EXO (c) SMent

Happy reading!


ChanSoo . Chanyeol & Kyungsoo

Warn: bahasa non formal


Ini sudah masuk hitungan ke-sepuluh. Kyungsoo menghitung jatuhnya daun pohon Ek yang berguguran. Beberapa helai daun lagi disapu hembusan angin musim dingin. Melayang perlahan sebelum akhirnya jatuh tepat di depan kaki Kyungsoo. Sepasang bola matanya menatap daun kecoklatan kering, menunduk, tangan hendak mengambil saat mata besarnya terlebih dulu menangkap kaki berbalut sepatu boots kulit. Reflek lehernya menegadah pada si pemilik.

Ah—

"Lagi ngapain? Mungutin daun? Ngga pernah dengar yang namanya sapu, ya?" Alis tamu tak diundang naik sebelah. Senyum mengejek terulas begitu menjengkelkan. Kyungsoo memutar bola matanya jengah.

"Lo ngapain lagi sih? Bosen gue tiap hari liat muka lo mulu." Bokongnya yang sedari tadi menempel dengan rerumputan kini berpisah. Beranjak sambil menepuk-nepuk celana.

"Ya gimana gue mau pergi kalo liat lo dateng ke sini mulu tiap hari?" Kini berganti Chanyeol mendaratkan bokongnya di atas rerumputan, seraya mata melirik setangkai bunga Lili yang Kyungsoo letakkan di antara mereka. Chanyeol tersenyum tipis.

Hening.

Keduanya diam, hanya suara angin dan gemerisik daun kering yang mengiring.

Tak seperti hari-hari sebelumnya dimana Chanyeol terus berceloteh tanpa henti, tak peduli Kyungsoo mendengarnya atau tidak. Dimana Chanyeolsesekali mengejek, dan berakhir dengan pitingan di leher si pemuda hiper. Kali ini memilih diam, yang justru membuat Kyungsoo berpikir; Chanyeol mulai lelah, atau sudah saatnya mereka mengakhiri ini semua.

Langit senja mulai gelap. Kyungsoo menutup sepasang kelopak mata perlahan, sembari menghela napas.

"Gue mau pulang." Kalimat pertama yang keluar dari mulut Kyungsoo pada akhirnya.

"Yaudah sana, ngapain pamit."

Kyungsoo berdecak sebal. Lalu berbalik, melangkah untuk pulang.

"KYUNGSOO-YA!" Setelah langkah ke-sepuluh, suara melengking Chanyeol memanggil namanya. Ia menoleh, tanpa menyahut, hanya diam di sana menunggu pemuda yang biasa ia juluki jerapah mengutarakan maksud.

"Jangan dateng lagi!"

"Ha?"

"JANGAN DATENG LAGI CEBOL!"

Chanyeol berteriak lantang. Cengiran lebar terkembang, memamerkan deretan gigi-gigi putih nan rapi.

Kyungsoo naik pitam.

"NGGAK BAKALAN, JERAPAH!" Balasnya tak kalah lantang. "DAN GUE NGGA CEBOL, NJIR!" Lalu kembali berbalik, melangkah kesal, tanpa menoleh lagi.

Di bawah langit jingga, untuk kali pertama, Kyungsoo menitikkan air mata, sebuah titik yang lantas berubah menjadi isakan pilu. Tidak akan ada lagi cengiran lebar yang ia benci esok hari. Tidak akan ada lagi sosok yang akan mengejek dirinya.

Karena Kyungsoo tahu, hari ini, tepat hari ke-empat puluh sejak kematian pemuda itu,

Park Chanyeol. Warna paling terang dalam hidupnya.

.

.


END