Keduanya sama-sama keras kepala. Sama-sama menopang tim menuju kemenangan. Keduanya bukan juga seseorang yang bisa menyatakan perasaan–dalam hal romantis tentunya–dengan gamblang, tidak seperti Kiyoshi Teppei yang berkata 'aku suka kamu' pada Hyuuga (dalam artian pertemanan).
Ah, kalau begitu, sih, meski perasaan sudah meluap-luap percuma saja. Tidak ada yang berani maju ataupun berbicara, jadi, bagaimana dong?
.
.
.
Kuroko's Basketball © Fujimaki Tadatoshi
Warning! Typo, OOC, bahasa tidak sesuai EYD, dan lain-lain
Genre : Romance
Character : Hyuuga Junpei, Aida Riko
Note : Saya membuat fic ini atas pemikiran sendiri, kalau ada kesamaan dalam bentuk apapun, itu adalah ketidaksengajaan.
"Baka" – Andrea Sky
.
.
.
"Otsukaresama desu!"
Suara Riko menggema halus di seluruh gym, melihat papan latihan dengan puas, kemudian tersenyum senang.
"Kita ada latihan tanding dengan Rakuzan 2 hari lagi, lho," ucap Riko dengan semangat. Bagaimana tidak? Pertandingan persahabatan dengan sekolah yang mereka kalahkan saat Winter Cup lalu, sukses membuat anak didiknya mati lemas setelah itu.
"Iya, aku menger–" baru saja Kagami mau berbicara, aura tak mengenakkan keluar dari tubuh Riko, tersenyum dengan manis sambil berkata, "kalau kalian kalah, siap-siap, oke?"
"R–roger…"
Setelah itu, mereka bersiap untuk pulang. Tak terkecuali Hyuuga yang sudah berganti pakaian dan meraih tas-nya.
"Hyuuga-kun!"
"Ya?"
Riko tersenyum, "nah. Sepertinya pertumbuhan Kagami-kun dan yang lainnya meningkat, terutama Furihata-kun. Kurasa dia berlatih keras untuk bersiap-siap lagi kalau-kalau ada kejadian seperti Winter Cup waktu itu," kekehan pelan menjadi penutup kalimat panjang Riko, hingga akhirnya mau tidak mau Hyuuga pun mengulas senyum kecil.
"Saa, kita ngobrol sambil jalan pulang."
"Um!"
Kali ini, tidak seperti biasanya, mereka berjalan sambil mengobrol. Biasanya hanya keheningan yang mengantar mereka menuju rumah masing-masing. Entah kenapa hari ini, Riko sangat ceria, lebih dari biasanya, bercerita tentang tim mereka maupun kenangan saat tanding dengan sekolah lain.
"Tumben kau seceria ini?"
Riko mengangkat 1 alisnya, bingung, "aku memang selalu ceria kan?"
"Bukan, bukan. Maksudku kau seolah ingin ngomong sesuatu tapi ditutupi oleh hal-hal yang lain."
… Wow. Hyuuga peka sekali. Menggaruk pipinya dengan canggung, Riko mengucap pelan, "uh… ya, ada yang ingin kubicarakan denganmu, sih… sebenarnya." Aku-nya lalu menghela napas, dia peka banget, batinnya sambil terus berjalan.
"Soal apa?"
"Janjimu sebelum pertandingan kita melawan Rakuzan di Winter Cup,"
Hyuuga mengangguk ngerti, "oh. Itu." Dia mendengarnya toh? Hyuuga mengusap tengkuknya.
"Iya, itu! Aku ingin tau kau mau berbicara apa,"
Terdiam sebentar, kemudian kalimat Hyuuga yang selanjutnya membuat Riko tersedak liurnya sendiri.
"Kalau aku bilang aku mau menembakmu bagaimana?"
Riko menatap Hyuuga pekat, air mukanya tidak panik dan juga–wait. Hell, apa itu semburat merah yang sedikit–sangat sedikit–menghiasi wajah sang kapten?
"Uuh… jawabanku, menerimamu, mungkin?" yang ini malah bertanya balik. Hyuuga jarang memberikan senyum, dan kali ini, dia tersenyum puas, lalu mengacak surai brown milik Riko.
"Kalau begitu, akhirnya sudah tau kan?"
"Bego," Riko terkekeh ringan.
Mereka tidak butuh kata-kata yang lain. Itu cukup, setidaknya, untuk saling mengetahui satu sama lain. Coret kata romantis atau gombalan, karena hal tersebut tidak pernah ada dalam kamus mereka.
Ah, yang penting, akhir kisah ini sudah kita ketahui. Kita biarkan dulu saja pasangan ini kalau begitu, pulang bersama, dengan–
.
.
.
Tangan yang saling bertaut dan senyuman Riko yang sedari tadi masih mengembang cantik di wajahnya.
