Karya ini terinspirasi oleh manga dan anime Naruto, forum-forum di internet yang berdebat soal kemungkinan SasuSaku benar-benar terjadi di canon, quotes angel-puppeteer, dan fandom SasuSaku.
Sekali lagi saya peringatkan bahwa akan banyak sekali SPOILER terutama buat yang belum mengikuti manga Naruto hingga chapter 661. Cerita ini dibuat dari sudut pandang Sakura. Setting timelinenya adalah waktu setelah berakhirnya perang dunia ninja ketiga. Namun akan banyak flashback yang muncul sehingga kemungkinan spoiler akan semakin besar.
I've warned you... There's will be spoiler in this fanfiction.
"Is there any happy ending for the love that has no beginning?" –angel puppeteer
Please enjoy!
Regards,
Akina Takahashi
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Genre: Hurt / Comfort / Angst
Rated: T
Pairing: SasuSaku
Warning: Canon, Angsty, Full of SPOILER dan berbagai hal lain.
Naruto © Masashi Kishimoto
Love Story That Has No Beginning
Story by: Akina Takahashi
Prolog
Is there any happy ending for the love that has no beginning?
Aku tahu. Sejak awal Sasuke tidak pernah melihatku. Bahkan diantara anggota tim tujuh yang lain pun ia jauh lebih menghormati Naruto dan Kakashi-sensei.
.
.
Walaupun mungkin ada saat dimana ia peduli padaku. Misalnya saja saat ujian Chuunin atau saat serangan Gaara ke Konoha. Waktu itu, aku sempat terlena karena ia berkata bahwa ia tak ingin kehilangan orang-orang yang disayanginya untuk kedua kalinya. Berharap jika aku juga termasuk ke dalam daftar orang yang disayangi olehnya.
.
.
Seharusnya aku mengubur jauh-jauh harapan itu karena tak lama setelah kejadian itu ia membuang segalanya. Ia lebih memilih pergi bersama Orochimaru daripada tinggal di Konoha.
Aku memang bodoh karena hingga saat ini aku masih menyimpan perasaan cinta padanya. Padahal ia telah mengutarakan dengan jelas jawaban dari pernyataan cintaku dulu. Disaat aku mengutarakan perasaanku sepenuh hati ia malah memukulku hingga pingsan dan meninggalkanku di bangku taman yang dingin. Sendirian. Bukankah itu sudah jelas? Bukankah itu sudah jelas bahwa ia menolakku? Bahwa ia mencampakkanku?
Tapi entah kenapa saat itu aku masih berharap bahwa suatu saat ia akan kembali dan membalas perasaanku. Berharap bahwa selama aku dan Sasuke berada dibawah langit yang sama maka suatu saat perasaanku akan terhubung dengannya.
.
.
Ya, aku memang menyedihkan. Aku tahu itu.
.
.
Aku selalu menggantungkan harapan pada satu kata yang diucapkannya padaku sebelum meninggalkan Konoha.
"Arigatou –terima kasih"
terima kasih untuk apa? Kenapa ia berterima kasih padaku? Jika benar ia peduli padaku mengapa ia pergi meninggalkanku? Mengapa ia tidak mengizinkanku pergi bersamanya?
.
.
Aku tahu. Aku tidak akan pernah ada di hatinya karena tempat itu sudah dipenuhi dengan dendam. Tak ada lagi tempat untukku.
.
.
Seharusnya aku tahu. Saat itu, saat dia pergi dari Konoha sebenarnya aku telah menyerah untuk mendapatkannya. Karena itulah aku memohon pada Naruto untuk membawa pulang Sasuke. Karena aku tahu, saat itu aku tidak memiliki kemampuan apapun untuk membawanya kembali. Sementara Naruto, saat itu ia telah dianggap sebagai orang yang penting keberadaannya oleh Sasuke.
Aku benci diriku. Aku benci saat Naruto berjuang mati-matian bertarung dengan Sasuke, aku hanya mampu menangis meratapi nasibku.
Aku benci diriku. Disaat Naruto masih memiliki harapan agar Sasuke dapat kembali seperti dulu, aku malah menutup harapan itu dan bersikap putus asa.
Karena itulah aku memohon pada Tsunade-shisou agar dia mau membimbingku. Aku akan berusaha menjadi lebih kuat lagi sehingga Naruto tidak perlu lagi menanggung beban berat itu sendirian.
Tapi pada akhirnya Naruto-lah yang mampu mewujudkan mimpinya, membuktikan perkataannya yang dulu hanya dianggap sebagai bualan belaka oleh semua penduduk Konoha. Ia telah menjadi pahlawan tidak hanya bagiku tetapi juga bagi seluruh penduduk Konoha. Dibandingkan Naruto kemampuanku tidak seberapa.
.
.
Aku bodoh karena menganggap satu-satunya cara untuk mengeluarkan orang yang kucintai dari kegelapan yang telah menderanya selama bertahun-tahun adalah dengan cara membunuhnya. Tekad itu hanyalah omong kosong belaka, buktinya saat aku bertemu dengannya aku tak dapat melakukan apapun. Tanganku gemetar hingga kunai yang kugenggam terlepas dari tanganku.
Aku bahkan tidak bisa mematuhi peraturan dasar ninja.
Seorang ninja tidak boleh menunjukkan emosinya dalam keadaan apapun.
Aku tidak dapat berpikir jernih, aku dikuasai oleh perasaanku sendiri. Rasa cinta yang seharusnya sudah terkubur dalam-dalam itu kembali bangkit.
Tetapi saat itulah saat yang paling kutakutkan. Disaat rasa cintaku kembali muncul, Sasuke malah berusaha untuk membunuhku. Tidak hanya sekali. Bahkan beberapa kali. Tak ada keraguan sedikitpun di matanya saat itu. Jika Naruto dan Kakashi-sensei tidak menyelamatkanku, aku pasti sudah mati ditangan orang yang sangat kucintai.
.
.
Cih, lagi-lagi aku menjadi gadis lemah yang harus diselamatkan. Aku benci akan hal itu.
.
.
Kami bertemu sekali lagi saat perang dunia Ninja keempat. Saat itu ia bergabung dengan aliansi lima negara untuk bertempur melawan Uchiha Madara. Ia membantu Naruto dan mereka berdua berhasil memenangkan pertempuran walaupun keduanya menderita luka cukup parah sehingga aku dan para ninja medis yang lain harus bekerja sangat keras untuk menyelamatkan mereka. Pada akhirnya aku merasa diriku berguna untuknya.
Seringkali setiap kali aku melangkahkan kaki memasuki ruang rawatnya tanganku bergetar. Entah perasaan apa yang menjalar di tubuhku setiap aku melihat wajah tertidurnya yang damai. Berulangkali aku mengingatkan diriku agar aku tidak kembali berharap padanya. Berulangkali aku berkata pada diriku agar berhenti mencintainya, agar berhenti berharap bahwa suatu saat nanti ia akan melihatku.
.
.
Keadaan tidak akan pernah sama seperti dulu. Tim tujuh sudah berubah. Aku tahu itu.
Terkadang aku iri dengan tim Shikamaru yang masih tidak berubah seperti dulu. Ino, Chouji, dan Shikamaru telah mengenal sejak berada di akademi dulu. Mereka terus tumbuh bersama hingga hubungan mereka menjadi sangat dekat seperti saudara.
Terkadang aku berpikir, apakah seandainya jika perasaan ini tidak pernah ada apakah tim tujuh juga dapat kembali sama seperti dulu? Jika seandainya aku bukan fangirl bodoh Sasuke yang selalu menolak ajakan kencan Naruto, apakah tim tujuh juga akan sama seperti tim sepuluh?
.
.
Aku tak tahu bagaimana mengakhiri perasaan ini. Padahal aku tahu, takkan ada akhir yang bahagia bagi kisah cinta yang bahkan tidak pernah dimulai.
Ya, aku tahu ini hanyalah perasaan satu arah. Dan perasaan satu arah tidak dapat disebut cinta. Karena cinta adalah perasaan yang bersambut, cinta muncul dari perasaan dua orang. Bukan satu orang saja. Dan kisahku dengan Sasuke takkan pernah dimulai karena selama ini perasaanku tak pernah bersambut. Tak akan pernah.
Is there any happy ending for the love that has no beginning?
.
.
Akina Takahashi presents,
For the love story of Haruno Sakura.
-To Be Continue-
Wanna see more?
Please review!
With love,
Akina Takahashi
