Disclaimer : Character milik Masashi Kishimoto, Cerita milik Author
Warning : OOC, Typo, abal dan sebangsanya.
RnR, please?


Aku, Sakura Haruno, 17 tahun dan tahun ini telah resmi menjadi murid kelas 3 SMA. Aku jatuh cinta pada seorang 'siswa kelas 1'.Nama lengkapnya Sasuke Uchiha, tubuhnya lebih tinggi dariku, pintar, tampan, dan berkarisma!. Tapi, Sasuke dingin dan ia memiliki prinsip untuk tidak menjalin hubungan dengan gadis yang lebih tua!, oh betapa inginnya aku dilahirkan seumuran dengan Sasuke saja.


Kyuung, 'ada Sasuke!'. Aku terkejut menemukan adik kelas 'kesukaanku' itu tengah duduk disalah satu bangku ditaman sekolah sambil membaca sebuah buku entah apa ditangannya.

Aku segera menghampiri Sasuke sambil membawa secarik kertas berisikan isi hatiku padanya. "Sasuke!", panggilku seraya menyerahkan suratku padanya. Dia menoleh padaku, "hari aku menuliskan perasaanku dengan tulisan yang lebih bagus, lho!", ujarku semangat. "jadi, terima lah!", lanjutku. Hening.

"sudahlah, senpai. Berapa kali aku harus mengatakannya? Aku tidak tertarik dengan gadis yang lebih tua dariku", jleb, "ke-kejam! Aku hanya duluan lahir darimu, kok!", ucapku memohon untuk menghilangkan kata 'tua' pada diriku.

"huh..", dia mendengus, "maaf.. aku hanya sulit menahan rasa cintaku padamu", ucapku sambil memanyunkan bibirku sebal, "haah.. dasar. Apa boleh buat—", "kau akan menerima pernyataan cintaku, Sasuke?!", "tentu tidak, senpai", glek, "tapi ini..", ia memberikanku buku yang ia baca.

"eh?", saat aku melihat sampulnya, terlihat namaku tertera disana, Haruno SAKURA(3-2). "eehh?! Ini buku biologi-ku yang hilang?!", tanyaku kaget sambil memandang Sasuke. "senpai menjatuhkannya kemarin, itu sempat terjatuh di genangan air saat hujan kemarin. Aku tidak sengaja menemukannya dan membuatnya kering dirumah", jelas Sasuke.

Aku ingat sekarang. Kemarin aku tidak membawa payung dan nekat menerobos hujan, lalu tergelincir dan buku biologiku keluar dari tas ku dan aku mengabaikannya karena hujan semakin deras dengan petir yang menyambar dilangit.

"ahaha, makasih Sasuke! Aku memang ceroboh", "ya, itu benar", glek, "kau ini lumayan kejam", tegurku agak sakit hati. "oh yah, aku sempat membacanya untuk memastikan tidak ada tinta yang menyebar. Dan syukurlah tidak ada, jadi kau masih layak memakainya", ujar Sasuke padaku. "seharusnya kau mengatakan 'jadi, buku itu masih layak kau pakai', kau tahu kan?", tanyaku sebal, dan ia hanya tertawa kecil. Oh, betapa tampannya!.


"Sakura, kamu tabah,ya... Banyak siswi yang mengincar Sasuke, lho. Tapi, banyak yang menyerah karena sifat dinginnya. Kau tahu, tidak?", tutur Ino—sahabat karib—padaku yang masih galau karena pernyataan cintaku pagi tadi ditolak lagi oleh Sasuke.

"eh, begitu ya?!",aku terkejut mendengarnya, "jadi kau memang tak tahu, yah?", aku mengangguk untuk menjawab pertanyaan Ino. "oh, ya... tapi, Sasuke pernah berkata padaku kalau dia tidak ingin menjalin hubungan dengan gadis yang lebih tua darinya! Tapi, bukannya siswi kelas 1 banyak yang seumuran dengannya?", tanyaku. "entahlah, aku tidak tahu isi pikirannya".

"Oh, ya.. tapi bukannya waktu SMP, kamu pernah mengatakan tidak ingin menjalin cinta dengan pemuda yang lebih muda?", glek, "e-eh?! i..itu kan dulu! Hahaha", aku tertawa garing. "jadi waktu benar-benar bisa mengubah seseorang yah", Ino menyeringai, "hueehh, baiklah kutarik kata-kataku! Kini aku sangat tertarik dengan adik kelas, tapi hanya Sasuke saja! Dan tidak untuk yang dua tahun lebih muda dariku!", jelasku pada Ino agar ia tidak membully-ku dengan ucapanku dulu.

"huh, baiklah", Ino akhirnya mengalah. Aku menoleh keluar jendela. Jam istirahat sudah dimulai dari 5 menit yang lalu, namun aku tak ada niat untuk makan saat ini. Aku tidak sedang berdiet!. Aku hanya sekedar tak nafsu. Aku pun menoleh keluar ?.

"Sasuke!", aku memanggilnya saat melihat Sasuke sedang menyusuri lapangan untuk ke kantin bersama teman-temannya—sepertinya ia dan kelasnya baru saja selesai pelajaran olahraga.

Ia menoleh padaku, segera aku melambaikan tangan padanya. "senpai! Jangan melongok keluar jendela! Bahaya!", dia meneriakiku. Saat aku menoleh ke bawah. Benar. Aku hampir keluar dari kelas melalui jendela dilantai dua ini!. Dengan sigap kurasakan tubuhku ditarik oleh Ino dan kepalaku dipukuli olehnya.

"hampir saj—sakit!", rintihku. "kau ini mau mati, ya?!", Ino mencubit pipiku sebal, dan saat ini aku sukses menjadi pusat perhatian dikelas. Menyedihkan.

"tapi.. aku senang sekali", "eh?", "karena Sasuke mengkhawatirkanku seperti ini", aku tertawa kecil mengingat kejadian tadi. "Sakura.. kau benar-benar gadis yang sedang jatuh cinta,ya". "um! Tentu saja, Ino! Hehe".


"siip, tulisanku kali ini lebih bagus dan aku sudah berkonsultasi dengan Hinata-chan bagaimana menulis surat cinta yang baik! Hohoho!", aku tertawa, sukses membuat adik-adik kelas yang sedang lewat memperhatikanku keheranan.

Kali ini, seperti biasa. Aku datang ke bagian loker sepatu milik murid tahun pertama, dan sekarang aku sedang berada tepat didepan loker Sasuke. Aku segera membukanya dan memasukkan suratku, menaruhnya diatas sepatu.

'eh.. apa dia membaca surat-suratku, yah?! Tak ada balasan ataupun reaksi darinya! Huuh'—batinku. "ehhh?! Atau jangan-jangan dibuang di tempat sampah?!", kini aku berprasangka semakin buruk—tapi itu suatu kemungkinan harus memastikannya!.


"senpai"

"senpai"

"Haruno-senpai"

"ng?", aku mengerjapkan mataku. Terlihat samar-samar seseorang yang begitu familiar berjongkok didepanku. "senpai, kenapa tidur disini? Nanti masuk angin", "eh?". Astaga! Aku tertidur saat menunggu Sasuke selesai latihan basket!.

"senpai menunggu siapa sampai selarut ini?", "eh itu.. tidak ada", jawabku gugup saat ia menatapku serius. "lalu?", aduh, apa yang harus kukatakan padanya?! Mengatakan kalau aku menunggunya untuk memastikan ia membaca suratku?! Oh, itu agak memalukan.

"senpai, ada masalah apa? Katakan saja padaku", eh.. Sasuke.., "aku.. sulit untuk mengatakannya. Tapi, ini masalah rumit yang sulit kuatasi", aku spontan menjawab, dan segera menutup mulutku. Sasuke menanggapi serius, "begitukah?".

Ia mengulurkan tangannya, mengajakku berdiri. Kuharap ia tidak mendengar suara detak jantungku yang berdebar tidak normal ini. Aku pun meraih tangannya yang lebih besar dariku. "kalau tidak bisa diatasi sendiri. Datanglah padaku senpai. Aku mungkin bisa membantumu".

Kalimat yang tak kusangka terlontar dari mulutmu—yang biasanya hanya berkata kejam padaku—dan kau tersenyum ramah yang jarang kau perlihatkan. "sebaiknya kau segera pulang, Haruno-senpai". Tak kusangka, adik kelas yang dingin ini mengkhawatirkanku...

"aku.. senang dikhawatirkan olehmu", aku menutup wajahku yang begitu merona sekarang. Aku rasanya ingin menangis, setidaknya, meskipun cintaku tak terbalas, ia peduli padaku.

Pluk, kurasakan puncak kepalaku dielus oleh tangannya. "begitu, kah? Baguslah". Sasuke.. aku sungguh tak bisa menahan cintaku padamu.


"hatsyii!", aku segera mengelap hidungku yang terasa gatal ini dengan saputangan merah muda kesukaanku. Menjelang musim dingin, suhu sudah seperti ini, huh, agak menyebalkan.

"Haruno-senpai", aku menoleh saat namaku disebut oleh seseorang. "ah, Sasuke!", aku segera berdiri dari dudukku, dan berusaha menyamakan tinggiku dengannya. "ada apa? Sepertinya bersemangat sekali", ia mengernyitkan alisnya bingung melihat tingkahku.

"aku tadi memasukkan basket ke ring sebanyak 11 kali, lho!", aku mengguncang tubuhnya bersemangat. "jadi, kau menunggu disini hanya untuk mengatakan itu, senpai?", "yap!", "tapi bukannya tes kelulusan harus memasukkan 20?", "itu untuk anak laki-laki! Perempuan hanya 10, hehe"', aku tersenyum semangat. "hm", dia menepuk puncak kepalaku, membuatku terkejut.

"Haruno-senpai gampang bersemangat yah", blush, aku tidak bisa menahan rona merah dipipiku. Hal sekecil ini, adik kelas yang kusukai. Sasuke.

"oh, ya! Karena Sasuke sudah selesai latihan, mau pulang bersama tidak? Aku ingin tahu dimana calon kekasihku tinggal!", "tidak", eh.. "eh?! Aku hanya mau melihatnya,kok", pintaku, "tidak. Aku tidak mau. Pulang sana", ia segera mengusirku dan berusaha lari. "mou! Sasuke!", dan ia telah menghilang dari pandanganku.

"huh!", apakah cintaku ini akan terbalas?.


-TBC-

Yei! Chapter 1 akhirnya selesai! Ini fanfic SasuSaku pertamaku, lho! Aku ini salah satu Ssaver, tapi baru kali ini berani membuat fanficnya(hiksu). Difanfic ini, aku terinspirasi dari salah satu manga favoriteku berjudul 'hei, sensei' karya Saki Haruki—meskipun berbeda dengan buatanku, cerita buatan Saki-sensei tentang sensei-murid! Ah, seru bangetlah!.

Awalnya aku ragu dengan Sasuke—lebih muda dan Sakura—lebih tua, kupikir aku harus membaliknya saja, namun akhirnya aku menetapkan bahwa Sakura sajalah yang jadi lebih tua. Semoga berkenan dihati, ya!

Ripyuw?