Prison Break
===OO===
Prison Break project
Story © Giselle Gionne
Resident Evil © Capcom
Warning: No romance hits. No YAOI *keep that in mind*. Using Resident Evil 6 events as seen on the newest trailer.
Genre: Angst / Friendship
Rate: K+
===OO===
Mengenyam pendidikan militer yang keras, Piers Nivans tak pernah mundur. Meskipun ia masih memegang predikat sebagai remaja, namun kemampuannya membuat ia mendapat kepercayaan penuh oleh sang Kapten BSAA, Chris Redfield. Mereka menjelajahi negara Cina, dan keduanya menjadi rekan yang dibumbui oleh loyalitas.
Untuk kali pertama, Chris percaya pada Piers untuk mendapatkan kehormatan menjadi rekan pria pertamanya. Sepuluh tahun lebih ia berdedikasi penuh kepada kebaikan dunia, Piers-lah rekannya yang pertama dalam wujud pria.
Sungguh sebuah kehormatan.
Mendarat di negara Cina, mereka segera bergegas untuk melakukan penelitian mengenai virus terbaru, yaitu C-Virus.
Namun, ketika kegelapan datang menghampiri, ia lebih memilih untuk memberikan baik Chris maupun Piers beristirahat di dalam sel besi, terpisah dari bawahan mereka yang lain.
Sekelebat, sesosok wanita elegan nampak tersenyum manis -sedikit sinis, dan dengan kasarnya ia memberi celaan tak bermoral kepada anak buah Chris.
Dengan satu lemparan yang sempurna, wanita tersebut melayangkan sebuah bola besi yang memiliki banyak suntikan di dalamnya. Semakin waktu berputar, semakin banyak suntikan tersebut yang menancap di setiap leher anak buah Chris.
C-Virus.
"Tidak... TIDAK!"
Chris berteriak, kala melihat anak buahnya yang sudah terkontaminasi oleh C-Virus. Mereka semua berubah menjadi monster dan zombie.
"Kapten... Tak ada pilihan lain," Piers menepuk pundak Chris, membuat lelaki tersebut terhenyak. "Kita harus... menghabiskan mereka."
Pikiran berat berkecamuk di dalam dada.
Ia tak mungkin menyakiti anak buah yang begitu ia percayai.
"Piers... Berikan satumachine gun padaku..."
Tersentak, Piers mengangguk.
"Ini, Kapten."
Dengan hati yang berat, keduanya menarik pelatuk senjata masing-masing. Peluru berjatuhan, menciptakan suara berderai yang ricuh.
Mereka terpaksa membunuh rekan sendiri.
Ketika semua telah habis ditumpas, Chris hanya bisa diam. Ia tidak mengeluarkan sepatah katapun.
Ia kembali memahat wajah kerasnya dengan perasaan yang berkecamuk.
Pahatan wajah yang keras. Sorot mata yang tegas. Tak lain dan tak bukan adalah bukti dedikasi Chris kepada negara.
Ia tidak perlu diakui oleh Presiden maupun Departemen Keamanan.
Ia hanya perlu diakui oleh rekan kerjanya.
"Kapten...?"
Piers Nivans tahu, bahwa atasannya sedang menutup pendengaran dari dunia. Namun, mereka harus terus melangkah.
"Aku tidak apa. Baiklah, kita lanjutkan perjalanan."
Malam itu Piers tidak banyak bicara, dan hanya menggenggam machine gun miliknya dalam diam.
