.

.

Change

Disclaimer : Naruto milik Masashi Kishimoto, kami tidak mendapatkan keuntungan apapun dalam pembuatan fict ini.

Story ©V3 Yagami

Genre : Romance, Hurt/Comfort, Drama

Rated T

.

.

Wajah cantik, mobil mewah, supir pribadi, rumah bagaikan istana, harta yang tidak akan pernah habis. Itulah yang dimiliki oleh gadis berambut panjang pink dengan senyuman cantiknya yang menghiasi suasana di dalam mobil. Gadis itu tersenyum penuh dengan keyakinan bahwa semua yang ia inginkan pasti akan ia dapatkan. Dengan bercermin di kaca kecil berbentuk hati yang selalu dia bawa kemana-mana, Sakura nama gadis itu... kini melemparkan senyumannya pada supir pribadinya.

"Kautahu Kabuto, hari ini ada hal yang sangaaat menyenangkan."

"Sepertinya nona akan mendapatkan hadiah dari tuan besar."

"Bukan, bukan itu," jawab Sakura cepat, "hari ini Uchiha Sasuke kembali dari dari Amerika setelah seminggu dia pergi meninggalkan sekolah ini, haaahhh aku bosan sehari-hari ini tidak melihatnya. Kau tahu sendiri kan, di Konoha ini laki-laki yang sepadan denganku hanya dia."

"Ternyata itu, apa nona akan memberitahu perasaan nona padanya?" tanya Kabuto yang memperlambat laju mobil.

"Tentu saja tidak! Pantang bagiku menyatakan perasaan pada laki-laki, aku akan menyusun rencana agar dia duluan yang menyatakan cintanya padaku, dan ketika itu terjadi, semua keinginanku benar-benar akan terwujud," ujar Sakura penuh semangat.

"Keinginan nona?"

"Iya, aku akan memiliki laki-laki tertampan di Konoha High School dan membungkam para gadis di fans club itu! OHOHOHOHOHOHO!"

Sakura keluar dari mobil yang sudah berhenti di depan gerbang sekolahnya. Begitu Kabuto membuka pintu dan membantu Sakura keluar, dia mengibaskan rambut panjangnya yang lembut itu dan mendongakan sedikit kepalanya. Beberapa murid mengangguk begitu berpapasan dengan Sakura, karena... siapa yang tidak kenal Haruno Sakura? Salah satu pendiri Konoha High School dan ayahnya pejabat terkenal yang memiliki kekayaan berlimpah. Berbagai macam agensi menawarkan Sakura untuk menjadi model atau artis, namun ditolak mentah-mentah oleh kedua orang tuanya. Namun ada beberapa hal dari diri Sakura yang sangat tidak disukai oleh beberapa teman sekolahnya.

Nona muda yang manja, egois, mau menang sendiri, dan sombong. Bedanya Sakura dengan para gadis di Uchiha fans club, Sakura tidak menindas yang lemah, hanya saja kesombongan yang dia miliki membuat beberapa temannya muak. Hanya beberapa yang tahan berteman dengannya, teman sejak kecil salah satunya.

"Turunkan sedikit dagu-mu kalau berjalan, terlihat menyebalkan tahu." Sakura menoleh pada gadis cantik berambut pirang yang menarik pelan rabutnya.

"Ino, tumben sendiri. Mana Shikamaru?"

"Dia berangkat lebih dulu tadi, katanya ada pertemuan mendadak di klub basket," jawab Ino sambil memeriksa kuku tangannya yang terlihat sangat rapi itu.

"Klub basket?"

"Iya, kau tahu kan Sasuke baru saja kembali, sebagai kapten dia memang..." Ino menghentikan kalimatnya saat sadar Sakura tidak ada lagi di sampingnya, "hhh, pasti langsung menemui Sasuke."

Sakura berlari secepatnya ke lapangan basket yang terletak di dalam gedung olahraga, sebagai kapten Sasuke terkenal dengan orang yang tegas, dingin, disiplin waktu dan sangat serius. Banyak yang segan dan menghormatinya, mungkin diantara semua gadis yang jatuh cinta pada Sasuke, hanya Sakura yang berani menyentuhnya... karena Sasuke adalah salah satu teman kecil Sakura dan laki-laki yang paling Sakura cintai. Dan tidak ada penolakan setiap Sakura memegang Sasuke.

Saat Sakura sampai di gedung olahraga, Sakura mengintip pintu yang sedikit terbuka itu. Terlihat sosok Sasuke yang sangat tegas sedang memberitahu rencana dan taktik untuk melawan lawan selanjutnya. Wajah Sakura merona saat melihat sosok Sasuke, entah sejak kapan Sakura mulai jatuh cinta pada Sasuke... dia sendiri tidak bisa mengingatnya dengan jelas. Seingat dirinya, dulu saat kedua orang tua mereka bertemu dan memperkenalkan diri masing-masing, Sakura sangat sombong pada Sasuke dan sangat sinis, tapi Sasuke tidak keberatan dengan sikap sombong Sakura... Sasuke malah menerima karakter Sakura dengan sangat dewasa.

Mungkin itulah yang membuat Sakura sangat mencintainya. Sasuke satu-satunya laki-laki yang tidak kabur begitu mengetahui karakter aslinya yang menyebalkan.

"Mau ngintip sampai kapan?"

Suara berat membuat Sakura sedikit memekik.

"Ga-Gaara?!" Sakura langsung menutup mulutnya begitu nama Gaara terucap dengan jelas dan kencang dari mulutnya. Membuat seluruh anggota tim basket menoleh.

"Maaf aku terlambat," ujar Gaara berlari mendekati perkumpulan tim basket.

"Sakura, apa yang kau lakukan?" tanya Sasuke, "bukankah tim pemandu sorak latihan saat jam sekolah selesai?"

"I-iya, a-aku hanya ingin melihat Sasuke-kun sudah benar-benar pulang... atau belum." dan mendadak, sikap Sakura terlihat manis.

"Aku sudah pulang, kau kembali ke kelas, nanti makan siang kita bertemu di kantor ayahku."

Ayah Sasuke adalah kepala sekolah Konoha High School. Bukan berarti Sasuke bisa melakukan apa saja dan seenaknya, sebagai murid Sasuke sudah melakukan hal yang membanggakan untuk sekolah. Memenangkan olimpiade fisika, bahasa inggris, matematika. Namun sayang tim basket mereka belum pernah menang sekalipun, karena anggota tim mereka tidak terlalu kuat. Konoha High School bukan sekolah yang fokus pada olahrga, tapi pada akademik. Sedangkan impian Sasuke adalah menjadi pemain basket profesional, maka dari itu Sakura masuk ke klub pemandu sorak untuk mendukung Sasuke.

Setelah puas melihat Sasuke yang tersenyum padanya, Sakura kembali ke kelas dengan perasaan yang sangat riang. Bagaimana tidak, Sasuke hanya tersenyum pada Sakura, tidak untuk yang lain.

"Aku pasti adalah wanita yang sangat spesial bagi Sasuke-kun."

Ino menatap Sakura dengan tatapan menyedihkan, melihat sahabat kecilnya ini melamun dengan mata berbinar.

"Sakura, kau berkhayal lagi."

"Aku tidak berkhayal, ini kenyataan Ino. Apa kau tidak menyadarinya? Sasuke-kun hanya tersenyum padaku, tidak protes kalau kupeluk lengannya, dia juga pulang pasti karena rindu padaku~"

"Astaga, anak ini lama-lama bisa gila," ujar Ino menggelengkan kepalanya.

"Iya, ini gila karena cinta~"

"Kau menjijikan, sadar Sakura. Kau bahkan tidak tahu dia juga mencintaimu atau tidak," ucap Ino yang mengembalikan kenyataan pada Sakura.

Sakura terdiam dan tersenyum lembut, "Tidak apa kalau dia tidak mengatakannya, aku yakin Sasuke-kun juga mencintaiku."

Ino tersenyum menyerah pada Sakura yang kelewat yakin akan perasaannya itu, "Yaaa, asal kau siap patah hati saja kalau ternyata kenyataan tidak sesuai dengan keinginanmu."

"Ino, aku tidak akan menyerah kalau Sasuke-kun belum bilang dia tidak mencintaiku. lagipula..." Sakura termenung sendu, "aku akan bahagia apabila Sasuke-kun bisa bahagia dengan orang lain."

Ino menatap Sakura dengan tatapan iba, jujur selama Ino berteman dengan Sasuke dan Sakura dari kecil, ini pertama kalinya Sakura melontarkan kalimat pesimis begitu. Entah faktor apa yang mempengaruhi gadis berumur tujuh belas tahun ini.

"Jangan terlalu cepat pesimis juga, kau kan belum tahu perasaan Sasuke yang sebenarnya. Kenapa kau tidak pacaran dengan Gaara saja sih? Yang jelas-jelas menyatakan cintanya padamu tiga hari yang lalu. Wajahnya tidak kalah tampan dengan Sasuke, suaranya juga seksi, matanya tajam, hanya saja terlihat sangat dingin."

"Dia bukan Sasuke-kun, Ino," jawab Sakura santai dan tersenyum.

"Ya ya ya, kau hanya mau Sasuke-kun, aku tahu itu."

"Hehehehe, aku sayang kamu Ino."

.

.

Sepulang sekolah, Sakura mulai latihan pemandu sorak. moodnya agak sedikit berantakan karena Sasuke membatalkan makan siang bersamanya entah karena alasan apa. Saat ini anggota tim basket dan pemandu sorak berlatih bersama. Sakura melihat Sasuke yang sedang memimpin latihan, kemudian mata emeraldnya melirik sang manajer basket yang sedang tersipu melihat Sasuke. Sudah bisa dipastikan manajer itu pasti menyukai Sasuke. Sakura merengutkan keningnya, Sasuke itu miliknya, tidak boleh ada yang merebut perhatian Sasuke darinya, tidak ada.

Karena terlalu fokus pada Sasuke, Sakura tidak konsen pada latihannya sehingga saat dirinya dilempar ke atas, tubuh Sakura tidak mendarat dengan tepat.

"Aaakkhh!"

Kakinya terkilir saat mendarat.

"Haruno! Kau tidak apa-apa?" tanya Hinata, kapten pemandu sorak.

"Tidak apa-apa, hanya sedikit terkilir- aakkhh!"

"Jangan digerakkan," ujar suara tidak asing yang menghampiri mereka, "ayo ke ruang kesehatan."

"Gaara? tidak usah, aku bisa sen- kyaaaaa!"

"Jangan bawel."

"Gaara turunkan akuu!"

Gaara menggendong Sakura dengan gaya bride style dan itu membuat seluruh siswi sangat iri melihatnya, selain Sasuke, Gaara adalah laki-laki yang juga populer di sekolah ini. Kejadian Sakura terkilir dan Sakura yang digendong terlihat oleh Sasuke. Karena penasaran, Sasuke menghampiri Ino yang satu klub dengan Sakura.

"Ino, ada apa?"

"Sakura terjatuh, kakinya terkilir," jawab Ino, namun karena penasaran, Ino menambahkan, "Gaara sudah mengantarnya ke ruang kesehatan. Hebat, padahal sedang latihan dan dipimpin olehmu yang sangat seram kalau ada yang tidak fokus pada latihan, tapi Gaara mengabaikan latihanmu untuk menolong Sakura. Dia pasti sangat menyayangi Sakura tentunya."

"Apa maksudmu?"

"Kau tidak tahu? Tiga hari yang lalu Gaara menya..." Ino menghentikan kalimatnya saat melihat salah satu sahabat Sasuke memberi kode agar melarangnya menceritakan kejadian yang bersejarah di Konoha High School itu. Laki-laki pirang memberikan tanda silang memakai lengannya seolah melarang Ino untuk melanjutkan kalimatnya.

"Menya?"

"Me..nya..lakan lampu kelas yang masih mati saat kami piket. Mungkin Sakura terlihat seperti adiknya... mungkin?" jawab Ino dengan gugup.

Sasuke menatap Ino dengan tatapan curiga, namun karena Sasuke tidak suka bertanya macam-macam pada orang yang bersangkutan, akhirnya Sasuke memutuskan untuk berpaling dan berlari ke luar.

"Eh? Menyusul Sakura kah?" tanya Ino pada dirinya sendiri.

.

.

"Aaww,aaww! Pelan-pelan doong! Sakit tahu!"

"Kau ini, tidak tahu caranya berterima kasih ya? Nona muda."

"Aku tidak minta pertolonganmu!"

"..."

"..."

Sakura melihat Gaara yang membalut kakinya dengan perban dan sedikit memijit tumitnya, kenapa perlakuan Gaara begitu baik dan perhatian padanya? Kenapa bukan Sasuke yang seperti ini? Karena setelah dipikir, Sakura merasa semua perlakuan baik Sasuke padanya itu hanya sekedar kebaikan dan perhatian teman kecil... tidak lebih. Kenapa Sasuke tidak pernah melihatnya sebagai wanita? Kenapa yang merawatnya saat ini bukan Sasuke? Kenapa harus Gaara? Kenapa Sakura tidak menyukai Gaara saja?

"Hhhh, apa tidak bisa kalau hal ini?" gumam Sakura.

"Hn?"

"Ah, tidak... bukan apa-apa."

Gaara mengangguk dan berdiri, "Sudah selesai, seharusnya tidak terlalu sakit lagi setelah diperban begini. Jangan terlalu banyak jalan."

"Gaara, kau seperti dokter hehehe."

"Itu cita-citaku."

Sakura terkejut ketika mengetahui Gaara ingin jadi dokter nantinya, "Oh, waw. Kau pasti akan jadi dokter idola di rumah sakit."

"Hahaha, aku tidak ingin jadi dokter idola," jawab Gaara tersenyum, "aku ingin menjadi dokter spesialis organ dalam."

"Waw! Itu membutuhkan otak yang sangat encer."

"Yah, begitulah. Kau sendiri, mau menjadi apa nanti?" tanya Gaara balik.

"Aku? Aku ingin menjadi nyonya Uchiha," jawab Sakura dengan tegas dan wajah yang serius.

Gaara terdiam, gerakannya yang tadi akan mengembalikan peralatan P3K pun terhenti saat mendengar jawaban jujur dari Sakura, "Kau serius?"

"Iya, selain itu aku tidak mau. Aku sebenarnya ingin sekali menjadi satu-satunya wanita yang dilingkarkan medali saat Sasuke-kun menang dalam pertandingan NBA nanti. Hehehe, aku ingin terus mendukungnya, makanya aku masuk pemandu sorak."

"Waw... kau sangat mencintainya ya."

"Seperti yang kubilang padamu, aku tidak bisa menerimamu karena aku mencintai Sasuke-kun," ujar Sakura.

Gaara tersenyum, kali ini senyuman sendu sambil menepuk kepala Sakura, "Kau ini nona muda yang manja dan menyebalkan... tapi kenapa aku begitu ingin melindungimu ya."

Sakura terdiam merona mendengar kata-kata dari Gaara, "Ma-maaf..."

Tepukan pelan di kepala Sakura menjadi jawaban terakhir Gaara sebelum laki-laki itu meninggalkan gadis yang sedang memainkan rambutnya itu sendiri. Sakura merasa bersalah pada Gaara karena sebagaimanapun Sakura sudah menolak untuk menjadi kekasih Gaara, laki-laki itu tidak berhenti memperhatikan Sakura dan memberikan perlakuan yang spesial... perlakuan yang sangat Sakura harapkan dari Sasuke lah berasalnya. Namun, Sasuke bahkan tidak menjenguknya di ruang kesehatan.

Haruskan dirinya menyerah? Tapi Sakura bahkan belum menyatakan perasaannya pada Sasuke. Kenapa harus menyerah kalau belum mencoba untuk berjuang?

"Sakura?"

Kepala Sakura yang tadinya menunduk, reflek terangkat ketika mendengar namanya dipanggil oleh seseorang yang sangat dia kenal itu, "Sasuke-kun?"

"Apa yang terjadi? Kenapa kau bisa terkilir?"

"Ehm... aku bengong..." Alasan yang sangat bagus.

Sasuke berjalan mendekati Sakura dan menatapnya dengan tatapan curiga, merasa ditatap seperti itu membuat Sakura gugup, "A-apa?" tanya Sakura kaku.

"Kau..." Sasuke menghentikan ucapannya, seolah berpikir dua kali untuk bertanya.

"Aku... apa?"

Laki-laki itu menduduki kasur tempat dimana sekarang Sakura duduk. Tidak ada kata-kata lagi yang terucap dari mereka berdua. Sakura sangat ingin menanyakan tentang perasaan Sasuke padanya. Namun rasanya terlalu buru-buru apabila membuka topik yang bersangkutan dengan perasaan, dan Sasuke memang bukan tipe yang suka membahas hal-hal romantis.

"Apa kalian pacaran?" tanya Sasuke tiba-tiba. Yang tentu saja membuat Sakura terkejut.

"Hah? Kalian?" Ya, Sakura memang sedikit lemot.

"Yaa, kau... dan Gaara."

Sakura mengedipkan kedua matanya berkali-kali, berpikir kenapa Sasuke bisa punya pikiran seperti itu? Padahal kan selama ini Sakura hanya menunjukkan cintanya pada Sasuke seorang.

"Tidak, kami tidak pacaran," jawab Sakura masih dengan tatapan bingung.

"Hn, begitu."

Masih dengan kesunyian yang tiba-tiba tercipta, Sasuke henya menunduk tanpa menoleh ke arah Sakura. Sedangkan Sakura berpikir, apa ini saatnya Sakura menyatakan perasaannya? Merasa suasana sangat mendukung, akhirnya Sakura memutuskannya.

"A-anu... Sasuke-kun."

"Hn?" Sasuke menoleh.

"A... aku... ehem, begini... itu, ehm- aku..."

"Jadi pacarku."

Kalimat Sasuke yang tiba-tiba itu membuat Sakura bengong sambil menatap Sasuke. Masih mencerna apa yang Sasuke katakan tadi, itu halusinasinya atau memang kenyataan? Sepertinya Sakura terlalu banyak berkhayal sehingga mengalami delusi.

"Jadi pacarku, atau menjauhlah dari kehidupanku," ujar Sasuke mengulangi.

oke, itu bukan khayalan Sakura.

"E-EEEHHH?!"

Sasuke menahan wajah meronanya. Sebelum Sakura menjawab, Sasuke menlanjutkan kata-katanya, "Atau kau menyukai Ga-"

"Tidak! Aku mau! Aku mau Sasuke-kun! Aku mau jadi pacar Sasuke-kun!" ujar Sakura menggebu-gebu, dengan wajah yang merona, rasanya ingin menangis bahagia saat ini, "aku pikir Sasuke-kun hanya melihatku sebagai adik atau teman kecil, aku pikir Sasuke-kun tidak mau aku menjadi pacar Sasuke-kun, aku pi-"

Sasuke menutup mulut Sakura dengan cara menciumnya. Butuh keberanian bagi Sasuke yang kikuk ini untuk mencium Sakura, ketika dia melepaskan ciuman itu Sasuke tersenyum, "Bodoh, harusnya kau menyadarinya. Diantara semua wanita, hanya padamu aku bisa tersenyum."

Rona merah makin mewarnai wajah Sakura, "Sa-Sasuke-kuuun~ Huaaaaaaaa! Akhirnya perasaanku tersampaikaaan~"

"He-Hei! Kenapa kau menangis?"

"Hiks... aku sangat menunggu saat seperti ini, aku tidak berani menyatakan perasaanku pada Sasuke-kun, aku pikir aku tidak bisa menjadi pacar Sasuke-kun, aku bahagiaaaaa, ini tangis bahagia Sasuke-kun!" jerit Sakura sambil menarik baju olahraga Sasuke.

"Iya iya, aku tahu, jangan marah-marah." Sasuke merengkuh wajah Sakura untuk menenangkannya, "maafkan aku juga terlalu lama memintamu."

"Tidak apa-apa, Sasuke-kun. Aku pasti akan menunggumu sampai kapanpun!"

Sasuke tersenyum dan mencium kening Sakura.

"Sasuke-kun aku mau hari ini kita langsung kencan!" pinta Sakura yang masih bersemangat.

"Hari ini?"

"Ya, aku ingin merayakannya di restoran milik ayahku, walau sedang dalam perbaikan di bagian nama yang akan diubah menjadi namaku, aku ingin merayakannya di sana, apa kau mau? Ya? Ya? Ya?"

"Hahaha, iya baiklah, setelah aku selesai latihan, okay?" jawab Sasuke lembut.

"Ung, terima kasih, Sasuke-kun."

"Baiklah, kau istirahat di sini, aku kembali ke lapangan," ujar Sasuke sambil mengacak-acak pelan rambut Sakura. Saat Sasuke sampai di pintu, langkahnya terhenti dan menoleh pada gadis yang kini resmi menjadi kekasihnya, laki-laki bermata onyx itu tersenyum pada Sakura, "Aku menyayangimu, lebih dari siapapun."

Dan pintu pun tertutup. Seolah tidak mau kalah dari Gaara yang sesuai kata Ino, Gaara rela mengabaikan latihan demi merawat Sakura, kenapa Sasuke tidak bisa meninggalkan latihan sebentar demi Sakura. Sasuke tidak suka kalah. Tapi ada satu hal yang harus dia hilangkan sebelum kembali ke lapangan, yaitu wajahnya yang sangat merona saat ini.

Sedangkan Sakura...

"Nyeheheheheheee, OHOHOHOHOHOHOHO! Rasakan kalian! Kumpulan fans Sasuke yang menyebalkan, yang menyebutku nona muda menyusahkan dan Sasuke-kun tidak akan melirikku karena aku adalah hanya teman kecil! Rasakan ini! Sasuke-kun memintaku mejadi pacarnya, ohohohoho!"

...

...

...

"Ehem, sepertinya aku harus menghilangkan kebiasaan burukku seperti ini, bisa-bisa Sasuke-kun mengurungkan niatnya untuk menikahiku."

...

...

"Menikah? Aaahh~ iya, memang hanya aku yang pantas menikah dengan Sasuke-kun. Setiap Sasuke-kun pulang kerja, aku akan menawarkannya, mau makan dulu atau mandi? Atau... 'makanan cepat saji' dariku? KYAAAAAA!"

"Ah sudah-sudah, tidak baik kebiasaan buruk mengkhayalku yang berlebihan bersarang di diriku."

.

.

Selesai tim basket latihan, Sasuke mengemasi peralatannya sendiri, tadinya sang manajer ingin membantu tapi Sasuke menolaknya, Sasuke bukan laki-laki bodoh yang tidak menyadari perlakuan sang manajer itu sangat spesial padanya.

"Ehm, begini Karin," ucap Sasuke dengan nada serius, "tolong, jangan memperlakukanku terlalu spesial, anggota yang lain butuh perlakuan seperti ini darimu."

Karin, sang manajer hanya terdiam saat Sasuke melontarkan kalimat itu dengan wajah yang datar dan... seolah menegaskan bahwa laki-laki itu tidak tertarik padanya.

"Aku mengerti, maafkan aku." Dan Karin pun memilih untuk menyerah, karena dia sangat tahu, Sasuke bukan tipe yang akan luluh apabila dikejar oleh wanita, karena seluruh tim basket ini tahu, Sasuke sangat mencintai Sakura.

Setelah selesai mengganti seragamnya, Sasuke menemui Sakura di depan gerbang sekolah. Dia melihat Sakura yang sedang merapikan rambutnya di cermin favoritnya. Memang Sakura itu adalah anak yang manja, egois dan kadang suka jahat tanpa disengaja. Tapi Sasuke tahu, Sakura itu gadis yang baik dan tulus apabila membantu seseorang. Sasuke sedikit terkekeh ketika melihat Sakura yang cemberut karena rambut depannya susah diatur, padahal kalau dilihat, tidak ada yang salah dengan rambutnya. Akhirnya dengan langkah yang pelan, Sasuke berjalan mendekati belakang Sakura.

"Apa yang kurang dari wajahmu?"

"Kyaaaaa! Sasuke-kun kau mengagetkanku!"

"Wajahmu lucu kalau marah."

Tidak bisa melanjutkan protesnya, Sakura membalikkan tubuhnya untuk menyembunyikan wajah merahnya.

"Hahaha, baiklah. Ayo kita ke tempat yang kau inginkan, Nona Sakura," ajak Sasuke sambil menggandeng tangan Sakura. Dengan sangat gugup, Sakura membalas genggaman Sasuke.

Di sepanjang jalan... ya, JALAN. Sakura meminta untuk berjalan kaki ke restoran milik keluarganya untuk memperlama waktu bersama dengan Sasuke. Padahal supir milik Sakura sudah menunggunya di gerbang sejak Sakura diantar ke sekolah.

"Sasuke-kun, apa impianmu masih sama seperti dulu?" tanya Sakura dengan nada yang manis. Apabila sudah bersama Sasuke, Sakura menjadi lebih manis dari biasanya.

"Ya, masih. Aku ingin menjadi pemain profesional di seluruh dunia," jawab Sasuke sambil mengubah posisi tas yang tadi ia genggam menjadi ia pikul di pundaknya.

"Ehm, kalau begitu, apabila nanti Sasuke-kun sudah menjadi pemain profesional, aku ingin Sasuke-kun melingkarkan medali di leherku," ujar Sakura malu-malu.

Sasuke tersenyum dan merangkul Sakura, "Tidak perlu menunggu selama itu, saat kejuaraan daerah tim kami menang, aku akan melingkarkan medali MVP-ku padamu."

"Eehh? Benar? Kau tidak bohong kan?" ucap Sakura dengan hebohnya.

"Aku tidak bohong."

"Yeaaayy! Kalau begitu aku ingin cepat sembuh agar bisa bersorak untukmu! Khusus untukmu!"

"Ah, itu restoran ayahmu?" tunjuk Sasuke pada gedung mewah yang terlihat seperti ala eropa.

"Ya, masih dalam perbaikan di atasnya," jawab Sakura riang, "ayo Sasuke-kun, aku ingin memberitahu ayah kalau kita sudah resmi pacaran."

Sakura melepaskan gandengan Sasuke padanya dan berlari menuju gedung restoran. Sasuke hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Sakura yang seperti anak kecil itu. Karena Sakura berada di depan Sasuke, gadis itu tidak tahu bahwa besi bertuliskan namanya itu tidak stabil terletaknya, sehingga ketika alat yang akan mengangkut besi itu menyenggol besi berbentuk huruf 'S'. Mata Sasuke terbelalak melihat besi yang akan jatuh, "SAKURAAA!"

Teriakan Sasuke membuat langkah Sakura terhenti, namun Sakura tidak berhenti di tempat yang tepat, Sasuke berlari sekencang mungkin agar bisa mendorong tubuh Sakura. Berterima kasih pada latihan basket yang ia jalani sehingga kini dirinya dapat berlari dengan cepat, dan...

BRAAAKK!

.

.

Suara mesin detak jantung terdengar makin lama semakin stabil. Kedua mata itu terbuka, dan dia melihat ada beberapa orang yang sedang menangis di samping tempat tidurnya. Sosok seorang ayah, ibu dan beberapa teman yang datang untuk menjenguknya.

"Aahhh~ Syukurlah dia sadar~"

Terlihat sosok seorang wanita yang memeluk suaminya, dan beberapa teman sekolah menangis saling berpelukan.

"Kau menjalani dua operasi yang sangat berat, Sakura," ujar Ino sambil menangis.

"A...ku?

"Ya, syukurlah kau selamat, syukurlah sayang," ucap sang ayah.

"Se...lamat?"

Sakura mengerutkan keningnya, mencoba memikirkan apa yang sebenarnya telah terjadi. Karena yang terakhir dia ingat adalah, dia berhasil menjadi pacar Sasuke, menunggu Sasuke di gerbang sekolah, dan kencan dengannya. Tapi kenapa sekarang Sakura terbaring di rumah sakit? Otaknya memaksa untuk mengingat apa yang terjadi. Saat Sakura berhasil mengingat.

"Sa-Sasuke-kun... mana Sasuke-kun?"

Tidak ada yang menjawab, Sakura heran, kenapa Naruto yang merupakan sahabat Sasuke berada di ruangannya.

"Mama, Papa... mana Sasuke-kun?" tanya Sakura lagi.

Tidak ada yang berani mengatakannya, sampai Gaara... yang juga berada di sana menghampiri dan menggenggam tangan Sakura, "Sakura," panggil Gaara dengan lembut dan menatap Sakura dengan tatapan bersalah, "Sasuke tidak selamat."

Seolah terpukul oleh palu yang sangat besar, Sakura terdiam.

"Bukan salahmu, ini semua kecelakaan," ujar suara yang Sakura kenal. Fugaku, ayah dari Sasuke yang juga berada di dalam ruangan itu.

"Sasu...ke-kun?"

.

.

To Be Continued


A/N : Haiii, akhirnyaaaa bisa bikin GaaSaku ya owoooohhhhh T^T

naah, awalnya emang kentel banget SasuSakunya, tapi trust me, ini GaaSaku. Dan tolong jangan nuntut pairing apa-apa karena ini fict GaaSaku. SasuSaku cuma diawalnya aja :3

dan ini cuma sampe chapter 2 :3

XoXo

V3Yagami