desahannya dan berusaha menghindar dari tindihan Gaara di atas tubuhnya, tapi yang ada malah membuat dadanya yang besar menggesek permukaan dada Gaara dan membuat Gaara semakin menggila mencium dan menghisap lehernya. Meninggalkan bekas kissmark di sekujur permukaan lehernya.

Gaara sudah hampir hilang kendali, jari-jarinya mengelus permukaan pipi Naru, perlahan menyentuh bibir Naru yang basah. Dia tersenyum tipis ketika Naru tidak menolak ketika dia menyentuhnya,

"Kau cantik Naru."

Gaara berucap sambil menunduk menciumi bibir gadis pujaanya tersebut. Naru memejamkan matanya, bibir Gaara terasa dingin di bibirnya, Mhh… Naru membuka bibirnya,membiarkan ciuman Gaara semakin dalam melumati tiap jengkal mulutnya.

Ciuman ini. Ni−nikmat sekali. Untuk sesaat Naru lupa bahwa yang menciumnya adalah Gaara bukannya Sasuke pacarnya sendiri. Ini pertama kalinya Naru merasakan ciuman yang berbeda, rasanya bergairah dan panas. Gaara semakin melumat bibir Naru yang basah, memasukkan lidahnya ke dalam mulut Naru yang hangat sementara tangan kanannya mengelus permukaan paha Naru yang terekspos sempurna.

Naru semakin melayang, rasa berdebar di dadanya semakin kencang, tanpa sadar Naru menaikkan pahanya, membiarkan jemari Gaara mengelus dan meremas pahanya yang mulus.

"Mhh…. Hhh…"

Naru terus mendesah menahan rangsangan yang demikian tinggi, dia tidak pernah merasakan tubuhnya disentuh sebanyak ini oleh lelaki manapun. Naru mencoba membuka matanya dan melihat Gaara permukaan rambut Gaara yang merah. Naru kembali membalas dengan menghisap lidah Gaara dalam mulutnya. Mereka saling menghisap lidah hingga air liur Naru menetes perlahan dari bibirnya.

"HH−Naru..."

Gaara mengambil napas, menghirup oksigen. Dadanya naik turun, begitu juga dengan Naru yang mengatur nafasnya. Bibir mereka hanya terpisah satu centimeter, Naru bisa merasakan hembusan nasaf Gaara, dan Gaara bisa merasakan getar bibir Naru. Baju gadis itu berantakan, celana dalam putihnya terlihat jelas karena Gaara mengelus paha Naru hingga ke pangkal pahanya. Putting Naru yang tegang kian mencuat seakan meminta untuk di jilati. Sedetik kemudian Gaara kembali menciumi Naru penuh nafsu.

"Mmph ahh Gaara, i-ini sudah jam 3 malam…"

Naru berusaha mendorong tubuh Gaara yang menindisnya dan menciumnya dengan rakus, walaupun Naru juga tidak menolak jika Gaara ingin kembali mencium seluruh tubuhnya. Seakan tersadar, akal sehat Gaara kembali.

" Tunggu saja hasilnya Lusa."

Gaara mengelus permukaan wajah Naru yang kini merona marah. Menatap hasil karyanya pada leher Naru yang memerah dan bangkit berdiri dari tempat tidur.

"Gaara, jangan jawab semua dengan benar." Naru berkata pelan, memperbaiki gaun tidurnya yang berantakan.

"Hn…aku tahu"

Gaara kembali mencium lama bibir Naru, kali ini dengan lembut, menyambar Jaketnya dan turun secepatnya dari kamar Naru. Gaara masih sempat menoleh ke jendela kamar Naru saat dia sudah di luar pagar rumah Naru dan tersenyum senang melihat Naru masih memperhatikannya dari jendela kamarnya.

.

.

.

To Be Continue