Antagonist
…
Cast : Namikaze Naruto – Uchiha Sasuke
Genre : Romance/Hurt/Comfort/Family
Rating : Mungkin T sampai M
…
Summary : Namikaze naruto adalah seorang psikiater yang jatuh cinta dengan pasiennya.
Disclaimer : naruto milik masashi kishimoto
Warning : Yaoi, BOY X BOY, Judul hanya sebuah Judul tidak sama dengan isi cerita.
…
Happy Reading ~
...
Darah. Cairan merah pekat itu mengalir deras di setiap luka yang kubuat. Rasa perih yang semakin menjadi tak menghentikan niatku untuk menambah luka di sekujur tubuhku. Tidak. Bukannya aku ingin bunuh diri atau seorang masokis yang suka melukai dirinya sendiri. Tapi, melihat cairan merah itu mengalir membuatku merasa tenang seolah-olah semua bebanku terangkat. Kupandangi baju dan lantai yang terkotori oleh cairan merahku, seulas senyum terbentuk di bibir plum ku. Namun, bau anyir yang menusuk hidung merebak keseluruh penjuru ruangan. Pandanganku mengablur saat kurasa pening mendera kepalaku. Kudengar langkah kaki yang mendekat seiring dengan kesadaranku yang mulai menipis. Merasakan dekapan di tubuhku, kupandangi sosok dengan raut khawatir yang terlihat jelas diwajahnya sebelum kesadaranku hilang dan semuanya menjadi gelap.
Putih. Semuanya serba putih. 'Apakah aku sudah mati….?'. Walau terasa berat, kukerjapkan mataku berkali-kali untuk memfokuskan pandanganku. Cahaya yang menusuk mata serta bau antiseptic yang menguar di seluruh penjuru ruangan membuatku sadar dimana aku berada sekarang. 'Rumah sakit'. Kuedarkan pandanganku kesekeliling ruangan yang terasa asing dibenakku. Kualihkan pandanganku saat kulihat seseorang menyembul di pintu ruang rawatku.
"Sudah sadar? Bagaimana perasaanmu? Apakah sudah baikan?" tanya seorang gadis yang sudah familiar untukku.
"…" tak kujawab pertanyaannya melainkan kembali kuedarkan pandanganku kesekeliling ruangan asing ini.
"Ini hanya sementara, ruanganmu masih dibersihkan akibat ulahmu tadi" katanya seolah membaca pikiranku.
"Hn" gumamku sekenanya.
"Apa kau tidak lelah dengan apa yang selama ini kau perbuat, hime ? aku yakin 'dia' sudah memaafkan perbuatanmu dulu" katanya lembut.
"Diamlah Sakura, bukankah sudah kuperingatkan untuk tidak memanggilku 'Hime'!" kataku tajam.
"Tapi Sasuke-kun. Kumohon hentikanlah, apakah kau tak ingin hidup bebas dan mencapai keinginanmu. Dan apakah kau tak ingin menemuinya, dia pasti merindukanmu juga ?" katanya panjang lebar.
"Pergilah Sakura, keberadaanmu disini membuatku sakit kepala" desisku tajam.
"Baiklah Sasuke-kun. Tolong pertimbangkan apa yang kukatakan" katanya sebelum meninggalkan ruangan.
Kulihat tetesan hujan yang mengalir di jendela dekat rangjangku. Ingin sekali kurasakan dinginnya air hujan itu ketika menembus kulitku. Namun rasa nyeri di sekujur tubuhku akibat luka yang kuperbuat serta rasa pening yang tak kunjung reda membuat tubuhku tak bisa bergerak seinchi pun. Kucoba berkali-kali untuk menggerakkan tubuhku walau rasa nyeri itu hampir membunuhku. Berhasil. Usahaku tak sia-sia, mencabut selang infuse di tanganku dan kupaksa tubuhku untuk bangkit menuju jedela. Tak kuhiraukan rasa sakit dan darah yang mengucur akibat jarum infuse yang kulepas, kubuka jendela dan di sambut oleh hawa dingin yang menusuk kulit. Kuulurkan tanganku untuk merasakan dinginnya air hujan. Perih yang kurasakan saat dinginnya air merembes di lukaku yang masih basah tak mengurungkan niatku untuk tetap bermain-main dengan air hujan. Kupikirkan kembali kata-kata Sakura beberapa saat yang lalu, ingin sekali kujawab 'Ya' untuk semua pertanyaannya tapi rasa sesak itu kembali menghapiriku dan memaksaku untuk mengatakan 'Tidak'.
Terlalu lama larut dalam pikiranku, tak kusadari bahwa hujan telah berhenti. Itu artinya kesenanganku telah berakhir. Kudongakkan kepalaku ke atas, kulihat langit jingga yang membiaskan cahayanya. Tetes-tetes air hujan yang masih tersisa membuat segar suasana sore itu. Mata obsidianku menangkap beberapa warna samar di langit 'Apakah itu pelangi?'. Penasaran, kulangkahkan kakiku keluar ruang rawat menuju taman belakang rumah sakit untuk membuktikan penglihatanku. Kudengar beberapa perawat yang kulewati berteriak "Anda baru saja sadar, Anda masih perlu banyak istirahat 'Hime' !" namun perkataan mereka hanya kuanggap angin lalu dan tetap kulanjutkan perjalananku menuju taman belakang. 'Cih, aku benci mereka yang memanggilku Hime'.
Sesampainya disana, mata onyx ku dibuat takjub oleh pemandangan yang di tunjukkan didepan mataku. 'Ternyata itu benar-benar pelangi'. Taman belakang adalah tempat favoritku, disini tenang dan terdapat danau buatan serta taman bunga yang sangat indah. Namun sore ini berbeda, langit jingga yang dipantulkan di permukaan danau serta tetes air hujan yang membasahi taman bunga ditambah dengan adanya pelangi membuat tempat ini berkali-kali lipat lebih indah daripada biasanya. Kunikmati waktuku disini hingga langit berubah segelap surai hitamku. Kurasakan sentuhan lembut di bahuku.
"Ada apa Shizune-san?" tanyaku pada sosok di hadapanku.
"Waktunya kembali Hime, nona Tsunade menunggumu" katanya sambil tersenyum lembut kearahku.
"Berhenti memanggilku Hime. Apa yang diinginkan wanita tua itu dariku?" kataku tajam.
"Aku tidak tau, tapi nona Tsunade sudah menunggu di ruanganmu. Mari kita pergi" katanya canggung.
"Hn"
Sepanjang perjalanan aku hanya menggerutu kesal saat semua orang lagi-lagi memanggilku 'Hime'. Sedangkan Shizune hanya tersenyum kikuk membalas sapaan mereka. Kubuka pintu ruangan secara kasar untuk menyalurkan emosiku yang sudah mencapai ubun-ubun.
"Jadi apa yang kau inginkan?" tanyaku to the point pada wanita tua dihadapanku.
"Mulai besok, aku bukan doktermu lagi Hime" katanya santai.
TWITCH
"Berhenti memanggilku Hime, " kataku sakartik.
TWITCH
"Dan berhenti memanggilku Wanita Tua, Oujo-sama" katanya tak mau kalah.
TWITCH
"YA…berhen—"
"Kita disini untuk mendiskusikan sesuatu bukan untuk berdebat" potong Shizune menghentikan perdebatan konyol kami.
"Ehm" aku berdehem sebentar sebelum berkata "Jadi Apa maksud ucapanmu tadi?"
"Aku, Shizune serta sakura akan pergi ke suna untuk pertukaran dokter. Jadi mulai besok ada dokter baru yang akan menggantikanku untuk mengurusmu" katanya sambil tersenyum aneh.
TWITCH
"Aku bukan anak kecil yang masih harus diurus" kataku tajam.
"Kalau kau bisa mengurus dirimu sendiri maka pulanglah, temui 'dia'. Aku tau kalian saling menyayangi"
"Kau tau keadaanku dan kau posisiku" kataku sendu.
"Jika kau tak mau mencoba melawannya maka selamanya kau akan terbelenggu" katanya serius.
"Tapi, aku berbeda. Aku tak layak untuknya. Dia manusia sempurna dan aku…aku hanya seorang manusia buatan. Bahkan aku pernah hampir membunuhnya" kutundukkan kepalaku dalam.
"Lalu sampai kapan ka uterus begini? Sampai kapan aku harus merahasiakanmu darinya? Merahasiakan keadaanmu dan terus berbohong kepadanya bahwa kau sudah mati karena menyesali perbuatanmu kepadanya" katanya berubah sendu.
"Kumohon….tetap rahasiakan keberadaanku" kugigit bibir bawahku untuk menekan rasa sakit yang menyeruak di hatiku.
"Baiklah, kupikir ini sudah cukup untuk mengetahui keputusanmu. Dokter itu akan datang besok pagi dan menggantikanku mengurusmu. Semoga kau betah denganya, karena aku tak tau ini sementara atau selamanya"putusnya padaku.
"Tsunade-san?"
"Ya?"
"Apakah kau akan memberitahukan semua keadaanku kepada dokter baru itu?" kataku was-was.
"Ya. Rencanaku sebelum kami berangkat, aku akan mengirimkan informasi mengenai dirimu kepadanya" katanya sambil bersiap-siap meninggalkan ruangan.
"Boleh aku minta satu hal, tolong jangan beritahu dia soal 'Itu' !" kataku mengancam.
"Baiklah, sekarang tidurlah. Kamu masih membutuhkan banyak istirahat" katanya sambil menyuruhku berbaring di tempat tidur.
"Oh ya, kudengar dokter itu masih mudah dan single. Apakah kau berniat jadi pacarnya? Mungkin saja benih cinta akan tumbuh diantara kalian" katanya menyeringai.
TWITCH
Kulempar bantal yang ada di dekatku, tapi naas usahaku gagal karena mereka sudah menghilang di balik pintu. Sudah beberapa jam setelah kepergian mereka, namun kantuk tak kunjung mendatangiku. Kata-kata wanita tua itu terus berputar di kepalaku, tangis yang kutahan sedari tadipun tumpah. Aku hanya bisa menangis dalam diam bersama rasa sesak yang selalu memenuhi ruang hatiku hingga aku jatuh tertidur. 'Gomen'
Kurasakan sinar matahari yang menembus kamar rawatku. Kukerjapkan mataku untuk menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam mataku. Kubuka tirai jendela untuk membiarkan semua cahaya masuk kedalam ruangan. Kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi untuk mencuci mukaku serta mengganti piyama yang kupakai semalam dengan dress putih selutut. Kurapikan hilai rambutku yang panjang sepinggang dan mengikatnya ekor kuda. Kualihkan pandanganku ke pintu saat kedengar ketukan yang berasal dari sana.
"Masuk" kataku mengijinkan seseorang yang ada di balik pintu.
Kulihat seorang pemuda dengan surai pirang berantakan namun terkesan rapi menyembul dibalik pintu. Tubuhnya yang tegap mengenakan jas dokter yang terlihat sangat menawan di pakainya. Mata blue ocean yang tersembunyi di balik bingkai kacamatanya serta kulit tannya mampu membuat siapa saja terjerat oleh pesonanya.
'Tampan'.
"Ohayo. aku Namikaze Naruto, dokter baru yang akan menggantikan dokter Tsunade" katanya dengan senyum lima jari yang menawan. "Boleh aku tau siapa namamu, Princess?".
TWITCH
"Jangan pernah memanggilku Princess, DOBE" desisku tajam.
TBC
Hallo Minna aku newbie….
Oujo artinya sama dengan hime or princess
Kalian ga salah baca kok kalau sasuke rambutnya panjang serta pakek dress, ada alasannya kenapa sasuke aku buat gitu. Alasannya adalah…..di chapter selanjutnya.
Ohya rambutnya sasuke disini mirip kayak rambutnya Reiga Gio atau Luze crozeria dari anime betrayal knows my name.
Disini aku bikin narutonya mirip sama rambutnya minato soalnya kesannya biar dewasa.
Thanks for read minna.
10
