Sudah dua hari kau mogok makan dan mengurung diri di dalam kamar. Menangis, menangis dan menangis hal itu yang setiap hari kau lakukan. Meratapi nasip percintaanmu yang tidak semulus Seokjin dan Jisoo, sahabatmu.
Memiliki hubungan yang terjalin lama memang tidak menjamin cerita kalian akan berakhir bahagia, walaupun ada juga yang berakhir bahagia contohnya Seokjin dan Jisoo, lagi.
Sebenarnya sudah lama kau merasa ada yang aneh dengan sikap Yoongi, mantan kekasihmu. Tapi kau mengabaikan perasaan itu. Padahal ada yang bilang feeling perempuan tentang kekasihnya sering kali benar.
Dan siapapun yang mengatakannya, itu benar-benar terbukti. Semua terbongkar bagaikan suratan takdir. Siang itu, seandainya kau tidak pergi menemani Seokjin untuk membelikan hadiah ulang tahun Jisoo di salah satu pusat perbelanjaan, kau pasti tidak akan menemukan hal busuk yang tersembunyi dalam hubungan kalian.
Tidak kalah mengejutkannya lagi, ternyata orang ketiga tersebut adalah kakak sepupumu sendiri. Lee Jieun. Padahal kau sudah menganggap Jieun seperti kakak kandungmu sendiri karena kau terlahir sebagai anak tunggal. Tapi dengan teganya dia malah mengambil kekasihmu.
Jika sekarang kau mengingat kembali saat kalian sedang berkumpul bersama. Memang ada yang aneh diantara mereka. Dari sikap Jieun pada Yoongi saat itu ataupun sebaliknya. Seandainya saja saat itu kau bisa menyadarinya lebih awal dan tidak dibutakan oleh cinta sialan itu, kau tidak akan terlihat sangat bodoh seperti saat ini.
Sialan! Hatimu kembali berdenyut nyeri jika mengingat kejadian bodoh itu.
-tok... tok... tok... tok...-
Suara ketukan itu terdengar tidak sabaran.
"Yak! Sampai kapan kau akan terus meratapi nasip seperti orang bodoh?"
Itu Jisoo. Dari nadanya, sepertinya dia sedang kesal padamu.
"Sabar. Mungkin dia masih perlu waktu."
"Sampai kapan? Sampai dia mati! Aku bisa toleran dengan kesedihannya tapi tidak dengan cara dia menyiksa dirinya. Lagi pula kau lihat sendirikan kemarin dua orang itu tidak menyesal sama sekali dengan perbuatan mereka. Malah mereka sedang bersenang-senang. Sialan! Ingin sekali ku robek wajah mereka."
Sepertinya Jisoo sedang berdebat dengan Seokjin. Kau hafal suara-suara itu. Tapi... apa maksud dengan perkataan Jisoo yang terakhir? Apa dia bertemu dengan Yoongi dan Jieun?
Kau akhirnya memikirkan kembali semua perkataan Jisoo. Memang tidak seharusnya kau menyiksa dirimu seperti ini tidak makan, minum dan mandi sekalipun padahal diluar sana mereka sedang bersenang-senang. Sungguh menyedihkan.
Kau berdiri dari tiduranmu. Mengambil kunci yang berada di atas nakas samping tempat tidur, kau berjalan mendekat kearah pintu.
"Apa sebaiknya kita minta tolong ke satpam saja?"
Ucap Jisoo tepat saat kau membuka pintu kamarmu.
"Akhirnya kau..." baru saja Jisoo ingin memelukmu, dia menghentikan niatnya dan malah menutup hidung. "Kau bau sekali. Ish, mandi sana..." perintahnya terdengar menyebalkan.
"Sialan..." Kata pertama setelah beberapa hari ini hanya suara tangisan yang keluar dari mulutmu.
XOXO
Kau sedang serius berkutat menatap layar laptop dan beberapa berkas yang terletak di kursi sampingmu karena meja yang kau pakai terlalu kecil untuk menampung itu semua.
Saat ini, kau sedang berada disalah satu cafe terkenal, Sta****ks. Sebenarnya kau tidak sendirian, kau tadi bersama dengan kedua sahabatmu. Tapi tiba-tiba Jisoo ingin berbelanja bulanan di supermarket xxx, yang tepat bersebelahan dengan cafe. Sudah bisa ditebak, kau akhirnya sendirian menunggu mereka disini karena Jisoo meminta Seokjin mememaninya.
Melihat jam dilayar laptopmu. Kau bergumam, "Lama sekali. Mereka belanja apa memangnya?"
Sudah satu jam lebih malah hampir dua jam kau menunggu mereka. Bahkan seluruh tugas kuliahmu yang tidak bisa dibilang sedikit itu sudah selesai.
Mengambil ponsel di dalam tas. Kau menelepon Jisoo dan Seokjin secara bergantian karena mereka tidak mengangkat teleponnya.
Merasa kesal. Kau merapikan semua barang bawaanmu ke dalam tas dan bersiap untu pergi saja dari sini.
Baru saja kau akan berdiri dari kursimu. Terdengar seseorang sedang mengetuk kaca yang berada disamping kirimu. Kau menoleh dan...
"SURPRISE..."
Kau terkejut melihat diluar sana kedua sahabatmu dan orangtuamu sedang terlihat konyol dengan topi kerucut dikepala mereka dan membawa sepiring tumpukan Glazed Doughnut dengan lilin diatasnya.
"Appa... Eomma... kalian bukannya tidak bisa kesini?" Kau memeluk mereka dengan sayang saat mereka sudah berada di dalam cafe.
"Selamat ulang tahun sayang." Ucap Appa.
"Kami berbohong soal itu karena ingin memberikanmu kejutan. Kau pasti sangat lelah karena kuliahmu. Semangat ya... hanya itu yang eomma bisa ucapkan."
"Terimakasih... terimakasih sudah merawatku... terimakasih sudah datang dan menyemangatiku..." kau ingin sekali menangis. Tapi tidak ditempat umum seperti ini.
Tentu dengan keramaian yang terjadi banyak pengunjung menatap kearah kalian.
"Selamat ulang tahun." Seokjin meledakkan confetti yang dibawanya sejak tadi kearahmu.
"Jangan bicara dulu... ini make a wish lalu tiup lilinnya. Cepat! Sudah semakin pendek." Potong Jisoo.
Make a wish seadanya, karena cepat-cepat sebelum pastrynya terbakar. Kau meniup lilinnya.
"Apa-apaan ini? Aku sudah bukan anak kecil lagi. Appa, Eomma lepaskan topi itu kalian terlihat aneh jangan meniru mereka berdua." Tawamu mendapat protes dari Jisoo.
Tanpa kau sadari. Seseorang dibalik sana diam-diam tersenyum menatapmu.
XOXO
Ditemani lagu-lagu boyband favoritmu, kau jogging mengitari taman yang tidak jauh dari apartemenmu. Semenjak saat itu, kau semakin peduli dengan kesehatanmu dan rajin berolahraga diwaktu senggang. Lagi pula olahraga juga efektif mengurangi stress yang sedang kau alami karena tugas-tugas kuliah.
Saat kau sedang beristirahat disalah satu bangku taman, matamu tanpa sengaja melihat seseorang yang kau kenal sedang jogging seperti yang kau lakukan saat ini.
"Yoongi..." kau memincingkan matamu melihat benarkah itu orang yang kau kenal atau bukan.
Karena sangat tidak mungkin Yoongi orang yang malas untuk berolahraga sekarang sedang jogging.
Kau melupakan kalau kebiasaan itu sudah lama berlalu dan tentu setiap orang pasti akan berubah.
Namun saat tiba-tiba kau sedang serius memastikannya. Ada sepasang tubuh memakai kaos putih polos dan celana training berdiri tepat di depanmu menghalangi pandanganmu.
Tanpa perlu menebaknya. Kau sudah hafal siapa orang itu diluar kepala...
"Jeon Jungkook! Kau menghalangiku. Minggir..." kau mendorongnya menyingkir.
"Eoh, kau sedang melihat sesuatu. Ku kira sedang melamun."
Hilang. Orang yang kau pikir adalah Min Yoongi telah hilang entah dimana. Kau mengedarksn seluruh pandanganmu dan tetap tidak menemukannya. Apa mungkin kau salah melihat?
"Mencari apa?" Jungkook yang sudah duduk disampingmu juga ikut memperhatikan arah pandangmu.
"Ish, kenapa tadi harus berdiri tepat di depanku."
"Aku ingin menyadarkanmu karena ku kira kau sedang melamun." Dengan polosnya dia menyengir dan membuatmu semakin kesal.
"Lagi pula kenapa kau selalu mengikutiku, hah! Kau tidak tahu betapa bosannya aku setiap bangun tidur melihat wajahmu terus menerus."
"Jadi kau selalu memikirkanku?"
"Eoh?"
"Kau tidak pernah mengijinkanku masuk ke apartemenmu apalagi kamarmu. Lalu bagaimana bisa kau melihat wajahku kalau bukan karena kau selalu memikirkanku."
Jungkook begitu intens menatapmu dengan smriknya. Tampan dan Sexy. Ditambah rambutnya yang basah akibat keringat. Kau terpesona.
"Aku tahu, aku memang tampan dan sexy, Noona."
Noona. Kata itu menyadarkanmu. Kau kembali merutuki kebodohanmu yang lagi-lagi terjebak akan pesonanya. Pesona Jeon Jungkook, siswa tingkat dua highschool xxx. Sial!
"Mana mungkin. Aku pulang!" Dengan kesal kau berdiri dan langsung berlari cepat meninggalkannya.
Tapi sepertinya sia-sia saja. Secepat apa pun kah berlari, jangan lupakan kaki panjang yang dimiliki bocah itu.
"Aku mendapatkanmu..." tawanya sedikit mengejek.
"Jangan harap..." kau menambah laju kecepatan larimu.
TBC
Hi! Salam kenal.
Terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca FF yang masih amatir ini.
Sampai jumpa di chapter selanjutnya^^
Bagi yang punya Wattpad bisa add KHye48
