Long Time Ago

.

Disclaimer: Of course Capcom

Warning: AU, OOC, May be Typos, Bad EYD, not yet to be perfect.

.

NialCoffee Presents

.

.
Aku menunggu, di bawah terpaan hujan. Beribu tahun lamanya, terhitung abad sudah atas kebosanan ini. Dari ribuan orang yang lalu lalang, tak ada satu pun kutemukan dirimu.
Teman. Itulah yang ku tunggu.
Sebuah lagu kunyanyikan hampa di bawah terpaan hujan. Janji pertemuan yang telah kita buat. Harapku tak kau lupakan. Ditemani detikan waktu. Andai kau pahami itu.
Sahabat yang ku cinta kau takkan pernah tergantikan siapapun. Apakah kau masih menganggap diriku setelah ku sakiti hatimu? Mengukir kenangan pahit atas kematian seorang tuan yang disembah hamba, yaitu kamu.
Dahulu, sering kali bercanda tawa. Suka bersama, duka bersama. Meski aku merengut hal yang berharga darimu. Dan membuat kemarahanmu memuncak hingga akhirnya kematian menyapu.
Panas api telah lalu setelah ribuan tahun penantian itu. Aku di sini berdiri menanti melodi kebahagiaan. Tak sabar untuk menyambut kehadiranmu, membuat sejarah baru di masa yang telah tiba. Seraya bergandengan tangan menghadapi dunia.
Teman, saat kau ingat atas sikapku dulu tentang kematian seorang tuan. Membuat pipimu terlucuti ribuan rintik air mata. Membuatmu mengayunkan pedangmu dengan membabi buta menembus kokohnya zirah agar terhentinya denyutan jantung dalam dada ini.
Teman, sungguh perih hati saat kau tak mengerti. Tapi dalam relung jiwa ini aku tak dapat pungkiri julukan penghianat kau hadiahi padaku.
Teman, aku ingin merombak sejarah. Membuat yang baru dengan lebih manis. Elaklah semua memori masa lalumu tentang pengkhianatanku. Ku mohon untuk kali ini saja, kita jelajahi dunia ini dengan persahabatan kita. Menunjukkan pada dunia bahwa sahabat sejati tidak perlu memandang masa lalu.
Teman, sebagai permintaan maafku, aku ingin kau mengandalkanku. Di saat kau butuh ku pastikan jasad ini akan tetap nyata. Jiwa yang hina ini akan hadir mengisi hatimu. Jikapun dunia menghinamu kujanjikan agar akulah yang akan ada. Bagai lentera yang menyinari kota di malam hari.
Teman, kau bisa pegang tanganku erat jika kau takut dalam gelapnya dunia. Suaraku akan kujadikan pemandu saat kau tersesat dalam hinanya dunia.
Apapun, kapanpun, di manapun. Kau bisa andalkan aku. Karena teman selalu bersama, tanpa memandang masa.
Teman, kau selama-lamanya. Dan ku takkan melupakanmu...

.
'Prok! Prok! Prok! Prok!'
Suara riuh tepuk tangan terdengar kembali. Bahkan untuk Nouhime-sensei sendiri penampilan Ieyasu adalah yang terbaik. Ia pun tak ragu memberi nilai sempurna untuk sang murid.
"Oy, Ieyasu! Untuk ukuran hamster mania ku kira kau tidak bisa punya teman?!" Kata Masamune.
"Jarang-jarang pencinta hewan bisa punya teman!" Sambung Keiji.
Dia hanya tertawa kecil atas apresiasi teman-teman sekelasnya. Sebagai yang tampil terakhir, teman sekelasnya merasa amat puas dengan penutupan praktek berpuisi ini. Tidak membosankan, tidak juga mendatangkan hawa hambar.
Ieyasu kembali duduk di bangkunya. Jam istirahat tiba lima menit lagi. Murid kelas unggulan terlalu sedikit untuk menghabiskan jam sastra. Jadinya hanya diisi dengan para murid yang mengantre untuk meng-copy data dari dslr Nouhime-sensei.
"Keren." Puji Mitsunari ̶teman sebangkunya.
"Uwooo! Kau sampai merona begitu!" Antusias Ieyasu.
"Mungkin karena ini pertama kalinya aku diberi kejutan darimu."
"Ternyata kau perasa juga 'ya?"
Ieyasu merasa senang perasaannya ini bisa tersampaikan lewat puisi dan kebetulan menjadi tenar karena tugas Nouhime-sensei. Sebuah prestasi pribadi membuat Mitsunari amat ragu untuk sekedar bertukar pandang dengannya. Hingga akhirnya keheningan menyelimuti mereka.
"Lain kali, aku akan membuatmu lebih merona dari hari ini. Pegang janjiku itu!" Desis Ieyasu membuat Mitsunari merinding seketika.
"Tentang kalimat 'Janji pertemuan yang telah kita buat. Harapku tak kau lupakan.'."
Mitsunari memberanikan diri menatap Ieyasu. Akhirnya iris mereka bertemu. "Aku membuat itu karena masa lalu. Dulu kau sering membuatku menunggu di bawah hujan."
"Lebay!" Balas Mitsunari seraya terkekeh.
"Jadi, apa kau Ishida Mitsunari si anak maniak Toyotomi Hideyoshi di masa lalu?"
Sebuah tawa terdengar dari Mitsunari. "Mungkin ya, mungkin juga tidak. Ishida Mitsunari di hadapanmu hanya seorang teman dari si pencinta hamster."
Ieyasu balas tertawa. "Kalau iya, aku ingin minta maaf. Kalau ternyata bukan, kau bukanlah orang asing bagiku." Kata Ieyasu mengumbar senyum. Mitsunari hanya tertawa masih menyembunyikan tanda tanya.

.

.

End

.

An: Saya sangat minta maaf kalau cerita ini tidak pantas untuk di publish. Ini hanya imajinasi gila saya. Mohon dimaklumi. Tapi terima kasih sudah mau membaca cerita saya yang ke-3 ini.

Hiks, sebelum saya hiatus sampai bulan Mei, atau mungkin selamanya. Saya ingin mengucapkan terima kasih telah membaca bahkan sampai me-review. Air mata saya menganak laut karenanya. *lebay!